PENDAHULUAN
1
Gonokokus menyerang membran mukosa terutama mukosa epitel kuboid atau lapis
gepeng yang belum berkembang (imatur) dari saluran genitourinaria, mata, rektum
dan tenggorokan 3.
Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonore. Masa inkubasi
penyakit sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-8 hari, dengan
kebanyakan infeksi menjadi simptomatik dalam 2 minggu 3.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan
oleh Niesseria gonorrhea 4. Infeksi gonokokal adalah infeksi menular seksual
(IMS) padaepitel dan umumnya bermanifestasi sebagai servisitis, urethritis,
proktitis, dan konjungtivitis. Jika tidak diobati, infeksi pada daerah ini dapat
mengakibatkan komplikasi lokal berupa endometritis, salpingitis, abses tubo-
ovarian, bartolinitis, dan peritonitis pada wanita; periuretritis dan epididymitis
pada pria: optalmia neonatorum pada bayi baru lahir 2.
2.2 Etiologi
Gonore merupakan penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan
oleh kuman Neisseria gonorrhoeae 5. Penyebab gonore adalah gonokok yang
ditemukan oleh NEISSER pada tahun 19879 dan baru berhasil dilakukan kultur
pada tahun 1882 oleh LEISTIKOW. Kuman tersebut termasuk dalam grup
Neisseria, terdapat empat spesies yaitu : N. Gonorrhoeae dan N. Meningitidis yang
bersifat patogen serta N. Catarrhalis dan N. Pharyngis sicca yang sukar dibedakan
kecuali dengan tes fermentasi 4.
Neisseris gonorrhoeae (N. gonorrhoeae) merupakan bakteri gram
negatif, nonmotil, tidak menghasilkan spora, yang tumbuh tunggal dan
berpasangan (sebagai monokokus dan diplokokus) 2.
Neisseria gonorrhoeae termasuk golongan diplokok, bersifat tahan
asam, berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 μm dan panjang 1,6 μm. Pada
sediaan langsung dengan pewarnaan Gram, bakteri ini bersifat Gram-negatif,
tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat
mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 390C dan tidak tahan zat
disinfektan 4. Masing-masing kokus berbentuk ginjal atau biji kopi dengan sisi
3
yang datar berhadap-hadapan. Bakteri ini patogen pada manusia dan biasanya
ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear (PMN) 3.
Secara morfolog gonokok ini terdiri dari empat tipe, yaitu tipe 1 dan
2 yang memiliki pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
memiliki pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel
dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi
adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum
berkembang (imatur), yakni pada vagina perempuan sebelum pubertas 4.
2.3 Epidemiologi
Insiden infeksi gonokokal masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia, menyebabkan morbiditas di Negara
berkembang, dan mungkin berperan dalam meningkatkan penularan
penyakit HIV. Dilaporkan terdapat hingga 301.174 kasus baru di Amerika
Serikat pada tahun 2009 2.
Di Amerika serikat insiden tertinggi terutama pada wanita usia 15-19
tahun dan 20-24 tahun pada pria. Berdasarkan etnis, terbanyak pada etnis
Afrika_Amerika dan terendah pada etnis Asia 2
Insiden infeksi gonokokal lebih tinggi di Negara berkembang
daripada di Negara maju. Namun, insiden pasti dari IMS sulit dipastikan di
negara-negara berkembang karena masalah pengawasan dan kriteria
diagnostic yang bervariasi. Studi di amerika telah menunjukkan bahwa IMS
nonulseratif seperti gonore merupakan factor risiko independen untuk
penularan HIV 2
2.4 Transmisi
Infeksi ini umumnya menular melalui aktivitas seksual dan umumnya
penularan gonokokus melalui hubungan kelamin yaitu secara ginito-genital,
4
oro-genital, dan anogenital 6. Penularan juga dapat terjadi akibat kontak
mukosa mata bayi intrapartum yang dapat mengakibatkan konjungtivitis 4,7.
2.5 Klasifikasi
Penyakit da infeksi gonokokal terdiri dari :
a. Infeksi genital
b. Infeksi rektal
c. Infeksi faringeal
d. Infeksi ocular
e. Komplikasi local
f. Infeksi gonokokal diseminata
g. Infeksi pada bayi dan anak 2
2.6 Patofisiologi
Gonokokus menyerang membran mukosa terutama mukosa epitel
kuboid atau lapisan gepeng yang belum berkembang (imatur) dari saluran
genitourinaria, mata, rektum, dan tenggorokan. Gonokokus akan melakukan
penetrasi permukaan mukosa dan berkembang biak dalam jaringan
subepitelial serta menghasilkan berbagai produk ekstraseluler yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel. Adanya infeksi gonokokus akan
menyebabkan mobilisasi leukosit PMN, menyebabkan terbentuknya
mikroabses subepitelial yang akhirnya pecah dan melepaskan PMN dan
gonokokus 3.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit
(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan,
lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi
pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh
gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah.
Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata
5
orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan
yang disebabkan oleh meningococci 4.
6
Nyeri sendi dan tendon merupakan gejala tersering, berupa poliartgia yang
berpindah. Pada pemeriksan fisik didapatkan demam, pada kulit tampak
adanya rash makolopapular, pustular, nekrotik atau vesicular, terutama pada
anggota badan, anggota gerak, telapak tangan dan kaki. Rash umumnya tidak
mengenai wajah, kulit kepala, dan mulut. Pada sendi ditemukan adanya
poliartgia. Pada system saraf pusat dapat ditemukan adanya meningismus
dan penurunan kesadaran. Pada jantung (endkarditis) dapat ditemukan
adanya murmur, takikardi, dan demam. 2,13
Gambar 2.1 Uretritis gonore, tampak duh uretra yang purulen, disertai tanda
radang pada orifisium uretra eksterna 3.
7
Gambar 2.2 Diagnosis pasien wanita dengan pendekatan
sindrom 9
8
Gambar 2.3. Diagnosis pasien wanita dengan pendekatan
Mikroskop 9
9
b. Pemeriksaan Penunjang
Pendekatan umum pada pasien dengan kecurigaan infeksi
gonokokal terdiri atas pengambilan specimen eksudat untuk dilakukan
pemriksaan dengan pewarnaan gram, kultur, dan penentuan
sensitivitas antibiotic.
1. Pewarnaan Gram
Penampakan berbagai pasangan diplokokus gram-negatif
yang berbentuk seperti kacang dalam netrofil merupakan
karakteristik utama penyakit gonore apabila spesimen diambil dari
sekret genital. Pemeriksaan pewarnaan gram bersifat 95% sensitif
dan spesifik terhadap pria yang simtomatis. Namun sayangnya,
hanya 50 – 70% sensitif pada wanita, sementara spesifitasnya
sangat rumit ditentukan dengan hadirnya bakteri dan flora lain di
saluran genital wanita yang memungkinkan memiliki struktur
morfology yang hampir sama. Pengalaman sangat diperlukan
dalam menginterpretasikan pewarnaan gram, terutama pada
wanita
10
Pada pria, spesimen terbaik untuk pemeriksaan adalah sekret
uretra (diperoleh menggunakan loop atau swab khusus). Pada
wanita, swab serviks lebih dianjurkan daripada sekret uretra atau
vagina. Spesimen tersebut bisa saja langsung diperiksa pada
medium kultur atau dikirim ke laboratorium menggunakan
medium transpor yang sesuai apabila waktu penundaannya tidak
lebih dari 4 jam. Medium yang sering digunakan adalah Martin-
Lewis agar, medium selektif kaya akan chocolate agar. Koloni
bermunculan setelah 1 – 2 hari masa inkubasi pada karbon
dioksida dengan suhu 35oC, serta dapat diidentifikasi sebagai N.
gonorrhoeae dengan tampaknya morfologi khas bakteri gram dan
tes oksidasi yang positif
3. Tes identifikasi presumptif dan konfirmasi
- Tes oksidase
Menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang
mengandung chromogenic chepalosporin. Bila kuman
mengandung beta-laktamase akan terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi merah1
- Tes fermentasi
Menggunakan glukosa, maltosa dan sukrosa. Kuman
Gonokokus hanya memfermentasi glukosa
4. Tes beta-laktamase
Menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang
mengandung chromogenic chepalosporin. Bila kuman
mengandung beta-laktamase akan terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi merah1
11
Urethritis dan servisitis gonokokal harus dibedakan dengan urethritis
non gonokokal, servisitis, atau vaginitis akibat Chlamydia trachomatis,
gardrenella vaginalis, Trichomanas, Candida, dan pathogen lainnya yang
berhubungan dengan infeksi menular seksual; penyakit inflamasi pelvis,
artritis, proktitis, dan lesi kulit 2
2.10 Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi :
- Konseling mengenai penyakit, cara penularan, komplikasi,
pentingya mengobati pasangan seksual, risiko terinfeksi penyakit
lainnya (HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, dan infeksi menular
seksual lainnya)
- Periksa dan obati pasangan seksual pasien
- Abtinensia hingga terbukti sembuh dari pemeriksaan
laboratorium. Jika terpaksa gunakan kondom.
- Kunjungan ulang pada hari ke-3 dan ke-8
b. Farmakologi :
Infeksi gonokokal pada cerviks, rectum, dan uretra tanpa komplikasi:
- Dosis tunggal intramuscular ceftriaxone 250 mg
Atau
- Cefixime 400 mg oral dosis tunggal
Atau
- Dosis tunggal injeksi sefalospirin
Ditambah
- Azithromycin 1 g oral dosis tunggal
Atau
- Doxycycine 100 mg oral 2 kali sehari dalam 7 hari.
12
Infeksi gonokokal pada faring
- Dosis tunggal intramuscular ceftriaxone 250 mg
Atau
- Azithromycin 1 g oral dosis tunggal
Atau
- Doxycycine 100 mg oral 2 kali sehari dalam 7 hari.
13
14
Anogenital sites include urethral, rectal, vaginal and endocervical.
†The Public Health Agency of Canada’s guidelines are for adults and youth 9 years of
age and older.
‡First-line recommendations are listed as preferred regimens and second-line
recommendations are listed as alternatives. The order of appearance
does not suggest a preference for one particular regimen over another.
§Azithromycin is preferred over doxycycline due to high rates of resistance to
tetracyclines and concern about compliance.
**Spectinomycin is available only through Health Canada’s Special Access Program.
††Azithromycin at a dose of 2 g is associated with significant gastrointestinal adverse
effects that can be minimized if taken with food or with use
of antiemetic prophylaxis. If vomiting occurs within 1 hour of administration, the dose
of azithromycin should be repeated.
2.11 Komplikasi
A. Pada pria :
Lokal
1. Tysonitis;
Kelenjar tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma.
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang
panjang dan kebersihan yang kurang baik. diagnosis dibuat
dengan ditemukannya butir pus atau pembengkakan daerah
frenulum yang nyeri tekan.
2. Litriasis;
15
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-
benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat maka
akan terjadi abses folikular.
3. Cowperitis;
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala,
sedangkan infeksi yang mengenai kelenjar cowper dapat terjadi
abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah
perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada saat defeksi
dan disuria.
4. Parauretritis;
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka
dan hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus
pada kedua muara uretre.
Ascenden :
1. Prostatitis,
Ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah perineum dan
suprapubis, malaise, demam, nyeri saat berkemih, hematuri,
spasme otot uretra hingga terjadi retensi uri, tenesmus ani, sulit
buang air besar, serta obstipasi.
2. Trigonitis,
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum
vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria
terminal dan hematuria.
3. Vesikulitis,
Merupakan radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan
duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau
epididimitis akut. Gejala subjektif menyerupai prostatitit akut
yaitu demam,polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada saat
ereksi atau ejakulasi
16
4. Epididimitisdan Vas Deferentitis/ Funikulitits
Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bawah sisi yang
sama dengan terjadinya infeksi.
5. Orkitis
Reaksi inflamasi akut yang terjadi pada testis yang diakibatkan
oleh bakteri dan merupakan infeksi sekunder. Hal ini dapat
menyebabkan strerilitas. Apabila dilihat maka terlihat testis
membesar, dan akan terasa nyeri ketika duduk.
B. Pada wanita :
Lokal :
1. Bartholinitis
Labium minor sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri
tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila
berjalan dan pasien sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat
maka akan terjadi abses atau dapat pecah melalui mukosa dan
kulit.
2. Parauretritis
Kelenjar dapat terkena tapi biasanya jarang terjadi abses.
Ascendens
1. Salpingitis
2. Penyakit radang pinggul (PRP) dan Pelvic Inflammatory Disease
2,4
2.12 Prognosis
Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi mencari pengobatan karena
gejala awal yang muncul untuk mencegah masalah serius, tapi tidak
mencegah penularan ke orang lain. Kebanyakan infeksi pada wanita tidak
mempunyai gejala yang terlihat sampai komplikasi seperti PID (Pelvic
Inflamation Disease), infertilitas, timbulnya kehamilan ektopik, DGI lebih
17
umum pada wanita dengan asimtomatik cervical, endometrium, atau infeksi
tuba dan homoseksual dengan asimtomatik rectal atau gonore faring.
Jika kau seorang wanita hamil yang terinfeksi N. gonorrhoeae maka
melahirkan seorang anak akan membuat dia terinfeksi maka pengobatan
yang baik akan menurunkan resiko pada bayi
18
BAB III
PENUTUP
19