Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, penyakit menular seksual (PMS) makin marak menjangkiti


banyak penduduk di dunia, khususnya Amerika Serikat dan Kanada. Namun,
tidak jarang pula penduduk di Indonesia terjangkit berbagai jenis penyakit
menular seksual tersebut. PMS sangat berbahaya, karena tak sebatas
menimbulkan efek pada organ kelamin semata, namun juga dapat
menimbulkan masalah lain pada beberapa alat indera seperti kulit, mata, dan
lidah (pada mulut). Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan
dalam bidang kesehatan seksual.
Dalam makalah ini penulis mengambil salah satu Penyakit Menular
Seksual (PMS) yaitu infeksi Chlamydia trachomatis. Infeksi Chlamidya
trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab utama infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO tahun 1995 menunjukkan
bahwa infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan 89 juta orang. Di Indonesia
sendiri sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai infeksi C.
Trachomatis. C. trachomatis merupakan penyebab Uretritis Non Spesifik
(UNS) terbanyak dibanding dengan organisme lain. Dari berbagai studi
dilaporkan bahwa 30 -60 % dari penderita UNS dapat diisolasi C. trachomatis.
Dalam bidang penyakit menular seksual (PMS) C. trachomatis dapat
merupakan penyebab uretritis, servisitis, endometritis, salpingitis, perihepatitis,
epididimitis, limfogranuloma venerium dan seterusnya. Angka transmisi
seksual C. trachomatis sering melebihi 20 % pada wanita muda. Infeksi C.
trachomatis sampai saat ini masih merupakan problematik karena keluhan
ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, dan
mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas dan
kehamilan ektopik. Selain itu bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
mempunyai resiko untuk menderita konjungtivitis dan atau pneumonia.
Mengingat tingginya angka kejadian infeksi C. trachomatis baik secara tunggal
ataupun bersamaan dengan PMS lain, serta dampak dari komplikasinya maka
perlu diberikan perhatian yang besar dalam hal diagnosis dan pengobatannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari klamidia ?
2. Bagaimana Jenis Bakteri Penyebab Penyakit ?
3. Bagaimana Morfologi dan fisiologi ?
4. Bagaimana Patogenitas dan gejala penyakit ?
5. Bagaimana Gejala ?
6. Bagaimana Epidemiologi ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Laboratorium Dan Pengobatan Penyakit ?
8. Bagaimana Pengobatan ?
9. Bagaimana Pencegahan ?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari klamidia ?


2. Untuk mengetahui Jenis Bakteri Penyebab Penyakit ?
3. Untuk mengetahui Morfologi dan fisiologi klamidia?
4. Untuk mengetahui Patogenitas dan gejala penyakit ?
5. Untuk mengetahui Gejala klamidia?
6. Untuk mengetahui Epidemiologi klamidia ?
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Laboratorium Dan Pengobatan

Penyakit klamidia ?
8. Untuk mengetahui Pengobatan klamidia?
9. Untuk mengetahui Pencegahan klamidia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Chlamydia

Klamidia adalah bakteri yang umum ditularkan melalui infeksi menular


seksual. Infeksi ini menulari wanita dan pria, termasuk pria yang berhubungan
seksual dengan pria. Pada wanita, bakteri ini menyebabkan infeksi pada serviks
dan pada pria menyebabkan infeksi pada uretra. Walaupun jarang terjadi, tetapi
Klamidia dapat menginfeksi anus dan menyebabkan conjunctivitis (inflamasi
pada mata).

Klamidia adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia


trachomatis yang ditularkan melalui kontak seksual. Ini adalah penyakit
menular seksual yang paling umum. Klamidia dapat menginfeksi penis, vagina,
leher rahim, dubur, saluran kencing, mata, atau tenggorokan.

Infeksi klamidia adalah salah satu PMS yang paling umum. Klamidia
adalah bakteri berbentuk bola. Banyak orang yang terinfeksi klamidia tidak
memiliki gejala sehingga tidak menyadarinya. Hal ini meningkatkan resiko
menular ke pasangan dan berkembang kronis menjadi radang panggul. Bila
timbul gejala, Klamidia dapat ditandai dengan keluarnya cairan dari
penis/vagina, rasa gatal di kelamin, dan rasa sakit saat buang air kecil dan
berhubungan seks. Klamidia dapat diobati dengan antibiotik.

Mikrooganisme normal adalah mikrooganisme yang terdapat pada tubuh


bagian tertentu dan pada usia tertentu. Mikroorganisme yang secara alamiah
menghuni tubuh manusia disebut flora normal.
Chlamydiae adalah mikroorganisme intraselular gram negatif kecil yang
secara khusus menginfeksi sel epitel squamocolumnar. Morfologi inklusinya
adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya. C. trachomatis peka terhadap
sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah serovarnya adalah 15.
1. Klasifikasi Ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut

a. Ordo : Chlamydiales
b. Famili : Chlamydiaceae
c. Genus : Chlamydia
d. Spesies : Chlamydia trachomatis
2. Chlamydia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan
menjadi 3 spesies :

a. psittaci, penyebab psittacosis.


b. C. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma,infeksi
alat kelamin, Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan serotipe
lain yang menyebabkan Lymphogranuloma venereum.

c. C. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk


pneumonia dan merupakan penyebab penyakit arteri koroner.

Chlamydia adalah infeksi penyakit menular seksual yang sangat


umum. Infeksi ini dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani dapat
menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan.Chlamydia disebabkan oleh
bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini
dapat menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher rahim.
Ketika infeksi terjadi pada anus, pasien biasanya tidak merasakan gejala
meskipun mungkin merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi,
gatal dan nyeri. Infeksi Chlamyidia di tenggorokan juga mungkin tidak
memberikan gejala apapun. Jika mata Anda terinfeksi, bakteri dapat
menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan dari salah satu atau kedua mata
Anda (konjunktivitis).

Manusia adalah inang alami untuk C trachomatis. Infeksi Chlamydia


trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab utama infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO tahun 1995
menunjukkan bahwa infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan 89 juta orang.
Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai
infeksi C. trachomatis Infeksi C. trachomatis sampai saat ini masih
merupakan problematik karena keluhan ringan, kesukaran fasilitas diagnostik,
mudah menjadi kronis dan residif, dan mungkin menyebabkan komplikasi
yang serius seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.

Infeksi chlamydia trachomatis mempengaruhi serviks, uretra,


serpihan, uterus, nasofaring, dan epididimis. Ini adalah penyakit menular
seksual yang paling umum dilaporkan (STD) di Amerika Serikat dan
penyebab utama infertilitas pada wanita. Infeksi C trachomatis juga
menyebabkan penyakit lain, termasuk konjungtivitis, pneumonia atau
pneumonitis, sindrom pneumonia afebris (pada bayi yang lahir dengan
vaginal sampai ibu yang terinfeksi), sindrom Fitz-Hugh-Curtis, dan trachoma
(penyebab utama kebutaan yang didapat di dunia).

B. Jenis Bakteri Penyebab Penyakit


1. Infeksi pada Pria
a. Uretritis
Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia.
Masa inkubasi untuk uretritis yang disebabkan oleh C.
trachomatis bervariasi dari sekitar 1 – 3 minggu. Pasien dengan
chlamydia, uretritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri
pada waktu buang air kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena chlamydia
ini dapat juga terjadi asimtomatik.

Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan


pewarnaan Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah
lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan indikasi
uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria yang menderita gonore,
diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia tidak diobati
sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan
epididimitis dan mungkin prostatitis.

b. Proktitis
trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria homoseks.
Keluhan penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan mukus dari
rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri pada rektum dan perdarahan.

c. Epididimitis
Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi dari
uretra atau dari aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir
mengatakan bahwa C. trachomatis merupakan penyebab utama
epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70 -90%). Secara
klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan
pembengkakan scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan
chlamydial uretritis, walaupun uretritisnya asimptomatik.

d. Prostatitis
Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan
gonore atau uretritis non gonore. InfeksiC. trachomatis pada prostat dan
epididimis pada umumnya merupakan penyebab infertilitas pada pria.

e. Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis
dan konjungtivitis, yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C.
trachomatis. Hal ini disokong dengan ditemukannya “Badan Elementer”
dari C. trachomatis pada sendi penderita dengan menggunakan teknik
Direct Immunofluerescence.

2. Infeksi Pada Wanita


Infeksi pada Wanita Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C.
trachomatis di daerah genital ditandai dengan bertambahnya duh tubuh
vagina dan atau nyeri pada waktu buang air kecil, sedangkan yang lainnya
tidak ada keluhan yang jelas. Pada penyelidikan pada wanita usia
reproduktif yang datang ke klinik dengan gejala-gejala infeksi traktus
urinarius 10 % ditemukan carier C. trachomatis.

a. Faktor resiko infeksi C. trachomatis pada wanita adalah :


1) Usia muda, kurang dari 25 tahun
2) Mitra seksual dengan uretritis
3) Multi mitra seksual
4) Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan
5) Adanya sekret endoserviks yang mukopurulen.
6) Memakai kontrasepsi “non barier” atau tanpa kontrasepsi
b. Servisitis
Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks.
Tidak ada gejala-gejala yang khas membedakan servisitis karena C.
trachomatis dan servisitis karena organisme lain. Pada pemeriksaan
dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks yang ektopi.

Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi


serviks, prevalerisi servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih
banyak ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi serviks
dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat
menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh
karena kontrasepsi oral dapat menyebabkan ektopi serviks.

c. Endometritis
Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke
endometrium sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis
antara lain menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada
pemeriksaan laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat
endometrium.

d. Salfingitis (PID)
Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden
sehingga infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba
(terjadi tuba scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan
kehamilan ektopik. Wanita dengan PID, lebih separuh disebabkan oleh
chlamydia, umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di perut bawah.
Itu lantaran infeksi menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur,
bahkan sampai ke leher rahim juga.

e. Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)


Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui
endometrium ke tuba dan kemudian parakolikal menuju ke diafragma
kanan. Beberapa dari penyebaran ini menyerang permukaan anterior
liver dan peritoneum yang berdekan sehingga menimbulkan
perihepatitis. Parenchym hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati
biasanya normal

C. Morfologi dan fisiologi


Chlamydia trachomatis termasuk dalam famili chlamidiaceae. Bakteri ini
dapat membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung
glikogen. Chlamydia trachomatis umumnya peka terhadap sulfonamida, dapat
menyebabkan pneumonitis pada tikus dan manusia, serta dapat menyebabkan
penyakit trakoma, konjungtivis inklusi, uretritis non spesifik, salpingitis,
servistitis, pneumonitis pada bayi, dan limfogranuloma.

Chlamydia merupakan bakteri intraseluler yang bersifat obligat dn diketahui


sebagai penyebab penyakit pada manusia, seperti penyakit menular seksual,
infeksi mata, dan infeksi paru pada bayi baru lahir yang ditularkan pada saat
dilahirkan dari ibu yang mengidap infeksi chlamydia.

Bakkteri chlamydia trachomatis dapat ditumbuhkan pada kantong kuning


telurbertunas dan dapat membentuk badan inklusi elementer.

D. Patogenitas dan gejala penyakit


a. Trakoma
Kongjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi klamidia dapat muncul
tiba-tiba atau secara pelan pelan. Infeksi dapat berlangsung tahunan jika tidak
diobati. Namun, penyakit yang berlangsung lama di daerah hiperendemis
disebabkan oleh terjadinya re-infeksi berulang kali. Ciri khas dari penyakit ini
adalah timbulnya folikel limfoid dan inflamasi pada kongjungtiva.

Dalam perjalanan penyakit, sesuai dengan keparahan penyakit dan lama


inflamasi, penyakit ini menimbulkan terbentuknya jaringan perut disekitar
kelopak mata sehingga dapat menimbulkan deformitas pada kelopak dan bulu
mata, selanjutnya dapat menyebabkan abrasi kronis pada kornea mata dan
terbentuk jaringan perut yang yang adapat menggangu penglihatan dan dapat
menimbulkan kebutaan pada usia dewasa.
b. Konjungtivitis inklusi
kongjutivitis inklusi atau swimming pool congjutivitis merupakan
kongjutivitis jinak yang dapat dijumpai pada bayi yang baru lahir atau pada
orang dewasa. Secara klinis, kongjutivitis inklusi berbeda dengan trakoma
Karena tidak menunjukkan adanya pannus dan parut pada kornea. Meskipun
dianggap sebagai penyakit yang dapat sembuh sendiri, penyakit ini dapat
menetap selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun pada orang
dewasa. Bakteri penyebab penyakit ini adalah Clamydia trachomatis serotipe
E sampai K

c. Pneumonia
Penyakit paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri Clamydia
Tracomatis bersifat sub-akut. Penyakit ini menyerang neonates yang lahir dari
ibu yang mengidap infeksi pada serviks.penyakit ini ditandai dengan serangan
yang berlangsung secara perlahan-lahan, tetapi berbahaya yaitu berupa batuk,
demam ringan, bercak-bercak ifiltrat pada fototoraks akibat
hiperinfiltrasi,eosinophilia, dan peningkatan igM dan igG.

Masa inkubasi pada penyakit ini tidak diketahui, tetapi pneumonia


dapat muncul pada bayi berusisa 1 sampai 18 miggu.

d. Klamidiasis
Infeksi klamidiasis dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Pada
pria, infeksi klamidia dapat berupa urethritis; pada wanita, berupa serivsitis
mukopurulen. Manifestasi klinis urethritis terkadang sulit dibedakan pada
dengan gonore, yang meliputi adanya secret mukopurulen dalam jumlah
sedikit atau sedang, gatal pada uretra, dan rasa panas ketika buang air seni.

e. Limfogranuloma venereum
Limfogranuloma venereum adalah penyakit seksual menular yang
disebabkan oleh chlamidya trachomatis. Penyakit ini ditemukan didaerah
tropis dan subtropis.galur chlamydia trachomatis yang menyebabkan
Limfogranuloma venereum.

Gejala penyakit yang timbul dalam 3-12 hari setelah infeksi akan
timbul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri pada organ
reproduksi(penis dan vagina), lalu lepuhan berubah menjadi ulkus yang akan
segera membaik sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Selanjutnya akan
terjadi pembengkakakn kelenjar getah bening yang akan tampak kemerah
merahan.

Gejala lain dalah : demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi
dan lain lain

E. Gejala
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah
terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang
tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang
segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya.
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau
kedua selangkangan. Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan
jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas
kelenjar getah bening tersebut.Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan
kemerahan, lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut
atau kambuh kembali. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit
kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan
infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat
penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening
bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan.
Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang
selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.

F. Epidemiologi
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi klamidia tersebar di seluruh
dunia. Infeksi ini banyak ditemukan di negara berkembang dan bersifat
endemis, terutama pada masyarkat yang kurang mampu. Di daerah endemis,
trakoma muncul pada masa kanak-kanak, dan kemudian, meninggalkan
jaringan parut di masa remaja dengan tingkat disabilitas yang bervariasi dan
kemungkinan dapat menjadi buta. Penularan infeksi terjadi melalui kontak
langsung dengan penderita yang terinfeksi, yaitu melalui sekret yang keluar
dari mata dan nasofaring, ataupun secara tidak langsung melalui benda-benda
yang terkontaminasi. Masa penularan berlangsung selama masih ada lesi aktif
di konjungtiva. Lalat, terutama Musca sorbens di Afrika dan Timur Tengah,
dan jenis Hippclates di Amerika Selatan merupakan binatang yang ikut
berperan dalam penybaran penyakit.

G. Langka pengobatan dan Pencegahan


a. Untuk pengobatan dapat diberikan:
a) Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama
untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan
dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari.
Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00
mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan merupakan
drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih
kecil. 9,11

b) Azithromisin
Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa
sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.

Regimen alternatif dapat diberikan:


a. Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama
l4 hari.

b. Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.


Regimen untuk wanita hamil:
a. Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.

Terapi yang biasanya digunakan adalah:


a. Antibiotika, minum obat secara teratur
b. Partner seksualnya juga harus diobati
Obat-obat antibiotic :
a. Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih.
b. Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih.
c. Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih.
d. Azitromisin 1 gram dosis tunggal.
b. Pencegahan
Pencegahan penyakit klamidia menurut WHO:
1) Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis (lihat
Sifilis, 9A) dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika
melakukan hubungan seksual dengan wanita bukan pasangannya.

2) Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus


dilakukan secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap
wanita dewasa usia dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang
mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang mempunyai
beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten
menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk
infeksi trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan pria
dewasa muda dengan spesimen urin.

a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.

1) Laporan pada instansi kesehatan setempat; laporan kasus wajib


dilakukan dibanyak negara bagian di AS, Kelas 2B (lihat Tentang
pelaporan penyakit menular).

2) Isolasi : tindakan kewaspadaan universal, bisa diterapkan untuk pasien


rumah sakit. Pemberian terapi antibiotika yang tepat
menjamin discharge tidak infektif; penderita sebaiknya menghindari
hubungan seksual hingga kasus indeks, penderita atau pasangannya
telah selesai diberi pengobatan yang lengkap.

3) Disinfeksi serentak :
Pembuangan benda-benda yang terkontaminasi
dengan discharge uretra dan vagina, harus ditangani dengan seksama.

4). Karantina : tidak dilakukan.


5). Imunisasi kontak : tidak dilakukan.
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi.
Pengobatan profilaktik diberikan terhadap pasangan seks lain dari
penderita, dan pengobatan yang sama diberikan kepada pasangan tetap.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi dan belum mendapat
pengobatan sistemik, foto thorax perlu diambil pada usia 3 minggu dan
diulang lagi sesudah 12 – 18 minggu untuk mengetahui adanya
pneumonia klamidia sub klinis.

b. Cara mengurangi resiko


1) Puasa melakukan hubungan seks
2) Batasi partner seksual
3) Gunakan kondom dengan benar
4) Cek kesehatan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over


tbehaviot). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara
lain:fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau,faktor dukungan
(support) dari pihak lain misalnya tokoh masyarakat. petugas kesehatan
sangat penting untuk mendukung praktek pencegahan penyakit menular
seksual.

c. Praktek pencegahan penyakit menular seksual antara lain:


1. Pencegahan primer meliputi :
a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal,anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100%
efektif untuk pencegahan.

b. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit


seksual.

c. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.


d. Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling kedokter atau
petugas kesehtan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit
menular seksual meliputi:rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau
berhubungan seksual ,rasa nyeri pada perut bagian
bawah.Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,keputihan
berwarna putih susu,bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin tau sekitarnya,keputihan yang
berbusa,kehijauan,berbau busuk,dan gatal,timbul bercak-bercak
darah setelah berhubungan seks bintil-bintil berisi cairan,lecet atau
borok pada alat kelamin.

2. Pencegahan sekunder,meliputi:
a. Adanya siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi.

b. Peningkatan pengetahuan tentang penyakit menular seksual meliputi


penyuluhan dari dinas kesehatan.

3. Pencegahan tersier meliputi:


a. Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.
b. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada wanita
pekerja seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja
seksual.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh virus
chlamydia trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering menyebabkan
apa yang dinamakan uretritis non spesifik yakni radang saluran kemih yang
tidak spesifik, yang dikenal merupakan salah satu infeksi/penyakit, akibat dari
hubungan seksual yang terjadi pada pria. Sedangkan pada wanita klamidia
lebih sering menyebabkan cervicitis (serviksitis), yaitu infeksi leher rahim, dan
penyakit peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan menyebabkan
infertilitas.

Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan


menjadi 3 spesies :

1. Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis


2. C. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma,infeksi alat
kelamin (lihat bawah), Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan
serotipe lain yang menyebabkan Lymphogranuloma venereum

3. C. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia


dan merupakan penyebab penyakit arteri koroner.

Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang


tersering, terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang
menderita infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang
menjadi pelvic inflammatory disease.

B. SARAN
Sebagai seorang kesehatan masyarakat,dalam menyikapi kasus seperti
ini,kita harus memberikan masukan atau penyuluhan kepada mereka yang telah
terinfeksi penyakit menular tersebut.kita tidak perlu menjauhi mereka.yang
seharusnya kita lakukan adalah memberi dukungan moral dan pendidikan
kesehatan serta penyuluhan kepada mereka karena penyakit klamidia ini
masih bisa diobati.selain itu,memberikan penyuluhan juga kepada para remaja
tentang pentingnya menjaga organ reproduksi serta dampak dan bahaya nya
jika melakukan seks bebas, selain itu,untuk diri sendiri atau untuk
individu,harus berhati-hati lagi dalam menghadapi kemajuan
budaya,modernisasi yang terus berkembang serta teknologi sekarang yang jelas
lebih mempermudah dalam hal seks bebas.dan sebaiknya hindari untuk
berganti ganti pasangan karena penyakit infeksi menular seksual lebih mudah
penularannya melalui hubungan seksual.

Anda mungkin juga menyukai