PENDAHULUAN
2.1 Urethritis
Uretritis adalah peradangan pada uretra dan terbagi menjadi Uretritis Gonokokus
(UG) dan Uretritis non Gonokokus (UNG). Gonore merupakan penyakit yang mempunyai
insidens yang tinggi di antara IMS. UNG yaitu peradangan uretra yang disebabkan oleh
kuman lain selain gonokok. Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang
disebabkan oleh Neisseria gonorheae. Penyebab Gonore adalah gonokok yang ditemukan
oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882.
Gonore terdapat dimana-mana di seluruh dunia dan merupakan penyakit kelamin yang
terbanyak dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaan setelah menderita penyakit ini. Juga tidak
ada perbedaan mengenai kekebalan antar berbagai suku bangsa atau jenis kelamin atau umur.
Diperkirakan setiap tahun tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan di dunia. Beberapa
strain kuman gonokok yang resisten terhadap penisilin, quinolone dan antibiotik lainnya telah
ditemukan beberapa tahun yang lalu dan membawa masalah dalam pengobatan yang telah
tersebar di beberapa negara.
Menurut WHO, UG dan UNG merupakan masalah kesehatan lingkungan yang sangat
penting. Penyakit ini ditransmisikan terutama melalui hubungan seksual dengan partner yang
terinfeksi. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan
setiap tahun di seluruh dunia.2,3 Di dunia, Gonore merupakan IMS yang paling sering terjadi
sepanjang abad ke 20, dengan perkiraan 200 juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya.
Data dari Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI) tahun 2012
melaporkan insidens gonokokus di Manado tahun 2007-2011 sebesar 31% menempati urutan
ke-2 di Indonesia, Medan (26,3%), Padang (33,3%), Bandung (28,7%), Semarang (23,8%),
Yogyakarta (27,3%), dan Denpasar (16,3%). Gonore di Manado menempati urutan pertama
bersama dengan Padang dan Surabaya.
Pada pengobatan UG dan UNG, semua pasangan seksual berisiko harus dinilai dan
ditawarkan pengobatan serta menjaga kerahasiaan pasien. Cefixime dan ceftriaxone ialah
sefalosporin generasi ketiga yang direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk UG.
Cefixime diberikan per oral dalam dosis tunggal sedangkan ceftriaxone diberikan per injeksi
intramuskular. Pada pengobatan UNG, azitromisin dan doksisiklin merupakan terapi lini
pertama yang diberikan per oral.Pemahaman mengenai UG dan UNG pada laki-laki serta
penanganan awal sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi penyakit dan penularan
lebih lanjut.
2.1 1 Epidemiologi
Gonore terdapat dimana-mana diseluruh dunia dan merupakan penyakit kelamin yang
terbanyak dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaan maupun setelah menderita penyakit. Juga
tidak ada perbedaan mengenai kekebalan antara berbagai suku bangsa atau jenis kelamin atau
umur. Diperkirakan setiap tahun tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan di dunia.
Beberapa strain kuman gonokok yang resisten terhadap penisilin, quinolone dan antibiotik
lainnya telah ditemukan beberapa tahun yang lalu dan membawa
persoalan dalam pengobatan, telah tersebar di beberapa negara.
2.1.2 Klasifikasi
2.1.3 Etiologi
a. Morfologi
Neiserria gonorrhoeae merupakankuman kokus gram negatif, berukuran 0,6 sampai 1,5 μm,
berbentuk diplokokus tidak membentuk spora. Neisseria gonorrheae dapat dibiakkan dalam
media
Thayer Martin dengan suhu optimal 35-37ºC, pH 6,5-7,5, dengan kadar C02 5%.Gonococci
hanya memfermentasi glukosa dan berbeda secara antigen dari Neisseriae lain. Gonococci
biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan Neisseriae lainnya.Gonococci
yang membutuhkan arginin, hipoxantin dan urasil ( auksotipe Arg¯,Hyx+, Ura+ ) cenderung
tumbuh dengan sangat lambat pada kultur primernya. Gonococci diisolasi dari specimen
klinis atau dipertahankan olehsubkultur nonselektif yang memiliki ciri koloni kecil yang
mengandung bakteri yang berpili. Pada subkultur nonselektif,koloni yang lebih besar yang
mengandung gonococci nonpili juga terbentuk Varian yang pekat dan transparan pada kedua
bentuk koloni ( besar dan kecil ) juga terbentuk, koloni yang pekat berhubungan dengan
keberadaan protein yang berada dipermukaan, yang disebut Opa.Kellog membedakan
Neisseria gonorrhoeaberdasarkan pertumbuhan koloninya pada media agar, yaitu :- T1
bentuk koloninya kecil,cembung dan lebih terang- T2 bentuk koloninya kecil, lebih
gelap, tapi lebih terang- T3 bentuk koloninya besar, datar dan lebih gelap- T4 sama dengan
T3 tetapi lebih terang Koloni yang kecil karena mempunyai pili diberi tanda p+, sedangkan
koloni besar diberi tanda p¯. Makin kecil N.gonorrheae makin tinggi virulensinya, karena sel
bakteri ini memiliki pili yang memudahkan perlekatannya dengan dinding sel selaput lendir.
b. Mikrobiologi
Dengan mikroskop elektron, dinding N.gonorrheae terlihat mempunyai komponen-komponen
permukaan yang diduga berperan pada pathogenesis virulensinya. Komponen permukaan
tersebut mulai dari lapisan dalam ke luar dengan susunan sebagai berikut :
1. Membran sitoplasma Membran ini menghasilkan beberapa enzim seperti suksinat
dehidrogenase, laktat dehidrogenase, NADH dehidrogenase dan ATP ase.
2. Lapisan peptidoglikan Lapisan ini mengandung beberapa jenis asam amino seperti
pada kuman gram negatif lainnya. Lapisan ini mengandung “penicilline binding
component” yang merupakan sasaran antibiotic penisilin dalam proses kematian
kuman. Terjadi hambatan sintesis dinding sel, sehingga kuman akanmati.
3. Membran luar ( dinding sel ) Membran ini terdiri atas beberapa komponen, yang
terpenting adalah:
a. Lapisan polosakarida
Lapisan ini memegang peranan dalam virulensi dan patogenesis kuman N.
gonorrhea
b. Pili
Pili merupakan bagian dinding sel gonokokus yang menyerupai rambut,
berbentuk batang dan terdiri dari subunit protein sekitar 1.800 dalton. Pil ini
dihubungkan dengan patogenisitas kuman yangsangat berperan dalam perlekatan
( adhesi ) pada sel mukosa dan penyebaran kuman dalam inang
c. Protein
Porin protein (por ) Dengan teknik elektroforesis dapat ditemukan protein
pada lapisan dinding sel gonokokus dengan berat sekitar 34-36 kilo Dalton yang
dikenal dengan porin protein( Por ). Fungsi dari Por ini adalah sebagai penghubung
anion spesifik ke dalam lapisan yang banyak mengandung lemak pada membran
luar.# Opacity protein ( Opa ) Protein ini banyak ditemukan pada daerah perlekatan
sel yang mempunyai kemampuan menyesuaikan perubahan panas sel, membantu
perlekatan antar sel dalam koloni atau dengan sel epitel. Protein ini berukuran
antara 24-28 K Dalton # Reduction Modifiable Protein (RMP ) Semua neisseria
pathogen mempunyai protein RMP dengan berat molekul 30-31 K Dalton. Protein
ini memegang peran penting karena dapat memblokade antibodi yang ada dalam
serum. # H.8 protein Peranan protein ini sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti
d. Lipo Oligosakarida (LOS)
Semua glukosa mengekspresikan LOS pada permukaan selnya. Komponen ini
berperan dalam menginvasi sel epitel, dengan cara memproduksi endotoksin yang
menyebabkan kematian sel mukosa.
e. Ig A1 protease
Komponen ini berperan dalam inaktifasi pertahanan imun mukosa.Hilangnya
Ig A1protease akan menyebabkan hilangnya kemampuan gonokokus untuk tumbuh
dalam sel epitel.
2.1.3 PATOGENESIS
Gonococci menampakkan beberapa tipe morfologi dari koloninya, tetapi hanya
bakteri berpili yang tampak virulen. Gonococci yang berbentuk koloni yang pekat ( opaque )
saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala uretritis dan dari kultur uterine cervical pada
siklus pertengahan. Gonococci yang koloninya berbentuk transparan diisolasi dari manusia
dari infeksi uretral yang tidak bergejala, dari menstruasi dan dari bentuk invasif dari
gonorrhea, termasuk salpingitis dan infeksi diseminasi. Pada wanita, tipe koloni terbentuk
dari sebuah strain gonococcus yang berubah selama siklus menstruasi. Gonococci yang
diisolasi dari pasien membentuk koloni-koloni yang pekat atau transparan, tetapi mereka
umumnya
memiliki 1-3 Opa protein pada saat tumbuh di kultur primer yang sedang diuji. Gonococci
dengan koloni transparan dan tanpa Opa protein hampir tidak pernah ditemukan secara klinis
tetapi dapat dispesifikasi melalui penelitian di laboratorium. Gonococci menyerang
membrane selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rectum dan tenggorokan,
menghasilkan nanah yang akut yang mengarah ke invaginasi jaringan, hal yang diikuti
dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria,biasanya terjadi peradangan uretra (uretritis),
nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing.
GAMBARAN KLINIS
Pada laki-laki
Sekali kontak dengan wanita yang terinfeksi, 25% akan terkena uretritis gonore dan 85%
berupa uretritis yang akut. Setelah masa tunas yang berlangsung antara 2-10 hari, penderita
mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing yang kemudian diikuti keluarnya nanah kental
berwarna kuning kehijauan. Pada keadaan ini umumnya penderita tetap merasa sehat, hanya
kadang-kadang dapat diikuti gejala konstitusi ringan. Sebanyak 10% pada
laki-laki dapat memberikan gejala yang sangat ringan atau tanpa gejala klinis sama
sekali pada saat diagnosis, tetapi hal ini sebenarnya merupakan stadium presimtomatik dari
gonore, oleh karena waktu inkubasi pada laki-laki bisa lebih panjang ( 1-47 hari dengan rata-
rata 8,3 hari ) dari laporan sebelumnya. Bila keadaan ini tidak segera diobati, maka dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu maka sering menimbulkan komplikasi lokal berupa
epididymitis, seminal vesiculitis dan prostatitis, yang didahului oleh gejala klinis yang lebih
berat yaitu sakit waktu kencing, frekuensi kencing meningkat, dan keluarnya tetes darah pada
akhir kencing.
Pada wanita
Pada wanita gejala uretritis ringan atau bahkan tidak ada, karena uretra pada wanita selain
pendek, juga kontak pertama pada cervix sehingga gejala yang menonjol berupa cervicitis
dengan keluhan berupa keputihan. Karena gejala keputihan biasanya ringan, seringkali
disamarkandengan penyebab keputihan fisiologis lain, sehingga tidak merangsang penderita
untuk berobat. Dengan demikian wanita seringkali menjadi carrier dan akan menjadi sumber
penularan yang tersembunyi. Pada kasus-kasus yang simtomatis dengan keluhan keputihan
harus dibedakan dengan penyebab keputihan yang lain seperti trichomoniasis vaginosis,
candidiasis maupun uretritis non gonore yang lain. Pada wanita, infeksi primer tejadi di
endocerviks dan menyebar kearah uretra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan yang
mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterine, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan
obliterasi tuba. Ketidak suburan ( infertilitas ) terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis
karena gonococci.
Pada bayi
Ophtalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata pada bayi
yang baru lahir yang didapat selama bayi berada dalam saluran lahir yang terinfeksi.
Conjungtivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat menimbulkan
kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia neonatorum ini, pemberian tetracycline atau
erythromycin ke dalam kantung conjungtiva dari bayi yang baru lahir banyak dilakukan.
DIAGNOSA
Bila fasilitas pengobatan, tenaga medis dan laboratorium tersedia, maka untuk diagnosa
uretritis tidak cukup hanya dengan pemeriksaan klinis, tetapi harus diikuti pemeriksaan
bakteriologis. Di sini pemeriksaan bakteriologis meliputi pemeriksaan dengan hapusan dan
biakan untuk identifikasi dan tes kepekaan antibiotik. Dengan cara pengecatan gram dari
hapusan ini nilainya cukup tinggi karena kemungkinan kuman gonokok ditemukan cukup
tinggi. Pada wanita selain pemeriksaan dengan gram, harus diikuti dengan biakan oleh karena
dengan hanya kemungkinan ditemukan kuman gonokok lebih kecil di
samping kemungkinan keliru dengan flora lain dari vagina.Beberapa macam pemeriksaan
laboratorium untuk deteksi Neisseria gonorrheae ;
1. Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan gram Tampak kuman kokus berpasangpasangan
terletak di dalam dan di luar sel darah putih ( polimorfonuklear). Pemeriksaan ini berguna
terutama pada kasus gonore yang bersifat simtomatis.
2. Pembiakan dengan pembenihan Thayer Martin Akan tampak koloni berwarna putih
keabuan, mengkilap dan cembung. Pembiakan dengan media kultur ini sangat perlu terutama
pada kasus-kasus yang bersifat asimtomatis.
3. Enzyme immunoassay Merupakan cara deteksi antigen gonokokus dari sekret genital,
namun sensitivitasnya masih lebih rendah dari metode kultur.
4. Polimerase Chain Reaction (PCR) Identifikasi gonokokus dengan PCR saat ini telah
banyak digunakan di beberapa negara
maju, dengan banyak sensitivitas
dan spesifitas yang tinggi, bahkan
dapat digunakan dari sampel
urine.
PENGOBATAN
B. ETIOPATOGENESIS
Uretritis non gonore adalah salah satu jenis penyakit infeksi menular seksual yang
paling banyak mengenai pria, tapi dalam proporsi kasus yang signifikan (20%-50%),
patogennya tidak teridentifikasi.(3)
Ada banyak penyebab terjadinya UNG. Berikut ini akan dijabarkan mengenai etiologi
dan patogenesis dari UNG.
a. Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan UNG adalah Chlamydia trachomatis, tapi
juga dapat disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, dan
Mycoplasma genitalium.(2,3,6,8,11) Ureaplasma urealyticum telah terdeteksi lebih sering dan
jumlah yang banyak pada laki-laki dengan uretritis non gonokokkus nonchlamydia,
khususnya laki-laki dengan UNG nonchlamydia episode pertama.(5,12)
- Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis merupakan bakteri gram negatif, nonmotil, dan bersifat obligat
intraselular. Chlamydia trachomatis penyebab UNG ini termasuk subgrup A dan
mempunyai tipe serologic D-K.(2,6,7,9)
Spesies C. trachomatis mempunyai 15 serotipe, dimana serovar A, B, dan C
menyebabkan konjungtivitis kronik, serovar D sampai K menyebabkan infeksi genital,
serovar L1 sampai L3 menyebabkan limfogranuloma venereum (LGV). Bakteri ini
memasuki sel dengan mekanisme endositosis dan bereplikasi melalui binary fission di
dalam sel.(7,9)
Traktus urogenital merupakan daerah yang paling sering terinfeksi oleh C. trachomatis.
Transmisi terjadi melalui rute oral, anal, atau melalui hubungan seksual. Gejala terjadi
dalam 1-3 minggu setelah infeksi. Namun demikian, sering terjadi infeksi asimtomatik
sebesar 80% pada wanita dan 50% pada pria. Koinfeksi dengan penyakit menular seksual
lainnya sering kali terjadi terutama gonore.(7)
Penyakit infeksi ini sering tidak disertai gejala klinis sehingga sulit untuk menilai
penyebarannya. Dalam perkembangannya Chlamydia trachomatis mengalami 2 fase, yaitu:
(2)
Fase 1: disebut fase noninfeksiosa, dimana fase noninfeksiosa terjadi keadaan laten yang
dapat ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva.
Fase 2: fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk badan elementer
yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes yang baru.
Pasien dengan infeksi mycoplasma genitalium sering tidak terdiagnosis, karena gejala yang
timbul biasanya dikaitkan dengan patogen lain yang lebih umum seperti Chlamydia. Seperti
halnya Chlamydia, infeksi mycoplasma genital mengakibatkan uretritis, servisitis, PID,
endometritis, salpingitis, dan korioamnionitis. Spesies lainnya dapat menyebabkan infeksi
pernapasan, artritis septik, pneumonia neonatal, dan meningitis.(7)
b. Virus
Virus yang dapat menyebabkan UNG antara lain Herpes simplex virus dan Adenovirus.
Virus Herpes Simplex dan adenovirus hanya berperan kecil dalam kejadian kasus UNG.(3,6)
c. Parasit
Golongan parasit yang bisa menjadi penyebab adalah Trichomonas vaginalis. Parasit ini
merupakan protozoa yang menyebabkan kondisi yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi
pada wanita menyebabkan timbulnya keputihan yang berbau, berwarna kuning kehijauan,
disertai pruritus, eritema, dan dispareunia. Pada pria seringkali asimtomatis, keluhan yang
muncul berupa sekret uretra, nyeri berkemih yang terasa panas, dan frekuensi berkemih
yang lebih sering.(2,7,11)
Manusia adalah satu-satunya natural host untuk T. vaginalis. Trofozoitnya bertransmisi
dari orang ke orang melalui hubungan seksual. Transmisi nonseksual penyakit ini jarang.
Kejadian infeksi asimtomatis setinggi 50% pada perempuan. Laki-laki yang terinfeksi
biasanya asimtomatis dan juga self-limiting; karenanya diagnosis sering susah ditegakkan.(11)
Trichomonas vaginalis akan menginfeksi vagina dan epitel uretra dan menyebabkan
mikroulserasi. Pada wanita, organisme ini dapat diisolasi dari vagina, uretra, serviks,
kelenjar Bartholin, dan kelenjar Skene serta buli-buli. Pada pria, organisme ini dapat
ditemukan di area genital eksterna, uretra anterior, epididimis, prostat, dan semen. Masa
inkubasi biasanya berlangsung 4-28 hari. Pada wanita, manifestasi infeksi bervariasi mulai
dari carrier asimtomatik sampai vaginitis inflamatorik. Karena peningkatan keasaman dari
vagina, gejala cenderung muncul selama atau setelah menstruasi. Kebanyakan pria
merupakan carrier asimtomatik.
Ada juga dugaan bahwa UNG disebabkan oleh reaksi alergi terhadap komponen sekret
alat urogenital pasangan seksualnya. Alasan ini dikemukakan karena pada pemeriksaan
sekret UNG tersebut ternyata steril dan pemberian obat antihistamin dan kortikosteroid
mengurangi gejala penyakit.(2)
C. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada laki-laki
Pada laki-laki, gejala dapat timbul biasanya setelah 1-3 minggu hari setelah kontak
seksual. Keluarnya sekret uretra merupakan keluhan yang sering dijumpai, berupa lendir
yang jernih sampai keruh. Keluhan yang paling umum ialah waktu pagi hari atau morning
drops, tetapi bisa juga berupa bercak di celana dalam. Disuria merupakan salah satu keluhan
yang banyak dijumpai dan sangat bervariasi dari rasa terbakar sampai tidak enak pada
saluran kencing waktu mengeluarkan urin. Tetapi keluhan disuria tidak sehebat pada infeksi
gonore. Keluhan gatal pada saluran uretra mulai dari gatal yang sangat ringan dan terasa
hanya pada ujung kemaluan. Sebagai akibat terjadinya uretritis, timbul perasaan ingin buang
air kecil. Bila infeksi sampai pars membaranasea uretra, maka pada waktu muskulus
sfinkter uretra berkontraksi timbul pendarahan kecil. Selain itu timbul perasaan ingin buang
air kecil pada malam hari atau nokturia. Keluhan lain yang jarang ialah adanya perasaan
demam dan pembesaran kelenjar getah bening inguinal yang terasa nyeri.(7,13,14)
Pada pemeriksaan klinis muara uretra tampak tanda peradangan berupa edema dan
eritem, dapat ringan sampai berat. Sekret uretra bisa banyak atau sedikit sekali atau kadang-
kadang hanya terlihat pada celana dalam penderita. Sekret umumnya serosa, seromukous,
mukous, dan kadang bercampur dengan pus. Kalau tidak ditemukan sekret bisa dilakukan
pengurutan saluran uretra yang dimulai dari daerah proksimal sampai distal sehingga mulai
nampak keluar sekret. Kelainan yang nampak pada UNG umumnya tidak sehebat pada
uretritis gonore.(14)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium secara langsung
Pemeriksaan laboratorium untuk Chlamydia trachomatis telah cepat berkembang
beberapa tahun terakhir ini. Namun penggunaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya
disesuaikan dengaan kemampuan sarana kesehatan. Untuk program skrining lebih disukai
teknik yang menggunakan spesimen noninvasif. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
untuk mendiagnosis UNG adalah sebagai berikut:(13,17)
1. Pewarnaan Gram adalah salah satu pemeriksaan yang lebih cepat untuk
mengevaluasi uretritis dan mengetahui ada tidaknya infeksi gonokokus. Dianggap
positif UNG bila terdapat lebih dari 4 leukosit dengan pembesaran 1000 kali.
2. Sedimen urin: kriteria diagnosis uretritis bila terdapat sekret uretra dan terdapat
20 leukosit PMN atau lebih dua lapangan pandang dengan pembesaran 400x dari
pemeriksaan sedimen 10-15 ml urine tampung pertama yang dikeluarkan sebelum 4
jam atau lebih.
3. Pada pemeriksaan mikroskopik sekret serviks dengan pewarnaan gram
didapatkan >30 lekosit per lapangan pandang dengan pembesaran 1000 kali.
4. Pemeriksaan spesimen dari endouretral dengan dijumpainya sel lebih dari 4/LP
(400x) dilakukan dengan pewarnaan gram.
5. Pemeriksaan sediaan basah untuk menentukan Trichomonas vaginalis.
Kultur
Sebagai patogen intraseluler, Chlamydia trachomatis membutuhkan sistem kultur sel
untuk diperbanyak di laboratorium, sehingga kultur sel merupakan tes standar untuk
mendeteksi Chlamydia trachomatis selama bertahun-tahun, dengan sensitivitas 40–85%
pada spesimen genital. Untuk kultur, spesimen dapat diambil dengan swab berujung
kapas. Spesimen harus diletakan dalam media transport spesifik dan didinginkan selama
24 jam hingga berinokulasi pada lempeng kultur sel.(17)
Badan
inklusi Chlamydia
trachomatis
(coklat) pada media kultur McCoy.(19)
E. DIAGNOSIS BANDING
1. Gonore
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang umum terjadi dan disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae, menyebabkan perubahan pada mukosa dan epitel transisional.
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-8 hari setelah terinfeksi.
Manifestasi umum dari infeksi gonokokkus pada pria adalah uretritis. Karakteristiknya
berupa sekret yang purulen atau berawan keluar dari uretra yang membedakannya dari
uretritisnon gonore. Inflamasi membran mukosa pada uretra anterior menyebabkan
rasa nyeri saat berkemih dan terjadi kemerahan serta pembengkakan. Nyeri dan
bengkak pada testis mengindikasikan terjadinya epididimitis atau orkitis dan mungkin
akan menjadi satu-satunya gejala yang muncul. Pada wanita, 50% infeksi N.
gonorrhoeae bersifat asimtomatis. Skrining yang sesuai, diagnosis dini, dan perawatan
adalah krusial karena dapat menyebabkan komplikasi serius berupa sterilitas.
Endoserviks adalah lokasi umum terjadinya infeksi dan invasi organisme ini. Gejala
uretritis mencakup sekret mukopurulen, pruritus vagina, dan disuria. Vaginitis tidak
terjadi kecuali pada wanita prapuber atau post menopause karena epitel vagina wanita
yang sudah dewasa secara seksual tidak mendukung pertumbuhan N. gonorrhoeae.
Lokasi infeksi lainnya adalah kelenjar Bartolin dan Skene. Organisme juga dapat
menginvasi traktus genitalia atas seperti uterus, tuba fallopi, dan ovarium
menyebabkan terjadinya Pelvic Inflammatory Disease (PID).
D. PENATALAKSANAAN
a. Penanganan pasangan seksualnya(22)
b. Farmakologi
Pengobatan harus diberikan segera setelah diagnosis UNG ditegakkan tanpa
menunggu hasil tes Chlamydia dan kultur N. gonorrhoea. Azitromisin dan doksisiklin
memiliki efektivitas tinggi terhadap uretritis karena infeksi Chlamydia, demikian pula
dengan M. genitalium yang berespon sangat baik terhadap azitromisin.(1,23)
- Regimen yang direkomendasikan:
Azitromisin 1 gr per oral dosis tunggal atau doksisiklin 100 mg per oral 2 kali
sehari selama 7 hari.(1,23)
Azitromisin merupakan golongan makrolid dengan aktivitas lebih rendah
terhadap kuman gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif.
Azitromisin diindikasikan untuk infeksi klamidia daerah genital tanpa komplikasi.(24)
Doksisiklin adalah golongan tetrasiklin yang berspektrum luas dan merupakan
pilihan untuk infeksi yang disebabkan Chlamydia (trakoma, psitakosis, salpingitis,
uretritis, dan limfogranuloma venereum).(24)
- Regimen alternatif:
Eritromisin 500 mg diberikan dua kali sehari selama 14 hari atau ofloksasin
200 mg diberikan dua kali sehari atau 400 mg diberi sekali sehari selama 7 hari.(1,23)
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin,
sehingga obat ini digunakan sebagai alternatif penisilin. Eritromisin bekerja aktif
terhadap Chlamydia dan Micoplasma.(24)
Ofloksasin merupakan golongan kuinolon yang bekerja dengan menghambat
DNA gyrase sehingga sintesis DNA kuman terganggu. Ofloksasin digunakan untuk
infeksi saluran kemih, saluran nafas bawah, gonore, uretritis, dan servisitis non
gonokokkus.(24)
- Untuk pasien dengan UNG persisten/rekuren terapi yang diberikan berupa:
Metronidazol 2 gr per oral dosis tunggal atau Tinidazol 2 gr per oral dosis
tunggal atau Azitromisin 1 gr per oral dosis tunggal.(1,23)
Penyebab UNG persisten/rekuren adalah multifaktorial. M. genitalium terlibat
dalam 20-40% kasus dan terapi UNG tidak selalu mengeradikasi kuman ini. Karena
kemungkinan risiko resistensi pada dosis tunggal azitromisin, para ahli
merekomendasikan pemberian azitromisin selama 5 hari untuk terapi M. genitalium.
(1,23)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Uretritis adalah peradangan pada uretra dan terbagi menjadi Uretritis Gonokokus
(UG) dan Uretritis non Gonokokus (UNG). Gonore merupakan penyakit yang mempunyai
insidens yang tinggi di antara IMS. UNG yaitu peradangan uretra yang disebabkan oleh
kuman lain selain gonokok. Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang
disebabkan oleh Neisseria gonorheae. Penyebab Gonore adalah gonokok yang ditemukan
oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882.
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://download.dokumen.tips/getdownload/document/?id=S1opA6C1naHzaP1Zq1N
%2BFyQSqedmeH8Mgs%2FXBDeucK%2FGFQLQ
%2FMHcOLdwdl8atyaP3zUl0nhumLpWGM5zBaoTxg%3D%3D
2. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-BIKKK_vol%2020%20no%203_des
%202008_Acc_4.pdf
3. http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol%20Edisi%20Khusus%20Desember
%202010/URETRITIS%20GONORE.pdf
4. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/11879/11468
5. http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&id=80033&ftyp=potongan&poto
ngan=S1-2015-311857-introduction.pdf