Anda di halaman 1dari 17

Daftar Isi

Bab 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….....2
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………………………3
1.3 Tujuan masalah………………………………………………………………………………3
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi………………………………………………………………………………………..4
2.2Etiologi………....………………………………………………………………………..…….5
2.3Patofisiologi…...………………………………………………………………………………6
2.4Klasifikai………………………………………………………………………………………7
2.5 Manifestasi Klinis …………….……………………………………………………………....9
2.6 Komplikasi…………………………………………………………………………………...10
2.7 Penatalaksanaan……………………………………………………………………………...10
2.8 Pencegahan&Deteksi Dini…………………………………………………………………...11
2.9 Peran Bidan…………………………………………………………………………………,,12

Bab 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………13
3.2 Saran…………………………………………………………………...……………...……13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….14

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, sedang gencar-gencarnya untuk
membangun seluruh aspek yang mendukung kemajuan negaranya, utamanya pada aspek
kesehatan. Berbagai program telah dilakukan untuk memperbaiki dan memajukan fasilitas
kesehatan yang sudah ada. Namun, gaya hidup masyarakat Indonesia membuat berbagai
penyakit mulai muncul dan bisa membahayakan kualitas hidup generasi penerus. Beberapa
penyakit yang patut diwaspadai adalah infeksi saluran kemih (ISK), seperti urethritis akut.
Urethritis adalah kelainan yang ditandai oleh dysuria dan keluarnya secret uretra,
paling sering disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonokokus atau Chlamydia sp
(Davey, 2005). Menurut The Center for Deseases Control and Orefention (CDC) di Atlanta
mengatakan Chlamvda adalah infeksi seksual yang paling sering terjadi di Amerika
(diperkirakan 3 juta orang amerika mengidap penyakit ini setiap tahun dan sebagian besar
berumur 15 dan 24 tahun). Chlamvdia di sebabkan melalui hubungan seksual tetapi bukan
sebagai virus, seperti kebanyakan penyakit akibat hubungan seksual lain. Ini disebabkan oleh
suatu bakteri yang di sebut Chlamvdia.
Menurut WHO pada tahu 2013, infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi
yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta
kasus dilaporkan pertahunnya. Hal ini menunjukkan betapa jika ISK merupakan suatu penyakit
yang patut diperhitungkan. Sedangkan, menurut perkiraan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus pertahunnya atau sekitar
180.000 kasus baru per tahun (Depkes RI, 2014).
Di Indonesia infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, dkk 2001).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik
pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari 2 jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering terinfeksi dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-
15%. Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita yang membuat hal ini sangat rawan
terutama bagi wanita yang akan hamil. Saluran uretra yang lebih pendek pada wanita membuat
resiko bagi wanita lebih besar.

2
Uretritis gonore merupakan penyakit IMS terbanyak di Indonesia mencapai 7,4% - 50%
dari keseluruhan kasus IMS (Yuwono, 2001). WHO pada tahun 2014 juga melaporkan bahwa
di 53 negara median kasus uretritis gonore mencapai 25,5 kasus per 100.000 laki-laki dewasa
(rentang 0,5-385,5) dan tertinggi dilaporkan terjadi di Pasifik Barat. Berdasarkan Dinas
Kesehatan Kota Semarang tahun 2010 terdapat 66 jiwa wanita yang menderita Non
Gonococcal Urethritis dan. Pada wanita, penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya Pelvic
Inflammatory Disease. Pada wanita hamil yang mengalami uretritis yang disebabkan oleh
Chlamydia, bayinya dapat mengalami konjungtivitis, iritis, otitis media, atau pneumonia
(akibat penyebaran bakteri lewat jalan lahir). Oleh karena itu, pada wanita hamil yang
diketahui terinfeksi Chlamydia dianjurkan untuk operasi caesar serta dilakukan pengananan
khusus bagi bayi yang baru dilahirkan. Pada kasus yang jarang, penyakit ini juga dapat
berkembang menjadi uveitis anterior, arthritis, disseminated gonococcal infection yang
meliputi arthritis, meningitis, dan endokarditis.
Tanganilah secepatnya jika Anda mulai merasakan gejala infeksi saluran kemih (ISK).
Jika ISK dibiarkan berlarut-larut tanpa diobati, terutama jika Anda sering mengalaminya,
bukan tidak mungkin ISK dapat menimbulkan komplikasi yang tergolong serius, misalnya
gangguan pada ginjal dan sepsis.Melihat bahaya infeksi saluran kemih bagi bayi dan ibunya,
akan lebih baik jika kita lebih menaruh perhatian pada penyakit tersebut. Angka prevalensi
yang cukup tinggi juga menunjukkan jika penyakit ini perlu diwaspadai. Sehingga, nantinya
bisa diharapkan resiko wanita hamil yang memiliki kelainan tersebut bisa berkurang dan
generasi penerus bangsa Indonesia bisa lebih baik kualitas kesehatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Urethritis akut?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Urethritis akut?
3. Bagaimana patofisiolgis dari penyakit Urethritis akut?
4. Bagaimana klasifikasi dari penyakit Urethritis akut?
5 Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Urethritis akut?
6. Apa saja komplikasi dari penyakit Urethritis akut?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Urethritis akut?
8. Bagaimana cara pencegahan dan deteksi dini dari penyakit Urethritis akut?
9. Bagaimana peranan bidan dalam memberikan asuhan dari penyakit Urethritis akut?

3
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi penyakit Urethritis akut.
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit Urethritis akut.
3. Untuk mengetahui patofisiologis penyakit Urethritis akut.
4. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Urethritis akut.
5 Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit Urethritis akut.
6. Untuk mengetahui komplikasi penyakit Urethritis akut.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit Urethritis akut.
8. Untuk mengetahui cara pencegahan dan deteksi dini penyakit Urethritis akut.
9. Untuk mengetahui peranan bidan dalam memberikan asuhan penyakit Urethritis akut.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar baik yang di
golongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal, namun demikian kedua kondisi tersebut
dapat terjadi pada satu pasien (Nursalam,2008).
Uretritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau uretra yang terjadi pada lapisan
kulit uretra, disebabkan oleh bakteri yang menyerang saluran kemih seperti Chlamydia
trachomatis, neisseria gonorhoae, tricomonal vaginalis dan lain-lain. Peradangan ini biasanya
sterjadi pada ujung uretra atau uretra dibagian posterior (Sylvia,2006).
Uretritis adalah peradangan pada uretra dan terbagi menjadi Uretritis Gonokokus (UG) dan
Uretritis non Gonokokus (UNG). UG merupakan suatu penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh kuman N. gonorrhoeae sedangkan kuman penyebab UNG ialah Chlamydia trachomatis dan
Ureaplasma urealyticum (Djuanda,2010).
Uretritis adalah suatu sindrom klinis berupa duh tubuh uretra dan disuria. Penyakit ini
merupakan sindrom PMS tersering pada pria. Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi,
namun iritan kimiawi, benda asing dan sebagian kasus peradangan bisa menunjukkan gejala
serupa. (Davey,Patrick.2006.)
Pada 2008, ada sekitar 348 juta orang (8,2%) di seluruh dunia dengan Urethritis.
Diperkirakan bahwa prevalensi akan meningkat menjadi 8,5% pada tahun 2018 (Irwin DE, 2011).
Meskipun prevalensi Urethritis relatif tinggi, tetapi kurang dari setengah pasien mencari
pengobatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rasio wanita terhadap pria prevalensi
Urethritis adalah 2:1. Studi Eropa menunjukkan variasi prevalensi Urethritis pada subjek wanita
yaitu 23% di Spanyol, 41% di Jerman, 42% di Inggris dan 44% di Prancis. Sementara itu prevalensi
pada subjek laki-laki adalah 7% di Perancis, 16% di Belanda dan 14% di Inggris.
2.2 Etiologi
Pada orang dewasa khususnya wanita muda dan aktif dapat ditularkan organisme penyebab
Urethritis melalui hubungan seksual seperti Chlamydia trachomatis, Niesseria gonorrhoaeae, dan
virus Herpes simpleks merupakan penyebab utama Urethritis. Pada wanita dapat juga terjadi
karena perubahan PH dan flora vulva dalam siklus menstruasi.

5
Ada juga organisme lain seperti urea plasma, urealyticum, mycoplasma hominis,
tricomonal vaginalis, dan Neisseria menigtides yang juga merupakan oraganisme penyebab
peradangan urethra. Tidak hanya pada perempuan tapi pada laki-laki, anak bayi dan remaja dapat
terjangkit. Secara umum penyebab dari urethritis adalah sebagai berikut :

1. Niesseria gonorrhoaeae
2. Non-Gonorrhoe (Chlamydia trachomatis, Urea plasma, Urealyticum)
3. Tindakan invasif
4. Iritasi batu ginjal
5. Trichomonas vaginalis
6. Organisme bakteri gram negatif seperti :
a. Escherichia coli
b. Entero bakteri
c. Pseudomonas
d. Klebsiella
e. Proteus

Pada pria urithris biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari uretra. Jika penyebabnya
adalah gonokokus maka cairan ini akan mengandung nanah. Jika penyebabnya adalah jasad renik
yang lainnya, maka cairan ini mengandung lender. Gejala lainnya adalah nyeri pada saat berkemih
dan penderita sering mengalami desakan untuk berkemih.

Jika urethritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada akhirnya akan
terbentuk penyempitan uretra (striktur). Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya urethritis
pada uretra yang lebih tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses disekitar uretra. Abses
bisa membentuk kantong pada dinding uretra (diverticulum uretra), yang juga bisa mengalami
infeksi. Jika abses menyebabkan terjadinya perforasi kulit, maka air kemih bisa mengalir melalui
saluran baru (fistula uretra).

2.3Patofisiologi
Secara umum ada 2 penyebab utama dari penyakit urethritis yaitu invasi bakteri
(gonorrhoe, Trihomonas vaginalis gram negatif) dan iritasi (iritasi batu ginjal, iritasi karena
tindakan invasif menyebabkan retak dan permukaan mukosa menjadi tempat pintu masuknya
bakteri sehingga terjadi proses peradangan urethritis)

6
Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih melalui
uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung kemih saja atau dapat merambat ke
atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal atau melalui darah atau
kelenjar getah bening,tetapi ini jarang terjadi. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran
kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai menyerang
mukosa.

Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibatkan penimbunan


cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan atrofi hebat pada
parenkim ginjal atau hidronefrosis. Disamping itu obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih
sering disertairefluk vesiko ureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah
jaringan parut ginjal dan uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan uretra.

7
2.4 Klasifikasi

1. Urethritis Akut

1. Penyakit ini disebabkan asending infeksi atau sebaliknya oleh karena prostate mengalami
infeksi. keadaan ini lebih sering diderita kaum pria.
2. Tanda dan gejalanya misalnya mukosa merah udematus, terdapat cairan eksudat yang
purulent, ada ulserasi pada uretra. Jika dilihat secara mikroskopis terlihat infiltrasi leukosit sel-
sel plasma dan sel-sel limfosit, ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada urethritis
gonorhea yaitu morning sickness, pada pria diakibatkan pembuluh darah kapiler, kelenjar uretra
tersumbat oleh kelompok pus tetapi pada wanita jarang diketemukan.
3. Diagnosa diferential seperti urethritis gonorhea, amicrobic pyuhria,urethritis karena
trichomonas dan prostatitis non spesifik.
4. Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan pemeriksaan terhadap secret uretra untuk
mengetahui bakteri penyebab.
5.Tindakan pengobatan diberikan antibiotika. Bila terjadi striktuka,lakukan dilatasi uretra dengan
menggunakan buogil.
6. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah prostatitis, periuretral abses yang dapat sembuh,
kemudian meninbulkan striktura atau urine fistula.

2. Urethritis Kronis

1. Penyebabnya adalah pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut, prostatitis kronis dan
striktura uretra.
2. Tanda dan gejalanya mukosa terlihat granuler dan merah, jika dilihat secara mikroskopis
tampak infiltrasi dari leukosit, sel plasma, sedikitsel leukosit, fibroblast bertambah, getah uretra
(+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum bak pertama, uretra iritasi, vesikal iritasi, prostatitis, dan
cystitis.
3. Prognosanya bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter,
ataupun ginjal.
4. Tindakan pengobatan berupa pemberian antibiotika sesuai dengan bakteri penyebabnya dan
berikanlah banyak minum.
5. Komplikasinya dapat terjadi peradangan yang dapat menjalar ke prostate.

8
3. Urethritis Gonokokus

1. Penyebabnya adalah bakteri Neisseria gonorhoeoe (gonokokus).


2.Tanda dan gejalalanya mukosa merah udematus, terdapat cairan eksudat yang purulent, ada
ulserasi pada uretra. Jika dilihat secara mikroskopis terlihat infiltrasi leukosit sel - sel plasma
dan sel – sel limfosit, ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada urethritis gonorhea yaitu
morning sickness.
3. Prognosanya infeksi ini dapat menyebar ke proksimal uretra.
4. Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah infeksi yang menyebar ke proksimal uretra
menyebabkan peningkatan frekuensi kencing.Gonokokus dapat menebus mukosa uretra yang
utuh,mengakibatkan terjadi infeksi sub mukosa yang meluas ke korpus spongiosum. Infeksi yang
menyebabkan kerusakan kelenjar periuretra akan menyebabkan terjadinya fibrosis yang dalam
beberapa tahun kemudian mengakibatkan striktura uretra.

4. Urethritis Non Gonokokus (Non Spesifik)


1.Urethritis non gonokokus (non spesifik) merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual yang paling sering diketemukan. Pada pria, lendir uretra yang mukopurulen
dan disuria terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu setelah melakukan hubungan
seksual denga wananita yang terinfeksi. Lendir mengandung sel nanah tetapi gonokokus tidak
dapat di deteksi secara mikroskopis atau kultur
2. Jumlah insidennya masih merupakan penyakit yang sering terjadi pada banyak bagian dunia,
insiden berhubungan langsung dengan promiskuitas dari populasi.
3, Penyebab dari infeksi ini hampir selalu didapat selama hubungan seksual. Gonokokus
membelah diri pada mukosa yang utuh dari uretra anterior dan setelah itu menginvasi kelenjar
peri uretral,dengan akibat terjadinya bakteremia dan keterlibatan limfatik.
4. Jika diamati secara makroskopik terjadi peradangan akut dari mukosa uretra, dengan eksudat
yang purulenta pada permukaan dan dapat terjadi ulserasi dari mukosa.
5. Perjalanan penyakit ini dapat mengalami resolusi dalam 2-4 minggu, sebagai akibat
pengobatan atau kadang-kadang spontan dan jika tidak dilakukan penatalaksanaan dengan benar
akan menjadi kronik.
6. Faktor penyulit proses penyembuhan jika terjadi urethritis posterior, prostatitis, vesikulitis,
epididimitis, sistitis, abses peri uretral dan penyebaran sistemik (A.D Thomson, 2007:).

9
2.5 Manifestasi Klinis
A. Manifestasi Klinis Penyakit Urethritis
1. Mukosa memerah dan edema
2. Terdapat cairan eksudat yang purulent
3. Ada ulserasi pada uretra,iritasi,vesikal iritasi,prostatitis
4. Adanya rasa gatal yang menggelitik
5. Adanya pus pada awal miksi
6. Nyeri pada saat miksi
7. Kesulitan untuk memulai miksi
8. Nyeri pada abdomen bagian bawah
9. Rasa gatal dan terbakar di sekitar uretra
10. Cairan dari uretra: pada prepusium, dapat berwarna bening, kental, pekat atau purulen
11. Disuria atau sering berkemih
12. Gangguan rasa nyaman pada penis

B. Gejala Uretritis
Gejala utama uretritis atau infeksi uretra adalah rasa nyeri ketika buang air kecil. Selebihnya,
gejala pada pria dan wanita dapat berbeda.
Pada pria, gejala uretritis meliputi:
 Rasa panas dan terbakar ketika buang air kecil.
 Hematuria.
 Penis terasa gatal, membengkak, dan mengeluarkan cairan.
 Kelenjar getah bening membengkak pada area selangkangan.
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ejakulasi.

Sementara itu, gejala uretritis pada wanita meliputi:


 Nyeri perut.
 Demam dan menggigil.
 Nyeri panggul.
 Rasa terbakar dan tidak nyaman ketika buang air kecil.
 Dispareunia.
 Keluar cairan dari vagina (keputihan).

10
2.6Komplikasi
Infeksi uretra yang tidak diobati dengan tepat dan adekuat,pada akhirnya bisa
menyebabkan penyempitan uretra ,akibatnya resiko terjadinya infeksi pada kandung kemih atau
ginjal bisa meningkat.Komplikasi yang dapat terjadi pada pria berupa prostatitis,
vesikulitis,epididimitis, dan striktur urethra. Sedangkan pada wanita komplikasi dapat berupa
borthlinitis, praktitis, salpingitis, dan sistitis. peritonitis dan perihepatitis juga pernah ditemukan

2.7Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung kepada mikroorganisme penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
bakteri, maka diberikan antibiotik. Jika penyebabnya adalah virus herpes simpleks, maka diberi
obat anti-virus (misalnya asiklovir). Dianjurkan untuk sering minum dan buang ari kecil sesuai
kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus
membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
feces.
1. Penatalaksanaan Infeksi N. gonnorrheae

Antibiotika pertama yang direkomendasikan untuk N. gonnorrheae:

a. Ceftriaxone 1 gr IM dengan lokal anestesi atau IV single dose ditambah Azithromycin 1-


1,5 gr per oral
b. Jika injeksi merupakan kontraindikasi, diberikan cefixime 800 mg per oral
c. Regimen alternatif diberikan cefixime 400 mg single dose atau azithromycin 1-1,5 gr
2. Penatalaksanaan Infeksi Chlamydia Trachomatis
Terapi yang dapat diberikan antara lain:
• Azytromycin 1gr dosis tunggal per oral
• Doxycicline 100 mg dua kali sehari selama 7 hari
Terapi alternative adalah:
• Erythromycin basa, 500 mg empat kali sehari
• Erythromycin ethylsuccinate, 800 mg empat kali sehari
• Ofloxacin, 300 mg dua kali sehari
• Levofloxacin, 500 mg sekali sehari selama 7 hari.
Doxycycline, erythromycin estolate, and ofloxacin merupakan kontraindikasi pada
kehamilan, sedangkan erythromycin basa, erythromycin ethylsuccinate, dan azithromycin aman

11
pada kehamilan. Alternatif lain pada kehamilan dapat menggunakan amoxicillin 500 mg tiga kali
sehari selama 7 hari.
Pasangan harus abstinensia hingga keduanya menyelesaikan terapi atau 7 hari setelah terapi
dengan dosis tunggal. Kultur ulang direkomendasikan 3 minggu setelah terapi dengan
erythromycin karena angka kesembuhannya rendah, pada wanita hamil atau pasien dengan gejala
yang menetap. Pasien Chlamydia dengan resiko tinggi kambuh (sering berganti pasangan seksual)
harus dilakukan screening ulang menggunakan serologi Chlamydia atau pemeriksaan nucleic acid
amplification test (NAAT) 3 hingga 4 bulan setelah terapi. Pasien harus kembali untuk evaluasi
jika gejala tetap ada atau muncul kembali setelah terapi selesai. Pasien disarankan untuk tidak
berhubungan seksual selama 7 hari setelah terapi dimulai.

2.8 Pencegahan & Deteksi Dini

Gejala infeksi saluran kemih pada setiap orang memang tidak selalu sama. Ada yang
merasakan gejalanya seperti terbakar ketika buang air kecil, terasa selalu ingin buang air kecil
setiap 30–60 menit, atau merasa seolah-olah ingin buang air kecil kembali ( anyang-anyangan
). Pada beberapa kasus, mungkin terlihat sedikit darah pada air seninya yang baunya sangat
menyengat. Untuk infeksi yang tidak bergejala (asimptomatik bakteriuria), dapat memeriksa
dengan tes urin di laboratorium. Asimptomatik bakteriuria pada ibu hamil harus segera ditangani.

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum, yaitu pencegahan
tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,
pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan
yang tepat, dan pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga tingkatan pencegahan tersebut
saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya sering dijumpai keadaan tumpang tindih
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang kembali, yaitu:
1. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan sebab
terbesar dari infeksi saluran kemih.
2. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni, bersihkanlah dari
depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran
urin dari rektum.
3. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.

12
4. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat memperlancar
sirkulasi udara.
5. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan dapat
mendorong perkembangbiakan bakteri.
6. Minum air yang banyak.
7. Gunakan air yang mengalir untuk membersihkan diri selesai berkemih.
8. Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu menghindari saluran urin
dari bakteri.
2.9 Peran Bidan

1.Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap urethritis akut dan Infeksi Saluran kemih,
serta promosi keuntungan pemeriksaan antenatal sedini mungkin

2.Menjamin semua ibu hamil diskrining pada kunjungan pertama dan hasilnya diberikan segera

3.Menjamin semua perempuan seropositif diobati lebih awal, pasangan dan bayinya juga diobati

4.Mengintegrasikan kegiatan Urethritis akut dengan PPIA, pencegahan, penanganan IMS dan
pengobatan Infeksi Saluran Kemih , dan lain lain melalui pelayanan antenatal terintegrasi.

5.Skrining ibu hamil dan pengobatan perempuan seropositif, pasangan dan bayinya.

6.Skrining ibu hamil pada K1 (sebelum 12 minggu) baik menggunakan pendekatan sindrom
bagi yang berisiko rendah dan RDT bagi risiko tinggi, serta hasilnya dapat diketahui
segera.

7.Skrining semua ibu hamil di daerah risiko tinggi pada saat persalinan, khususnya yang belum
pernah diskrining sebelumnya

8.Mengobati semua ibu hamil seropositif pada saat itu juga sesuai tatalaksana untuk urethritis
Mengobati seluruh pasangan perempuan seropositif dengan melakukan rujukan ke dokter
umum/ balai pngobatan Puskesmas.

9. Menjamin perempuan tidak terinfeksi atau terinfeksi ulang melalui edukasi, konseling,
penggunaan kondom dan pengobatan pasangan

13
10.Skrining semua perempuan seropositif untuk IMS lain termasuk HIV dan lakukan
konseling dan pengobatan yang tepat.

11.Membuat rencana perawatan bayi saat persalinan bagi ibu seropositif

12.Memeriksa bayi dari ibu yang seropositif dengan seksama

13.Mengobati semua bayi asimtomatik yang lahir dari ibu seropositif dengan dosis tunggal
penisilin dan pantau setiap tiga bulan pada tahun pertama kehidupan Pada bayi simtomatik,
konfirmasi diagnosis dengan memeriksa ibu menggunakan rapid test

14. Surveilans, monitoring dan evaluasi:

- Sistim monitoring dilakukan melalui pencatatan pelayanan KIA (PWS KIA) yaitu kartu
ibu dan bayi. Kohort ibu dan bayi, buku KIA kemudian dilaporkan ke puskesmas ke

format bulanan IMS. Data harus rutin dilaporkan berjenjang untuk diolah, dianalisa dan
diumpanbalikkan bersama pengelola program KIA dan IMS.

-Lakukan survailans Urethritis akut ibu hamil dan sifilis kongenital bila ditemukan ibu hamil yang

positif.

14
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Urethritis adalah kelainan yang ditandai oleh dysuria dan keluarnya secret uretra, paling
sering disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonokokus atau Chlamydia sp (Davey,
2005). Pada 2008, ada sekitar 348 juta orang (8,2%) di seluruh dunia dengan Urethritis.
Diperkirakan bahwa prevalensi akan meningkat menjadi 8,5% pada tahun 2018 (Irwin DE, 2011).
Uretritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau uretra yang terjadi pada lapisan kulit
uretra, disebabkan oleh bakteri yang menyerang saluran kemih seperti Chlamydia trachomatis,
neisseria gonorhoae, tricomonal vaginalis dan lain-lain. Peradangan ini biasanya sterjadi pada
ujung uretra atau uretra dibagian posterior (Sylvia,2006).
Melihat tingginya prevelansi penyakit Urethritis maka diharapkan masyarakat dapat
menangnani secepatnya jika mulai merasakan gejala infeksi saluran kemih (ISK). Jika ISK
dibiarkan berlarut-larut tanpa diobati, terutama jika Anda sering mengalaminya, bukan tidak
mungkin ISK dapat menimbulkan komplikasi yang tergolong serius, misalnya gangguan pada
ginjal dan sepsis.Melihat bahaya infeksi saluran kemih bagi bayi dan ibunya, akan lebih baik jika
kita lebih menaruh perhatian pada penyakit tersebut. Angka prevalensi yang cukup tinggi juga
menunjukkan jika penyakit ini perlu diwaspadai. Sehingga, nantinya bisa diharapkan resiko wanita
hamil yang memiliki kelainan tersebut bisa berkurang dan generasi penerus bangsa Indonesia bisa
lebih baik kualitas kesehatannya.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan tenaga
medis. Dianjurkan kepada ibu hamil untuk melakukan screening guna mendeteksi dan mencegah
adanya infeksi saluran kemih. Jika hasilnya menunjukkan postif wanita hamil diharapkan segera
memperoleh pengobatan dan penatalaksanaan yang sesuai untuk mecegah terjadinya komplikasi.
Sehingga diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu dan anak. Serta untuk petugas
kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan ANC yang semaksimal mungkin bagi wanita
hamil, apalagi wanita hamil yang sudah terkena infeksi saluran kemih.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Bruner & Sudarth.2002.Keperwatan Medikal Bedah vol 2 edisi 8. Jakarta : EGC


2. Davey,Patrick.2006.Manifestasi Klinis At A Glance Medicine.Surabaya : Erlangga
Urethritis: Causes, Symptomps, and Treatment https://www.webmd.com/a-to-z-
guides/urethritis-symptoms-causes-treatments#1 diakses 16 Januari 2019.
3. Wilkinson,Judith.2011.Diagnosis Keperawatan edisi 9.Jakarta : EGC
4. Nursalam. 2008 Askep Pada Pasien Sistem Perkemihan, Jakarta : Salemba
Medika
5. Underwood. JCE. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. EGC. Jakarta
6. Anonim, 1997. Perawatan VB. Akademi Keperawatan Soepraon Malang
7. Herdman, TH. & Kamitsuru. 2014. Nursing Diagnoses, Definitions and
classification 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell
8. A.P,Sylvia & Lorraine. 2006. Patofisiologi I Edisi 6 Jakarta: EGC
9. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (6th ed).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Depkes RI. 2014. Waspada Infeksi Saluran Kemih. http://www.depkes.go.id/index
.php?wasada+infeksi+saluran+saluran+kemih&act/. Diakses tanggal 17 Januari
2019.
11. Rochani Sumardi, Chaidir A. Mochtar, Junizaf, Budi I. Santoso, Siti Setiati, Siti
A. Nuhonni, Partini P. Trihono, Harrina E. Rahardjo, Firtantyo A. Syahputra.
2014. “ Prevalence of Urinary Incontinence, Risk Factors and Its Impact:
Multivariate Analysis from Indonesian Nationwide Survey”. Acta Medica
Indonesiana - The Indonesian Journal of Internal Medicine. Vol 46 • no 3. Hal
177.
(https://pdfs.semanticscholar.org/5c9e/01aa87c5875a7bff3e0225148d04b18f44d1
.pdf) Diakses pada tanggal 18 Januari 2019.
12. Pedoman Nasional Penanganan INFEKSI MENULAR SEKSUAL2015 Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI 2015
13. Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2011. Profil Kesehatan Kota
Semarang.[internet]http://www.dinkeskotasemarang.go.id/?p=halaman_mod&jen

16
is=profil__________________________ . 2010. ProfilKesehatan Kota Semarang
[internet]http://www.dinkeskotasemarang.
14. Romauli, Suryati dan Vindari, 2012 . Kesehatan Reproduksi Buat Mahasiswa
Kebidanan . Yogyakarta: Nuha Medika
15. Jawas F. A, Murtiastutik D. Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular Seksual Unit
Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2002-
2006. FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo, Surabaya. p. 218-20.

17

Anda mungkin juga menyukai