Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Chlamydia trachomatis (CT) adalah salah satu penyebab infeksi genital. tidak
spesifik pada pria dan wanita. Infeksi CT adalah salah satu bentuk paling umum
dari infeksi menular seksual di dunia. World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa sebanyak 89 juta kasus baru terjadi pada tahun 2001.
Prevalensi infeksi CT di Indonesia di antara pekerja seks komersial cukup tinggi,
berkisar antara 20-34% (Karyadi, 1996).
Chlamydia trakomatis adalah mikroorganisme intraseluler obligat yang
memiliki dinding sel yang sama dengan bakteri gram negatif. Chlamydia
trakomatis diklasifikasikan sebagai bakteri yang mengandung asam
deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA), mereka membelah
dengan fusi biner, tetapi seperti virus, mereka berkembang secara intraseluler.
atau uretra ke atas, dan infeksi klamidia dapat menyebabkan "cacat" yang serius,
karena infeksi klamidia yang meninggi pada saluran genital dapat menyebabkan
kolonisasi bakteri di mukosa endometrium dan tuba fallopia (Hendry, dkk., 2013).
Secara umum semua wanita yang aktif secara seksual berisiko terkena infeksi.
Sekitar 60% -80% infeksi Chlamydia trakomatis pada wanita tidak menunjukkan
gejala sehingga sulit untuk menilai penyebarannya, pasien tidak menyadari
infeksi ini dan tidak segera mendapatkan perawatan (Baud, et. al., 2011).
Infeksi ini dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani dapat
menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan. Klamidia disebabkan oleh
bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini dapat
menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher rahim. Ketika infeksi
terjadi pada anus, pasien biasanya tidak merasakan gejala meskipun mungkin
merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi, gatal dan nyeri. Infeksi
Chlamyidia di tenggorokan juga mungkin tidak memberikan gejala apapun. Jika
mata Anda terinfeksi, bakteri dapat menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan dari
salah satu atau kedua mata Anda (konjunktivitis).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Chlamyidia?
2. Bagaimana Patofisiologi Chlamyidia
3. Apa Etiologi Chlamyidia?
4. Apa saja tanda dan gejala Chlamyidia?
5. Pemeriksaan Penunjang untuk mengdiagnosis Chlamyidia?
6. Bagaimana penatalaksanaan Chlamyidia?
7. Apa saja manifestasi klinis dari Chlamyidia?
8. Apa saja farmokologi dan Non-farmokologi Chlamyidia?
9. Komplikasi apa yang kemungkinan menimpa pasien Chlamyidia?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi Chlamyidia?
2. Untuk mengetahui Patofisiologi Chlamyidia
3. Untuk mengetahui Etiologi Chlamyidia
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Chlamyidia
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang dalam mengdiagnosis Chlamyidia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Chlamyidia
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Chlamyidia
8. Untuk mengetahui farmokologi dan Non-farmokologi Chlamyidia
9. Untuk mengetahui komplikasi apa yang kemungkinan menimpa pasien
Chlamyidia
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFENISI
Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh virus chlamydia
trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering menyebabkan apa yang
dinamakan uretritis non spesifik yakni radang saluran kemih yang tidak spesifik,
yang dikenal merupakan salah satu infeksi/penyakit, akibat dari hubungan seksual
yang terjadi pada pria. Sedangkan pada wanita klamidia lebih sering
menyebabkan cervicitis (serviksitis), yaitu infeksi leher rahim, dan penyakit
peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan menyebabkan infertilitas. (Bruner &
Suddert, 2001).
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada
manusia yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Istilah infeksi
Klamidia dapat juga merujuk kepada infeksi yang disebabkan oleh setiap jenis
bakteri dari keluarga Chlamydiaceae. C. trachomatis hanya ditemukan pada
manusia. dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata.
Klamidia lebih sering terdapat pada wanita. ketika seorang wanita telah
tertular maka klamidia dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP) yang
dapat menyebabkan wanita tersebut menjadi mandul (tidak dapat mempunyai
anak).

B. PATOFISIOLOGI
Klamidia adalah bakteri intra selular kecil yang membutuhkan sel - sel yang
hidup untuk bermultiplikasi. Kromosom bakteri klamidia terdiri dari lebih kurang
1 juta pasangan basa dan memiliki kapasitas untuk mengkodekan lebih dari 600
protein. Ada 18 serotipe dari klamidia trakomatis yang teridentifikasi. Serotipe D
- K merupakan penyebab infeksi menular seksual dan infeksi neonatal. Tidak
ditemukan bukti kuat bahwa sindroma genital spesifik atau manifestasi klinis,
seperti PID, disebabkan oleh serotipe yang spesifik. Siklus sel dari klamidia
berbeda dari bakteria yamg lain. Endositosis membuat terjadinya formasi inklusi
intraselular yang terikat membran. Kemampuan dari klamidia untuk merubah dari
fase istirahat ke fase replikasi bentuk infeksius dalam sel penjamu meningkatkan
kesulitan dalam mengeliminasi mikroba ini. Bagaimanapun banyak yang belum
dapat dimengerti mengenai mekanisme spesifik kejadian dalam membran,
perlekatan, dan endositosis, multiplikasi dari organisme dalam sel, tansformasi
dari metabolik inaktif badan retikulat (RB) ke metabolik aktif replikatif badan
elementer (EB), dan ekspresi dari antigen Klamidia yang berbeda selama siklus
sel.
Klamidia trakomatis memiliki genom yang sangat kecil, tetapi itu bukan
berarti klamidia tidak memiliki siklus perkembangan hidup yang kompleks, siklus
ini terdiri dari dua bentuk: EB, yang di disain untuk dapat bertahan diluar sel
manusia dan untuk menginfeksi sel manusia yang baru, dan RB yang lebih rentan
sebagai bentuk pembelahan diri bakteria ini. Dengan ukuran genom antara 1 Mbp
dan banyak gen berperan dalam siklus perkembangan ini, Klamidia harus
berhemat untuk membatasi gen yang ingin mereka pertahankan. Karena klamidia
bereplikasi didalam sel penjamu, mungkin kita akan berpikir bahwa salah satu
cara untuk mengurangi ukuran genom adalah dengan menghilangkan gen yang
mengkode protein metabolik dan sistem biosintesis yang umurmya terdapat pada
bakteri dari pada menggunakan molekul penjamu. Bagian dalam dari sel manusia
ini sangat kaya akan nutrisi, sehingga RB tidak perlu membuat banyak asam
amino dan komponen-komponen lain yang biasanya dibutuhkan sel-sel yang
hidup bebas. Meskipun klamidia trakomatis memiliki gen yang sedikit untuk
biosintesis asam amino, genom-genonmya memiliki gen-gen untuk beberapa jalur
pembangkit energi, termasuk glikolisis, jalur pentose phosphate, dan siklus parsial
TCA. Untuk beberapa lama, diyakini bahwa klamidia trakomatis adalah suatu
parasit adenosine triphosphate (ATP) yang tidak memiliki ATP dan harus
mendapatkannya dari sel penjamu. Hal ini telah diketahui salah, terutama untuk
klamidia trakomatis. Spesies lain dari klamidia mungkin parasit ATP, berdasarkan
dari kurangnya gen untuk biosintesis.

C. ETIOLOGI
Chlamydia trachomatis yang terutama menyerang leher rahim. Biasanya
menyerang saluran kencing atau organ-organ reproduksi. Pada wanita,
menyebabkan infeksi di mulut rahim, sedangkan pada pria, menyebabkan infeksi
di urethra(bagian dalam penis). Sebanyak 75 persen penderitanya, tidak
mendapatkan gejala penyakit ini. Kalaupun muncul gejala, pada wanita, hanya
berupa keputihan. Penyakit menular seksual (PMS) yang satu ini, dapat menular
atau ditularkan pasangan. Masa inkubasi:7 sampai 12 hari. (Bruner & Sudert
2001)

D. TANDA DAN GEJALA


Pada perempuan :
1. Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan
merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman.
2. Menimbulkan keluhan keputihan yang disertai nyeri pada saat BAK dan
adanya mukopurulen dan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
3. Penularan tidak disadari, karena kebanyakan perempuan yang terinfeksi tidak
merasakan gejala
4. Pasien biasanya datang dengan stadium lanjut
5. Rasa sakit setelah melakukan hubungan seksual

Pada laki-laki :
1. Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan
merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman.
2. Keluar cairan di uretra berupa lender yang jernih samapi keruh terdapat
bercak pada celana dalam terutama pada pagi hari
3. Pelvisnya bengkak karena terjadi Epedidimitis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Klamidia sukar dibedakan dengan gonorrhea karena gejala dari
kedua penyakit ini sama dan penyakit ini dapat timbul bersamaan meskipun
jarang. Cara yang paling dipercaya untuk mengetahui infeksi klamidia adalah
melalui pemeriksaan laboratorium.
Pada prinsipnya, penegakan diagnosis infeksi klamidia trakomatis sama
seperti infeksi mikroorganisme lainnya, tetapi karena gejala serta gambaran klinis
infeksi ini tidak khas, maka diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tes
yang sekarang tersedia termasuk kultur sel, deteksi antigen, deteksi asam nukleat,
pemeriksaan serologi.
Baku emas untuk pemeriksaan infeksi klamidia trakomatis adalah kultur dari
swab yang didapat dari endoserviks pada wanita atau uretra pada pria. Tetapi
hambatan dari metode pemeriksaan kultur ini adalah berkembangnya tes non
cultured based. Namun tes non cultured - based, termasuk tes deteksi antigen dan
nonamplfied nucleic acid hybridization, mempunyai kemampuan terbatas karena
kegagalan untuk mendeteksi beberapa bagian penting dari infeksi Klamidia
Pemeriksaan yang lebih baru dan mendeteksi DNA atau RNA spesifik terhadap
klamidia trakomatis (termasuk PCR, ligase chain reaction, dan RNA transcription
- mediated amplification) lebih sensitif daripada generasi pertama tes non culture
based. Sensitifitas sedikit lebih rendah ketika tes yang baru ini digunakan pada
spesimen urin dibandingkan pada specimen endoserviks
F. PENATALAKSANAAN
Terapi empiris Chlamydia conjunctivitis meliputi pemberian topikal salep
tetrasiklin dan eritromisin atau tetrasiklin sistemik/ oral 250 mg 4 kali sehari
selama 2 minggu. Terapi empiris terutama untuk penderita yang menunggu
konfirmasi diagnosis dari pemeriksaan penunjang. Menurut WHO, penanganan
Chlamydia conjunctivitis dirangkum menjadi strategi SAFE, yang meliputi
Surgery for trichiasis, Antibiotics for active disease, Facial hygiene, dan
Environmental improvement. Pembedahan hanya untuk mengangkat entropion
dan trichiasis serta mempertahankan complete lid closure dengan prinsip rotasi
tarsal bilamellar. Antibiotik diberikan pada penderita ataupun keluarganya,
bahkan komunitas di sekitarnya untuk menekan penyebaran infeksi. Pilihan utama
antibiotik untuk Chlamydial conjunctivitis adalah azithromisin dosis tunggal 20
mg/kgBB. Pilihan antibiotik alternatif antara lain eritromisin 500 mg 2 kali sehari
selama 14 hari atau doksisiklin 100 mg 2 kali sehari selama 10 hari. Pilihan
antibiotik untuk neonatus yaitu eritromisin oral 50 mg/ kgBB/hari dibagi 4 kali
sehari selama 10–14 hari. Untuk ibu hamil, azithromisin cukup aman dan efektif;
doksisiklin merupakan kontraindikasi, khususnya pada trimester kedua dan
ketiga. Pilihan alternatif adalah amoksisilin 500 mg oral 3 kali sehari selama 7
hari.
Kebersihan wajah penting, terutama untuk pencegahan. Juga penyediaan
akses air bersih, memperbaiki higienitas personal diikuti sanitas lingkungan, dan
mengontrol populasi lalat, dan perbaikan lingkungan.

G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik untuk infeksi klamidia pada perempuan dapat berupa
sindroma urethral akut, uretritis, bartolinitis, servisitis, infeksi saluran genital
bagian atas (endometritis, salfingo-oophoritis, atau penyakit radang panggul),
perihepatitis (sindroma Fitz-HughCurtis), dan arthritis. Kehamilan ektopik juga
dapat terjadi oleh karena infeksi klamidia, yang biasanya didahului dengan
penyakit radang panggul. 15,21 Gejala tergantung dari lokasi infeksinya. Infeksi
dari urethra dan saluran genital bagian bawah dapat menyebabkan disuria, duh
vagina yang abnormal, atau perdarahan post koital. Pada saluran genital bagian
atas (endometritis, atau salphingitis, kehamilan ektopik) dapat menimbulkan
gejala seperti perdarahan rahim yang tidak teratur dan abdominal atau pelvic
discomfort
H. FARMOKOLOGI DAN NON-FARMOKOLOGI
Terapi yang biasanya digunakan adalah
1. Antibiotika, minum obat secara teratur
2. Partner seksualnya juga harus diobati
Obat antibiotik:
1. Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih
2. Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih
3. Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih
4. Azitromisin 1 gram dosis tunggal

I. KOMPLIKASI
1. Radang panggul
2. Radang pelvis
3. Infertilitas
4. Endometritis postpartum
5. Epididimitis
6. Konjungtivitis
7. Pneumonia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat,
penanggung jawab, tanggal pengkajian, dan diagnose medis
2. Keluhan utama
Gejala klamidia yang lebih umum diderita oleh wanita adalah keputihan dan
juga rasa sakit saat buang air kecil serta dorongan kuat mendadak ingin buang
air kecil, sedangkan yang lainnya tidak ada keluhan yang jelas. Pada
penyelidikan pada wanita usia reproduktif yang datang ke klinik dengan
gejala-gejala infeksi traktus urinarius 10 persen di antaranya ditemukan carier
C. trachomatis
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu: keluhan yang dirasakan biasanya klien seperti gatal-
gatal pada kemaluan dan adanya keputihan.
b. Riwayat penyakit sekarang: nyeri pada bagian pelvis, nyeri saat buang air
kecil.
c. Riwayat penyakit keluarga: apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
a. Adanya keputihan
b. Adanya bercak-bercak keputihan pada celana dalam.
c. Kulit kelamin berwarna kemerah-merahan.
Palpasi :
Kelenjer inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan
bengkak. Pasien diperiksa untuk adanya nyeri tekan abdominal dan rahim.
Mulut dan tenggorokan untuk mencari tanda peradangan atau eksudat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

C. INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau
gatal-gatal akibat infeksi: kurangi rasa sakit dan analgesi administration.
2. Ansietas berhubungan dengan lamanya penyembuhan penyakit dan gejala
yang muncul.
3. Kelelahan: Energy conservation, Self care, dan Nutritional status : food and
fluid intake
4. Koping Individu tidak efektif b.d perasaan malu karena penyakit yang
diderita: Koping control, Impulse control
5. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit: peningkatan
tentang proses penyakit

D. IMPLEMENTASI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau
gatal-gatal akibat infeksi: kurangi rasa sakit dan analgesi administration.
Pain Manegement
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitas.
 Observasi reasi non verbal dan ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
 Kaji kultur yang mepengaruhi respon nyeri
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan
control nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
 Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitas nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan
interpersonal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas,dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dan analgesic ketika
pemberian lebih dari satu tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
 Tentukan pilihan analgesic pilihan,rute pemberian dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
 Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi aktifitas analgesic tanda dan gejala (efek samping)

2. Ansietas berhubungan dengan lamanya penyembuhan penyakit dan gejala


yang muncul.
Anxiety reduction (penurunan kecemasan).
 Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
berlangsung
 Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
 Berikan informasi factual mengenai diagnosis,tindakan prognosis
 Dorong keluarga untuk menemani anak
 Lakukan back/neck rub
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan persepsi
 Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Berikan obat untuk mengurangi kecemasan dengan cara yang tepat

3. Kelelahan: Energy conservation, Self care, dan Nutritional status : food and
fluid intake
Manajemen Strategi :
 Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
 Berikan periode istirahat selama aktivitas
 Monitor intake nutrisi untk memastikan kecukupan sumber energy
 Bantu klien memenuhi kebutuhan perawatan diri
 Monitor TTV sebelum, selama, dan sesuah melakukan aktivitas.

4. Koping Individu tidak efektif b.d perasaan malu karena penyakit yang
diderita: Koping control, Impulse control
Peningkatan koping
 Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri
 Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
 Hargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan
 Dukung penggunaan sumber spiritual jika diminta
 Sediakan informasi actual tentang diagnosis
 Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek oerawatan saat ini
 Dukung penggunaan mekanisme deefensif yang tepat
 Dukung keterlibatan keluarga dan cara yang tepat
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan peran
 Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan yang dapat terjadi
 Bantu klien beradaptasi dan mengantisipasi perubahan klien

5. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit: peningkatan


tentang proses penyakit. Target untuk pendidikan dan pencegahan terhadap
klamidya pada pasien adalah populasi remaja dan dewasa muda. Pantangan,
menunda usia untuk terpajan hubungan seksual sejak awal membatasi jumlah
pasangan seksual dan penggunaan kondom untuk pencegahan harus
dipromosikan atau dianjurkan. Harus ditekankan bahwa penyaringan untuk
klamidya dan penanganan infeksi pada tahap awal adalah metode penting
untuk menurunkan proses penyakit yang umum pada wanita untuk untuk
menurunkan infeksi pada bayi

E. EVALUASI
1. Nyeri dapat diatasi
2. Ansietas dapat diatasi
3. Resiko infeksi dapat diminimalkan
4. Pasien mengetahui tentang penyakit yang telah dialamminya
BAB IV
ASUHAN KEPEAWATAN PADA NY. A DENGAN PENYAKIT KLAMIDIA

A. TINJAUAN KASUS
Seorang Ibu Rumah tangga (29 tahun) datang ke Rumah Sakit Harapan Bunda
dengan keluhan keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil
akan merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman, keluhan
keputihan yang disertai nyeri pada saat BAK dan adanya mukopurulen dan
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, serta rasa sakit di perut setelah
melakukan hubungan seksual.

B. PENGKAJIAN
1. Riwayat
d. Riwayat penyakit dahulu: gatal-gatal pada kemaluan dan adanya keputihan.
e. Riwayat penyakit sekarang: nyeri pada bagian pelvis, nyeri saat buang air
kecil.
f. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada penyakit yang berhubungan dengan
klamidia
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
d. Adanya keputihan
e. Adanya bercak-bercak keputihan pada celana dalam.
f. Kulit kelamin berwarna kemerah-merahan.
Palpasi :
Kelenjer inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan
bengkak. Pasien diperiksa untuk adanya nyeri tekan abdominal dan rahim.
Mulut dan tenggorokan untuk mencari tanda peradangan atau eksudat.

DATA PENYEBAB MASALAH


DS: Chlamydia  Gangguan rasa nyaman
 klien mengatakan sering trachomatis dan nyeri berhubungan
BAK dan merasakan dengan rasa terbakar,
adanya rasa seperti bau atau gatal-gatal
terbakar dan tidak akibat infeksi
nyaman.  Ansietas berhubungan
 klien mengatakan nyeri dengan lamanya
pada saat BAK dan penyembuhan penyakit
adanya mukopurulen dan dan gejala yang muncul.
perdarahan setelah  Kelelahan berhubungan
melakukan hubungan dengan disfungsi
seksual seksual.
 klien mengatakan rasa  Koping individu tidak
sakit setelah melakukan efektif berhubungan
hubungan seksual dengan peraasaan malu
DO: karena penyakit yang
 Pasien datang dengan diderita
stadium lanjut  Resiko infeksi
 Keluar cairan di uretra berhubungan dengan
berupa lendir yang jernih penularan penyakit
sampai keruh yang terpajan.
 Pelvis bengkak karena  Kurang pengetahuan
terjadi epidimitis berhubungan dengan
proses penyakit.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau
gatal- gatal akibat infeksi.
2. Ansietas berhubungan dengan lamanya penyembuhan penyakit dan gejala
yang muncul.: Anxiety control, Coping , dan Impulse control
3. Kelelahan berhubungan dengan disfungsi seksual (penurunan libido,
depresi) rasa penolakan oleh seksual pasangan.
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan peraasaan malu karena
penyakit yang diderita,
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penularan penyakit yang terpajan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.

D. INTERVENSI KEPERaWATAN NANDA DAN NIC NOC


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau
gatal-gatal akibat infeksi.
Nyeri Akut
Defenisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul segera actual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan (asosiasi Studi Nyeri Internasional) ke
serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang
dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik:
a. Data subjektif:
Laporan secara verbal
b. Data objektif
 Posisi antalgetik untuk menghindari nyeri
 Gerakan melindungi
 Tingkah laku berhati – hati
 Muka topeng
 Gangguan tidur (mata sayu,tampak capek,sulit atau gerakan
kacau,menyeringai)
 Terfokus pada diri sendiri
 Terfokus pada diri sendiri
 Focus menyempit (penurunan persepsi waktu,kerusakan proses
berfikir penurunan interaksi dengan orang dan lingungan)
 Tingkah laku distraksi,contoh jalan – jalan,menemani orang lain
dan atau aktivitas berulang.
 Respon autonom (seperti diaphoresis,perubahan tekanan
darah,perubahan nafas,nadi dan dilatasi pupil).
 Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku).
 Tingkah laku ekspretif (contoh:gelisah
merintih,menangis,waspada iritabel,nafas panjang atau berkeluh
kesah)
 Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor – faktor yang berhubungan:
Agen injuri (biologi,kimia fisik,psikologis). Contoh agen?
 Mengenali faktor penyebab
 Mengenali lamanya obat (onset) sakit
 Menggunakan metode pencegahan
 Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
 Mencari bantuan tenaga kesehatan
 Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
 Menggunakan sumber – sumber yang tersedia
 Mengenali gejala – gejala nyeri
 Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya
 Melaporkan nyeri yang telah terkontrol
 Lainnya

NOC
a. Pain Manegement
 Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitas.
 Observasi reasi non verbal dan ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
 Kaji kultur yang mepengaruhi respon nyeri
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan
control nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
 Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitas nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan
interpersonal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
b. Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas,dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dan analgesic ketika
pemberian lebih dari satu tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
 Tentukan pilihan analgesic pilihan,rute pemberian dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
 Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi aktifitas analgesic tanda dan gejala (efek samping)

2. Ansietas berhubungan dengan lamanya penyembuhan penyakit dan gejala


yang muncul.
Definisi: perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidak nyamanan atau
ketakutan yang disertai respon autonom (summer tidak efektif atau tidak
diketahui oleh individu),perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi
terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang
akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah
untuk menyetujui terhadap tndakan – tindakan.
Ditandai dengan:
 Gelisah
 Insomnia
 Resah
 Ketakutan
 Sedih
 Fokus pada diri
 Kekhawatiran
 Cemas

NOC:
 Anxiety control
 Coping
 Impulse control
Catatan Hasil:
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi,mengungkapkan,dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh,ekspresi wajah,bahasa tubuh,dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC:
Anxiety reduction (penurunan kecemasan).
 Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
berlangsung
 Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
 Berikan informasi factual mengenai diagnosis,tindakan prognosis
 Dorong keluarga untuk menemani anak
 Lakukan back/neck rub
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan persepsi
 Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Berikan obat untuk mengurangi kecemasan dengan cara yang tepat

3. Kelelahan
Disfungsi seksual ( penurunan libido, depresi, rasa penolakan oleh
pasangan seksual )
Batasan karakteristik :
 Ketidakmampuan mengembalikan energy setelah tidur
 Kekurangan energy
 Lelah
 Lesu tanpa gairah
 Meningkatkanya keluhan fisik
 Konsentrasi melemah
 Penampilan menurun
 Libido menurun
 Mengantuk

Faktor yang berhubungan:


Psikologis,stress, cemas, depresi, situasional, kejadian hidup negative,
fisiologis, kehamilan, kondisi fisik, lemah, anemia, gangguan tidur,
status penyakit dan malnutrisi.

NOC:
 Energy conservation
 Self care : ADLs
 Nutritional status : food and fluid intake
Kriteria Hasil:
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari ( ADLs) secara mandiri
 Melaporkan peningkatan energy
 Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat
kemampuannya
NIC:
Manajemen Strategi :
 Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
 Berikan periode istirahat selama aktivitas
 Monitor intake nutrisi untk memastikan kecukupan sumber energy
 Bantu klien memenuhi kebutuhan perawatan diri
 Monitor TTV sebelum, selama, dan sesuah melakukan aktivitas.

4. Koping Individu tidak efektif b.d perasaan malu karena penyakit yang
diderita
Batasan karakteristik :
 Gangguan tidur
 Penyalahgunaan bahan kimia
 Penurunan penggunaan dukungan social
 Konsentrasi yang buruk
 Kelelahan
 Mengeluhkan ketidakmampuan koping
 Perilaku merusak terhadap diri/orang lain
 Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
Faktor-faktor yang berhubungan :
 Pebedaan gender dalam strategi koping
 Tingkat percaya diri tidak adekuat
 Ketidakpastiaan
 Support sosial tidak efektif
 Derajat pengobatan tingkat tinggi
 Krisis situsional/maturisional
NOC:
 Koping control
 Impulse control
Kriteria Hasil :
 Klien mampu mengidentifikasi periaku koping efektif
 Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol stress
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas,
menunjukkan berkurangnya stress.
NIC:
Peningkatan koping
 Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri
 Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
 Hargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan
 Dukung penggunaan sumber spiritual jika diminta
 Sediakan informasi actual tentang diagnosis
 Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek oerawatan saat ini
 Dukung penggunaan mekanisme deefensif yang tepat
 Dukung keterlibatan keluarga dan cara yang tepat
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan peran
 Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan yang dapat terjadi
 Bantu klien beradaptasi dan mengantisipasi perubahan klien

5. Resiko Infeksi berhubungan dengan penularan penyakit yang terpajan


Definisi: Peningkatan resiko masuknya organisme pathogen
Faktor-faktor resiko:
 Prosedur infasif
 Ketidakcakupan pengetahuan untuk menghindari paparan pathogen
 Trauma
 Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan e
 Ruptut membrane amnion
 Agen farmasi (immunosupresan)
 Malnutrisi
 Peningkatan paparan lingkungan pathogen immunosupresi
 Ketidakadekuatan imun buatan
 Tidak adekuat pertahanan sekunder (penekanan respon Inflamasi)
 Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi
pH, perubahan peristaltic)
 Penyakit kronik
Kontrol Risiko
Indicator
 Mengetahui risiko
 Memonitor factor risiko lingkungan
 Memonitor factor risiko dari tingkah laku
 Mengembangkan strategi control risiko secara efektif
 Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko menggunakan
dukungan personal untuk mengontrol risiko
 Berpatisipasi dalam sceening untuk mengidentifikasi resiko
 Memonitor perubahan status kesehatan

NOC:
 Immune status
 Knowledge: Infection Kontrol
 Risk Control
Kriteria Hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC:
Infection Control (Kontrol Infeksi)
 Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan,
panas, nyeri, tumor, dan adanya fungsiolaesa
 Catat dan laporkan nilai laboratorium
 Kaji warna kulit, kelembaban tekstur, dan turgor, cuci kulit dengan
hati-hati, gunakan hidrasi dan pelembab seluruh muka
 Gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial
 Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan keperawatan
 Gunakan standar precaution dan gunakan sarung tangan Selma
kontak dengan darah, membrane mukosa yang tidak utuh
 Ganti IV line sesuai dengan aturan yang berlaku
 Pastikan perawatan aseptic pada IV line
 Pastikan teknik perawtan luka secara tepat
 Dorong pasien untuk istirahat
 Berikan terapi antibiotic sesuai intruksi

6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.


Definisi: tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan
dengan topic spesifik
Batasan karakteristik: memverbalisasikan adanya masalah,
ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Factor yang berhubungan:
 Keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah
 Kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui
sumber-sumber informasi

Pengetahuan tentang proses penyakit:


Indikator
 Familiar dengan proses penyakit
 Mendeskripsikan proses penyakit
 Mendeskripsikan factor penyebab
 Mendeskripsikan factor risiko
 Mendeskripsikan efek penyakit
 Mendeskripsikan tanda dan gejala
 Mendeskripsikan perjalanan penyakit
 Mendeskripsikan tindakan untuk menurunkan progresifitas
 Mendeskripsikan tanda dan gejala dari komplikasi
 Mendeskripsikan tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi
 Lainnya

NOC:
 Knowledge: disease process
 Knowledge: health behavior
Kriteria hasil:
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pemgobatan
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Mengajarkan proses penyakit
 Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan
untuk melihat, mendengar nyeri, kesiapan emosional, bahasa dan
budaya)
 Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya
 Menjelaskan proses penyakit (pengertian: etiologi, tanda, gejala)
transmisi, dan efek jangka panjang pada ibu dan fetus
 Diskusikan perubahan gaiya hidup yang bias untuk mencegah komplikasi
atau mengontrol proses penyakit
 Diskusikan tentang pilihan terapi atau perawatan
 Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang
dianjurkan
 Berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan second opinion
 Anjurkan pada pasien untuk mencegah atau meminimalkan efek
sampping dari penyakitnya.

E. EVALUASI
1. Nyeri dapat diatasi
2. Ansietas dapat diatasi
3. Resiko infeksi dapat diminimalkan
4. Pasien mengetahui tentang penyakit yang telah dialamminya
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diagnosis Chlamydial conjunctivitis ditegakkan secara klinis. Tiga
pemeriksaan penunjang utama diagnosis Chlamydia, yaitu direct
immunofluoroscence assays (DFAs), enzymelinked immunosorbent assay
(ELISA), nucleic acid amplification tests (NAATs). Tatalaksana menurut WHO
dirangkum menjadi strategi SAFE, meliputi Surgery for trichiasis, Antibiotics
for active disease, Facial hygiene, dan Enviromental improvement. Dua hal
penting dalam pencegahan adalah kontrol infeksi secara adekuat dan edukasi

B. SARAN
Chlamydia trakomatis adalah salah satu bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit infeksi menular seksual yang sangat berbahaya bagi kesehatan baik pria
maupun wanita serta akan menganggu janin pada ibu hamil. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan metode PCR dan
laparoskopi. Infeksi Chlamydia trachomatis memiliki peranan sebagai faktor
risiko terjadinya kerusakan pada tuba fallopi. Penanda adanya infeksi berupa
pemeriksaan imunoglobulin Chlamydia trachomatis dapat membantu
memberikan gambaran mengenai kondisi tuba fallopi pada wanita dengan
infertilitas
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah dan Amanda, S.S. (2019) Infeksi Chlamydia Trachomatis Pada


Saluran Genital, Tuba Fallopi Dan Serviks. Jurnal Teknosains, Volume 13, No. 2
Reza, N.R., dan Tantari (2015) Pemeriksaan Laboratorium Infeksi Chlamydia
trachomatis Pada Saluran Genital. BIKKK - Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin - Periodical of Dermatology and Venereology
Dr. Hendry Adi Saputra, M.Ked(OG) (2012) Kejadian infeksi klamidia
trakomatis di serviks dan tuba pada pasien kehamilan ektopik terganggu di rsup. H.
Adam malik medan dan rs. Jejaring fakultas kedokteran USU. Fakultas kedokteran
universitas sumatera utara rsup h. Adam malik

Anda mungkin juga menyukai