Anda di halaman 1dari 15

URETRITIS

A. Uretritis Gonorrhea
Definisi

Gonorrhea adalah infeksi menular seksual di saluran genitor urinaria bawah yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Dengan pengecualian infeksi saluran

genitourinaria oleh klamidia. (Kumar, Contran& Robbins, 2007).


Gonorrhea adalah infeksi mukosa pada epitel kolumnar yang ditularkan melalui
hubungan seksual dan disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. (Mandal BK et al, 2006).

Etiologi
Berasal dari bakteria Neisseria gonorrhoeae (gonokokus), merupakan bakteri gram
negative, non-motil, diplokokus berdiameter kira-kira 0,8m. Kokus individual berbentuk seperti
ginjal, apabila organism tersebut berpasangan, sisi yang rata atau konkaf saling menempel.
Epidemiologi

Terjadi diseluruh dunia dengan prevalensi yang lebih tinggi di berbagai negara

berkembang.
Angka serangan paling tinggi pada orang berusia 15-24 tahun yang tinggal di kota,
termasuk dalam kelompok sosio ekonomi rendah, tidak menikah atau homoseksual atau

riawayat PMS terdahulu.


Penyakit ini sangat mudah untuk ditularkan dengan angka infeksi 50% pada wanita dan

20% pada pria setelah sekali terpajan vagina tanpa pelindung.


Kira-kira pada wanita 75% wanita asimtomatik, dibandingkan hanya 5 % pria, padapria

yang heteroseksual.
Lokasi infeksi ekstragenital termasuk orofaring, mata dan jaringan perihepatik; infeksi

diseminata jarang terjadi.


Insidensi meningkat secara stabil pada tahun 1951 dan 1980, setelah itu insidensi
menurun namun pada tahun belakangan ini mulai meningkat lagi terutama pada pria

homoseksual; kira-kira terdapat 12.000 kasus per tahun di Inggris


Infeksi sistemik berat dan oftalmia neonatorum menjadi jarang terjadi di negara maju
Imunitas protektif tidak terbentuk dan reinfeksi umum terjadi setelah pajanan berulang
Masa inkubasi 2-7 hari.

Patologi dan Patogenesa


Gonokokus mempunyai beberapa tipe morfologi koloni, tetapi hanya bakteria yang
berpili yang bersifat virulen. Gonokokus yang membentuk koloni opak diisolasi dari pria dengan
gejala urethritis dan dari biakan serviks uterus pada siklus pertengahan. Gonokokus yang
membentuk koloni transparan sering diisolasi dari pria dengan infeksi uretra asimtomatik dari
wanita yang sedang menstruasi, dan dari bentuk invasif gonorrhea, termasuk salpingitis dan
infeksi diseminata.
Setelah gonokokus melekat dan berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan
subepitel dimana gonokokus ini terpajan ke sistem imun (serum, komplemen, immunoglobulin A
(IgA), dll) dan di fagositosis oleh neutrophil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus
mudah melekat dan bepenetrasi ke dalam sel pejamu, begitu pula resistensi terhadap serum,
fagositosis, dan pemusnahan intraselular oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung
virulensi ini adalah pili, protein membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.
Gonokokus menyerang membrane mukosa traktus genitourinaria, mata, rectum, dan
tenggorokan, menyebabkan supurasi akut yang dapat mengakibatkan invasi jaringan, hal ini
diikuti oleh inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria biasanya terdapat urethritis dengan pus
berwarna kuning, keruh dan nyeri ketika berkemih. Proses ini dapat meluas ke epididymis.
Seiring dengan meredanya proses supurasi pada infeksi yang tidak diterapi, akan muncul
fibrosis, kadang-kandang akan mengakibatkan striktur uretra. Infeksi uretra pada pria dapat juga
tanpa gejala. Pada wanita infeksi primernya terdapat pada endoserviks dan menyebar ke uretra
dan vagina, menyebabkan peningkatan secret mukopurulen. Kemudian dapat terus menyebar ke
tuba uterine, menyebabkan salpingitis, fibrosis, dan obliterasi tuba. Infertilitas terjadi pada 20%
wanita dengan salpingitis gonokokus. Servisitis gonokokus kronis atau proktitis sering tanpa
gejala.
Bacteremia gonokokus menyebabkan lesi di kulit (terutama papul dan pustule hemoragik)
padatangan, lesi bawah, kaki, dan tungkai serta menyebabkan tenosynovitis serta arthritis
supuratif, yang biasanya mengenai lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan. Gonokokus
dapat dibiakkan dari darah atau cairan sendihanya pada 30% pasien dengan arthritis gonokokus.
Endokarditis gonokokus sering tidak terjadi, namun merupakan penyakit infeksi yang parah.

Gonokokus kadang-kadang menyebabkan meningitis dan infeksi mata pada dewasa; gejala
klinisnya mirip dengan yang disebabkan oleh meningokokus.
Gonokokus yang mengakibatkan infeksi local, sering bersifat sensitif serum (dibunuh
oleh antibody dan komplemen) tetapi secara relative resistant terhadap obat antimikroba.
Sebaliknya, gonokokus yang masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi diseminata
biasanya bersifat resisten-serum tetapi mungkin cukup rentan terhadap penisilin dan obat
antimikroba lainnya.
Manifestasi Klinis
Gejala gonorrhea pada pria adalah :
1. Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
2. Nyeri dan perasaan tidak nyaman pada saluran kencing (urethral discomfort)
3. Nyeri pada saat kencing (disuria)
4. Keluar duh tubuh (pus/nanah) dari penis disertai nyeri (purulent discharge)
5. Sakit tenggorokan jika terjadi infeksi pada tenggorokan disebabkan karena oral seks
6. Gatal-gatal pada anus disertai keluar nanah jika terjadi infeksi pada daerah anus karena
hubungan seks melalui anus
7. Retensi urin akibat inflamasi prostat
Gejala gonorrhea pada wanita adalah :
1. Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
2. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan
(asimtomatis), 80 % tidak menimbulkan gejala
3. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan
gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
4. Keluar cairan putih keruh kekuningan (Vaginal discharge)

5. Nyeri abdomen kronis


6. Nyeri saat kencing (disuria)
7. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
8. Sakit tenggorokan jika terjadi infeksi pada tenggorokan disebabkan karena oral seks.
9. Gatal-gatal pada anus disertai keluar nanah jika terjadi infeksi pada daerah anus karena
hubungan seks melalui anus.
10. Pelvic Inflammatory Diseases (PID) = penyakit radang panggul
Gejala-gejala gonore yang telah menyebar dari kelamin ke daerah lain meliputi:
1. Ruam
2. Radang sendi atau arthritis
3. Tendon meradang
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang
yang terdiri atas beberapa tahapan :
Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler.
Kultur (Biakan)
Untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan (kultur). Menggunakan
media transport dan media pertumbuhan.
Tes Definitif
Tes Oksidasi : Semua golongan Neisseria akan bereaksi positif
Tes fermentasi : Kuman gonokokus hanya meragikan glukosa
Tes Beta Laktamase
Hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila
kuman mengandung enzim beta laktamase

Tes Thomson
Dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui
sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

Spesimen yang digunakan dalam uji laboratorium diagnostik, pus dan sekret diambil dari
uretra, serviks, rektum, konjungtiva, tenggorokan, atau cairan synovial untuk dibiakkan dan
dibuat sediaan apus. Biakan darah penting untuk digunakan mengidentifikasi penyakit sistemik,
tetapi sistem biakan khusus dapat membantu, karena gonokokus sensitif terhadap sulfonat
polianetol yang ada dalam medium biakan darah standar.

Pengobatan
1. Medikamentosa
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin,
banyak strain yang sekarang relative resisten, hal ini terjadi karena pengunaan luas
penisilin. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit
ditambah 1 gr probonesid per-oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan
yang memadai.
Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita
yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr IM untuk wanita.
Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
Bahaya penyakit menular seksual
Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.
Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

Adapun dalam tatalaksana awal gonore, perlu juga diperhatikan alur di bawah ini, dimana
terkait ada tidaknya fasilitas laboratorium atau tidak di tempat-tempat pelayanan kesehatan.
Adapun alurnya seperti di bawah ini:
Tidak Ada Fasilitas Laboratorium

Ada Fasilitas Laboratorium

Pencegahan Gonorrhea
Gonorrhea terutama ditularkan melalui kontak seksual, sehingga pencegahan gonorrhea
adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual di tempat-tempat pelacuran atau dengan
sembarang orang. Pengunaan kondom sebagai profilaksis mekanik memberikan proteksi parsial.
Sehingga lebih ditekankan untuk selalu setia kepada pasangannya. Jika masih dalam pengobatan
gonorrhea, jangan dulu melakukan hubungan seksual dengan pasangannya karena dapat
menularkan kepada pasangannya (suami/istri) hingga dinyatakan sembuh oleh dokter.
Peran pemerintah dalam melarang dan menutup tempat-tempat pelacuran dan prsotitusi
sangat berperan dalam pencegahan dan penyebaran penyakit gonorrhea ini di tengah masyarakat.
Begitu pula peran dari tokoh agama dan masyarakat dalam memberikan pemahaman yang baik
untuk masyarakat akan pentingnya nilai-nilai norma agama dan etika dalam masyarakat untuk
mencegah pergaulan bebas di masyarakat.

Komplikasi
Diseminasi terjadi pada 1-2% kasus dan bermanifestasi sebagai artri tissendi besar atau
tenosynovitis, suatu ruam makulopapular/pustular yang jarang (biasanya pada ekstremitas) dan
gejala sistemik. Ini lebih sering terjadi pada wanita.
Komplikasi pada pria, prostatitis, cowperitis, vesikulitis seminalis, epididimitis,dan
tysonitis. Sedangkan komplikasi pada wanita, uretritis, servisitis, dan endomertitis.

B. Uretritis Non Spesifik


Uretritis Non Spesifik (UNS) memiliki pengertian yang lebih sempit dari Infeksi Genital
Non Spesifik, dimana peradangan hanya pada uretra yang disebabkan oleh kuman non spesifik.
Yang dimaksud dengan kuman spesifik adalah kuman yang dengan fasilitas laboratorium biasa
atau sederhana dapat ditemukan seketika, misalnya gonokok, Candida albicans, Trichomonas
vaginalis dan Gardnerella vaginalis.
Uretritis Non Spesifik ditandai dengan keluarnya sekret dan/atau disuria, tetapi mungkin
juga asmtomatik. Chlamydial trachomatis merupakan mikroorganisme tersering di negara maju
yang menular melalui kontak seksual. Mikroorganisme ini utamanya menyerang traktus genitalia
Pada sebuah studi yang dilakukan, didapatkan beberapa mikroorganisme gram positif
yang menjadi mikroflora pada uretra seseorang yang normal. Lactobacilli, Coagulase negative
staphylococci dan Streptococci dilaporkan juga menjadi bagian dari flora normal. Partisipasi dari
beberapa flora normal ini diyakini menjadi bagian untuk mencegah invasi mikroorganisme
oportunistik.
Infeksi Chlamidya trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab utama infeksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO tahun 1995 menunjukkan bahwa
infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan 89 juta orang. Di Indonesia sendiri sampai saat ini
belum ada angka yang pasti mengenai infeksi C. trachomatis.
Epidemiologi

C. trachomatis merupakan penyebab Uretritis Non Spesifik (UNS) terbanyak dibanding


dengan organisme lain. Dari berbagai studi dilaporkan bahwa 30 - 60 % dari penderita UNS
dapat diisolasi C. trachomatis, selanjutnya 4 - 43 % dari pria penderita gonore dan 0 - 7 % dari
pria dengan uretritis asimtomatik. Dalam bidang penyakit menular seksual (PMS) C. trachomatis
dapat merupakan penyebab uretritis, servisitis, endometritis, salpingitis, perihepatitis,
epididimitis, limfogranuloma venerium, dll.
Angka transmisi seksual C. trachomatis sering melebihi 20 % pada wanita muda.
Penularan terhadap mitra seksual 38 pria UNS dengan positif Chlamydia terjadi pada 17 wanita
(45 %). Diperkirakan 25 - 50 % infeksi C. trachomatis bersifat asimtomatik, terutama pada
wanita (80 %), akan tetapi C. trachomatis m empunyai peranan penting pada servisitis
mukopurulen dan infeksi radang panggul (PID). Di Amerika 25 - 50 % kasus PID oleh karena
C. trachomatis dan meliputi 5 - 8 % wanita muda yang datang ke beberapa klinik maternitas dan
merupakan karier C. trachomatis.
Infeksi C. trachomatis sampai saat ini masih merupakan problematik karena keluhan
ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, dan mungkin
menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas dan kehamilan ektopik. Selain itu bayi
yang lahir dari ibu yang terinfeksi mempunyai resiko untuk menderita konjungtivitis dan atau
pneumonia.
Etiologi Dan Patogenesis
Uretritis non spesifik adalah inflamsi pada uretra yang disebabkan oleh infeksi selain
gonococcal. Etiologi dari uretritis non spesifik dapat disebabkan oleh bakterial, viral, ataupun
parasit. Banyak organisme berbeda yang berperan dalam terjadinya uretritis terutama agen
bakteri basil Gram negative seperti E.Coli, Proteus, Klebsiella atau Enterobacter. Namun pada
kasus uretritis non spesifik yang dapat ditularkan secara seksual agen yang sangat berperan
adalah :
-

Bakteri : Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Haemophylus vaginalis, dan


Mycoplasma genitalium.

Viral

: Herpes simpleks, Adenovirus.

Parasit : Trichomonas vaginalis.

Dalam hal taksonomi C. trachomatis termasuk dalam ordo chlamydiales, famili


chlamydia ceae, genus chlamydia. Spesiesnya adalah Chlamydia trachomatis, Chlamydia
psittaci, Chalmydia pneumonia dan Chlamydia pecorum. Species C. trachomatis mempunyai 515
serovar, dimana serovar A,B dan C menyebabkan tarchoma, serovar D sampai K menyebabkan
infeksi genital, serovar L1 sampai L3 menyebabkan limfogranuloma venereum (LGV).
Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat berkembang biak didalam
sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut Badan
Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan intrasitoplasma. C.
trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus
pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan
Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan elementer ukurannya lebih
kecil ( 300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk yang infeksius, sedangkan badan
retikulat lebih besar ( 1 um) terletak intraselular dan tidak infeksius.

Antigen pada permukaan chlamydia dapat diklasifikasikan sebagai Lipopolisakharida


(LPS) dan Major

Outer Membrane Protein (MOMP) yang merupakan antigen spesifik

Chlamydia. Heat Shock Protein (HSP) yang terkode secara genetik berhubungan dengan respon
imunopathologik. Namun sampai sekarang belum jelas apakah respon anti bodi terhadap CHSP
60 memang terlibat dalam imunopatologik chlamydia atau semata-mata sebagai petanda infeksi
chlamydial yang persinten.

Chlamydial trachomatis merupakan bakteri pathogen intraseluler yang mengakibatkan


reaksi inflamasi. Pathogenesis dari sekuel inflamasi kronis dipercaya dimediasi oleh agen
imunologis. Tetapi hal ini masih dalam penelitian. C. trachomatis secara alami ditemukan hidup
hanya di dalam sel manusia. Chlamydia dapat ditularkan selama hubungan seks vagina, anal,
atau oral, dan dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya saat melahirkan vagina.
Dalam perkembangannya, Chlamydial trachomatis mengalami 2 fase. Fase pertama (non
infeksiosa) terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva. Pada
saat ini, kuman bersifat intraseluler dan berada di dalam vakuol yang letaknya melekat pada inti
sel hospes (disebut badan inklusi). Sedangkan fase kedua (penularan) bila vakuola pecah kuman
keluar dalam bentuk badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes yang
baru.
Gejala Klinis
Manifestasi klinis infeksi C. trachomatis serovar D -K dalam beberapa hal mirip dengan
infeksi N. gonorrhoeae. Infeksi genital oleh chlamydia lebih lebih sering pada orang-orang

muda aktif seksual. Pada laki-laki, uretritis merupakan manifestasi klinis yang paling sering,
sedangkan pada wanita adalah servisitis, endometritis dan salfingitis, disamping dapat juga
terjadi gejala uretritis.
Gejala baru mulai timbul biasanya setelah 1-3 minggu kontak seksual dan umumnya
tidak seberat gonore. Pada pria, infeksi pada uretra (uretritis) biasanya gejala, menyebabkan
keluarnya cairan putih dari penis dengan atau tanpa nyeri pada buang air kecil (disuria). Kadangkadang, kondisi menyebar ke saluran kelamin bagian atas pada wanita (menyebabkan penyakit
radang panggul) atau epididimis pada pria (menyebabkan epididimitis). Jika tidak diobati, infeksi
klamidia dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius reproduksi dan lainnya dengan
konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan Gram
atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada
pembesaran 1000 x merupakan indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25 % pria yang
menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia tidak diobati
sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan epididimitis dan mungkin
prostatitis.
Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi karena gonore atau non-gonore.
Menegakkan diagnosis servisitis atau uretritis oleh klamidia, perlu pemeriksaan khusus untuk
menemukan atau menentukan adanya C. trachomatis. Pemeriksaan laboratorium yang umum
digunakan sejak lama adalah pemeriksaan sediaan sitologi langsung dan biakan dari inokulum
yang diambil dari specimen urogenital. Baru pada tahun 1980an ditemukan tehnologi
pemeriksaan terhadap antigen dan asam nukleat C. trachomatis.
Pemeriksaan menyeluruh pada pasien dengan penyakit menular seksual, termasuk
uretritis, sangat penting dalam mengarahkan terapi yang tepat. Kuantitas discar pada uretritis
dapat dikategorikan banyak (mengalir secara spontan dari uretra), sedikit (keluar hanya jika
uretra di ekspos), sedang (keluar secara spontan, namun hanya sedikit). Warna dan karakter
discharge uretra harus diperhatikan. Lendir berwarna kekuningan atau hijau disebut sebagai

lender purulen. Lendir berwarna putih yang bercampur cairan jernih dinamakan lender
mukoid. Jika hanya lendir bening, dinamakan jernih. Adanya inflamasi pada meatus uretra,
edema penis, dan pembesaran kelenjar limfe juga harus diperhatikan.
Pemeriksaan sitologi langsung dengan pewarnaan giemsa memiliki sensitivitas tinggi
untuk konjungtivitis (95%), sedangkan untuk infeksi genital rendah (pria 15%, wanita 41%).
Sitologi dengan Papaniculou sensitivitasnya juga rendah, 62%. Hingga saat ini pemeriksaan
biakan masih menjadi baku emas pemeriksaan klamidia. Spesifitasnya mencapai 100%, tetapi
sensitivitasnya bervariasi bergantung pada laboratorium yang digunakan (nilai berkisar 75-85%).
Prosedur, tehnik dan biaya pemeriksaan biakan ini tinggi serta perlu waktu 3 hingga 7 hari.
Metode pendeteksian antigen ada beberapa cara, yaitu Direct Fluorescent Antibody
(DFA) yang

menggunakan antibodi monoklonal atau poliklonal dengan mikroskop

imunofluoresen dan Enzyme Immuno Assay (EIA) atau Enzyme Linked Immunosorbent Assay
(ELISA) yang menggunakan antibodi monoklonal atau poliklonal dengan alat spektrofotometri.
Metode pendeteksian terbaru adalah dengan cara mendeteksi asam nukleat C. trachomatis.
Hibridisasi DNA Probe (Gen Probe) mendeteksi DNA CT lebih sensitive dibanding Elisa karena
dapat mendeteksi DNA dalam jumlah kecil melalui proses hibridisasi. Cara lain menggunakan
Amplifikasi Asam Nukleat (Polimerase Chain Reaction dan Ligase Chain Reaction).
Dalam sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa tidak
diperlukan adanya investigasi lebih lanjut menggunakan mikroskopi pada penderita yang
asimtomatik karena hanya presentase kecil penderita didapatkan hasil yang positif akan bakteri
patogen.
Penegakan diagnosis uretritis didasarkan pada tanda klinis serta pemeriksaan
laboratorium, sebagai berikut:
1. Discar purulen atau mukopurulen.
2. Pengecatan Gram pada sekresi uretra menunjukkan adanya >5 leukosit per lapang
pandang. Pengecatan Gram merupakan tes diagnostik yang umum digunakan untuk
mengevaluasi uretritis. Pemeriksaan ini cukup sensitif dan spesifik untuk menentukan

adanya uretritis dan ada tidaknya infeksi gonococcal. Infeksi gonococcal ditegakkan jika
ditemukan diplococcus intraseluler pada leukosit.
3. Tes leukosit esterase pada pancaran urin pertama yang menunjukkan hasil positif atau
pemeriksaan mikroskopis pancaran urin pertama menunjukkan 10 leukosit per lapang
pandang besar.
Jika tidak ada kriteria diatas yang positif, pasien harus di tes untuk konfirmasi infeksi N.
gonorrhea atau C. trachomatis. Jika hasil tes menunjukkan infeksi N. gonorrhea atau
C.trachomatis, pasien harus diberikan perawatan yang sesuai, pasangan seksual ikut untuk
menjalani tes.
Terapi
Penting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C. trachomatis,
mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya, Contact tracing (pemeriksaan dan
pengobatan partner seksual) diperlukan untuk keberhasilan pengobatan.
Untuk pengobatan, Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama
untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x
500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti
doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling
banyak dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah
dan dosisnya lebih kecil. Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa
sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.
Regimen alternatif dapat diberikan :
- Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.
- Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari

Pasien dengan infeksi klamidia harus dimonitor selama 2 minggu. Pemberian informasi
kepada pasangan, pencegahan hubungan seksual sementara serta penyelesaian terapi dengan
benar harus dicek. Dalam hal ini pasangan maupun semua orang yang memiliki kontak seksual
langsung dengan penderita harus diidentifikasi dan diberikan saran untuk mendapatkan terapi
serupa.
Prognosis
Kadang-kadang tanpa pengobatan, penyakit lambat laun berkurang dan akhirnya sembuh
sendiri (50-70% dalam waktu sekitar 3 bulan). Setelah pengobatan, kira-kira 10% penderita akan
mengalami eksaserbasi atau rekurensi.

Anda mungkin juga menyukai