PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Chlamydia trachomatis (CT) adalah salah satu penyebab infeksi genital. tidak
spesifik pada pria dan wanita. Infeksi CT adalah salah satu bentuk paling umum
dari infeksi menular seksual di dunia. World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa sebanyak 89 juta kasus baru terjadi pada tahun 2001.
Prevalensi infeksi CT di Indonesia di antara pekerja seks komersial cukup tinggi,
berkisar antara 20-34% (Karyadi, 1996).
Chlamydia trakomatis adalah mikroorganisme intraseluler obligat yang
memiliki dinding sel yang sama dengan bakteri gram negatif. Chlamydia
trakomatis diklasifikasikan sebagai bakteri yang mengandung asam
deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA), mereka membelah
dengan fusi biner, tetapi seperti virus, mereka berkembang secara intraseluler.
atau uretra ke atas, dan infeksi klamidia dapat menyebabkan "cacat" yang serius,
karena infeksi klamidia yang meninggi pada saluran genital dapat menyebabkan
kolonisasi bakteri di mukosa endometrium dan tuba fallopia (Hendry, dkk., 2013).
Secara umum semua wanita yang aktif secara seksual berisiko terkena infeksi.
Sekitar 60% -80% infeksi Chlamydia trakomatis pada wanita tidak menunjukkan
gejala sehingga sulit untuk menilai penyebarannya, pasien tidak menyadari
infeksi ini dan tidak segera mendapatkan perawatan (Baud, et. al., 2011).
Infeksi ini dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani dapat
menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan. Klamidia disebabkan oleh
bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini dapat
menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher rahim. Ketika infeksi
terjadi pada anus, pasien biasanya tidak merasakan gejala meskipun mungkin
merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi, gatal dan nyeri. Infeksi
Chlamyidia di tenggorokan juga mungkin tidak memberikan gejala apapun. Jika
mata Anda terinfeksi, bakteri dapat menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan dari
salah satu atau kedua mata Anda (konjunktivitis).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Chlamyidia?
2. Bagaimana Patofisiologi Chlamyidia
3. Apa Etiologi Chlamyidia?
4. Apa saja tanda dan gejala Chlamyidia?
5. Pemeriksaan Penunjang untuk mengdiagnosis Chlamyidia?
6. Bagaimana penatalaksanaan Chlamyidia?
7. Apa saja manifestasi klinis dari Chlamyidia?
8. Apa saja farmokologi dan Non-farmokologi Chlamyidia?
9. Komplikasi apa yang kemungkinan menimpa pasien Chlamyidia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi Chlamyidia?
2. Untuk mengetahui Patofisiologi Chlamyidia
3. Untuk mengetahui Etiologi Chlamyidia
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Chlamyidia
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang dalam mengdiagnosis Chlamyidia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Chlamyidia
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Chlamyidia
8. Untuk mengetahui farmokologi dan Non-farmokologi Chlamyidia
9. Untuk mengetahui komplikasi apa yang kemungkinan menimpa pasien
Chlamyidia
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFENISI
Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh virus chlamydia
trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering menyebabkan apa yang
dinamakan uretritis non spesifik yakni radang saluran kemih yang tidak spesifik,
yang dikenal merupakan salah satu infeksi/penyakit, akibat dari hubungan seksual
yang terjadi pada pria. Sedangkan pada wanita klamidia lebih sering
menyebabkan cervicitis (serviksitis), yaitu infeksi leher rahim, dan penyakit
peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan menyebabkan infertilitas. (Bruner &
Suddert, 2001).
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada
manusia yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Istilah infeksi
Klamidia dapat juga merujuk kepada infeksi yang disebabkan oleh setiap jenis
bakteri dari keluarga Chlamydiaceae. C. trachomatis hanya ditemukan pada
manusia. dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata.
Klamidia lebih sering terdapat pada wanita. ketika seorang wanita telah
tertular maka klamidia dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP) yang
dapat menyebabkan wanita tersebut menjadi mandul (tidak dapat mempunyai
anak).
B. PATOFISIOLOGI
Klamidia adalah bakteri intra selular kecil yang membutuhkan sel - sel yang
hidup untuk bermultiplikasi. Kromosom bakteri klamidia terdiri dari lebih kurang
1 juta pasangan basa dan memiliki kapasitas untuk mengkodekan lebih dari 600
protein. Ada 18 serotipe dari klamidia trakomatis yang teridentifikasi. Serotipe D
- K merupakan penyebab infeksi menular seksual dan infeksi neonatal. Tidak
ditemukan bukti kuat bahwa sindroma genital spesifik atau manifestasi klinis,
seperti PID, disebabkan oleh serotipe yang spesifik. Siklus sel dari klamidia
berbeda dari bakteria yamg lain. Endositosis membuat terjadinya formasi inklusi
intraselular yang terikat membran. Kemampuan dari klamidia untuk merubah dari
fase istirahat ke fase replikasi bentuk infeksius dalam sel penjamu meningkatkan
kesulitan dalam mengeliminasi mikroba ini. Bagaimanapun banyak yang belum
dapat dimengerti mengenai mekanisme spesifik kejadian dalam membran,
perlekatan, dan endositosis, multiplikasi dari organisme dalam sel, tansformasi
dari metabolik inaktif badan retikulat (RB) ke metabolik aktif replikatif badan
elementer (EB), dan ekspresi dari antigen Klamidia yang berbeda selama siklus
sel.
Klamidia trakomatis memiliki genom yang sangat kecil, tetapi itu bukan
berarti klamidia tidak memiliki siklus perkembangan hidup yang kompleks, siklus
ini terdiri dari dua bentuk: EB, yang di disain untuk dapat bertahan diluar sel
manusia dan untuk menginfeksi sel manusia yang baru, dan RB yang lebih rentan
sebagai bentuk pembelahan diri bakteria ini. Dengan ukuran genom antara 1 Mbp
dan banyak gen berperan dalam siklus perkembangan ini, Klamidia harus
berhemat untuk membatasi gen yang ingin mereka pertahankan. Karena klamidia
bereplikasi didalam sel penjamu, mungkin kita akan berpikir bahwa salah satu
cara untuk mengurangi ukuran genom adalah dengan menghilangkan gen yang
mengkode protein metabolik dan sistem biosintesis yang umurmya terdapat pada
bakteri dari pada menggunakan molekul penjamu. Bagian dalam dari sel manusia
ini sangat kaya akan nutrisi, sehingga RB tidak perlu membuat banyak asam
amino dan komponen-komponen lain yang biasanya dibutuhkan sel-sel yang
hidup bebas. Meskipun klamidia trakomatis memiliki gen yang sedikit untuk
biosintesis asam amino, genom-genonmya memiliki gen-gen untuk beberapa jalur
pembangkit energi, termasuk glikolisis, jalur pentose phosphate, dan siklus parsial
TCA. Untuk beberapa lama, diyakini bahwa klamidia trakomatis adalah suatu
parasit adenosine triphosphate (ATP) yang tidak memiliki ATP dan harus
mendapatkannya dari sel penjamu. Hal ini telah diketahui salah, terutama untuk
klamidia trakomatis. Spesies lain dari klamidia mungkin parasit ATP, berdasarkan
dari kurangnya gen untuk biosintesis.
C. ETIOLOGI
Chlamydia trachomatis yang terutama menyerang leher rahim. Biasanya
menyerang saluran kencing atau organ-organ reproduksi. Pada wanita,
menyebabkan infeksi di mulut rahim, sedangkan pada pria, menyebabkan infeksi
di urethra(bagian dalam penis). Sebanyak 75 persen penderitanya, tidak
mendapatkan gejala penyakit ini. Kalaupun muncul gejala, pada wanita, hanya
berupa keputihan. Penyakit menular seksual (PMS) yang satu ini, dapat menular
atau ditularkan pasangan. Masa inkubasi:7 sampai 12 hari. (Bruner & Sudert
2001)
Pada laki-laki :
1. Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan
merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman.
2. Keluar cairan di uretra berupa lender yang jernih samapi keruh terdapat
bercak pada celana dalam terutama pada pagi hari
3. Pelvisnya bengkak karena terjadi Epedidimitis
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Klamidia sukar dibedakan dengan gonorrhea karena gejala dari
kedua penyakit ini sama dan penyakit ini dapat timbul bersamaan meskipun
jarang. Cara yang paling dipercaya untuk mengetahui infeksi klamidia adalah
melalui pemeriksaan laboratorium.
Pada prinsipnya, penegakan diagnosis infeksi klamidia trakomatis sama
seperti infeksi mikroorganisme lainnya, tetapi karena gejala serta gambaran klinis
infeksi ini tidak khas, maka diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tes
yang sekarang tersedia termasuk kultur sel, deteksi antigen, deteksi asam nukleat,
pemeriksaan serologi.
Baku emas untuk pemeriksaan infeksi klamidia trakomatis adalah kultur dari
swab yang didapat dari endoserviks pada wanita atau uretra pada pria. Tetapi
hambatan dari metode pemeriksaan kultur ini adalah berkembangnya tes non
cultured based. Namun tes non cultured - based, termasuk tes deteksi antigen dan
nonamplfied nucleic acid hybridization, mempunyai kemampuan terbatas karena
kegagalan untuk mendeteksi beberapa bagian penting dari infeksi Klamidia
Pemeriksaan yang lebih baru dan mendeteksi DNA atau RNA spesifik terhadap
klamidia trakomatis (termasuk PCR, ligase chain reaction, dan RNA transcription
- mediated amplification) lebih sensitif daripada generasi pertama tes non culture
based. Sensitifitas sedikit lebih rendah ketika tes yang baru ini digunakan pada
spesimen urin dibandingkan pada specimen endoserviks
F. PENATALAKSANAAN
Terapi empiris Chlamydia conjunctivitis meliputi pemberian topikal salep
tetrasiklin dan eritromisin atau tetrasiklin sistemik/ oral 250 mg 4 kali sehari
selama 2 minggu. Terapi empiris terutama untuk penderita yang menunggu
konfirmasi diagnosis dari pemeriksaan penunjang. Menurut WHO, penanganan
Chlamydia conjunctivitis dirangkum menjadi strategi SAFE, yang meliputi
Surgery for trichiasis, Antibiotics for active disease, Facial hygiene, dan
Environmental improvement. Pembedahan hanya untuk mengangkat entropion
dan trichiasis serta mempertahankan complete lid closure dengan prinsip rotasi
tarsal bilamellar. Antibiotik diberikan pada penderita ataupun keluarganya,
bahkan komunitas di sekitarnya untuk menekan penyebaran infeksi. Pilihan utama
antibiotik untuk Chlamydial conjunctivitis adalah azithromisin dosis tunggal 20
mg/kgBB. Pilihan antibiotik alternatif antara lain eritromisin 500 mg 2 kali sehari
selama 14 hari atau doksisiklin 100 mg 2 kali sehari selama 10 hari. Pilihan
antibiotik untuk neonatus yaitu eritromisin oral 50 mg/ kgBB/hari dibagi 4 kali
sehari selama 10–14 hari. Untuk ibu hamil, azithromisin cukup aman dan efektif;
doksisiklin merupakan kontraindikasi, khususnya pada trimester kedua dan
ketiga. Pilihan alternatif adalah amoksisilin 500 mg oral 3 kali sehari selama 7
hari.
Kebersihan wajah penting, terutama untuk pencegahan. Juga penyediaan
akses air bersih, memperbaiki higienitas personal diikuti sanitas lingkungan, dan
mengontrol populasi lalat, dan perbaikan lingkungan.
G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik untuk infeksi klamidia pada perempuan dapat berupa
sindroma urethral akut, uretritis, bartolinitis, servisitis, infeksi saluran genital
bagian atas (endometritis, salfingo-oophoritis, atau penyakit radang panggul),
perihepatitis (sindroma Fitz-HughCurtis), dan arthritis. Kehamilan ektopik juga
dapat terjadi oleh karena infeksi klamidia, yang biasanya didahului dengan
penyakit radang panggul. 15,21 Gejala tergantung dari lokasi infeksinya. Infeksi
dari urethra dan saluran genital bagian bawah dapat menyebabkan disuria, duh
vagina yang abnormal, atau perdarahan post koital. Pada saluran genital bagian
atas (endometritis, atau salphingitis, kehamilan ektopik) dapat menimbulkan
gejala seperti perdarahan rahim yang tidak teratur dan abdominal atau pelvic
discomfort
H. FARMOKOLOGI DAN NON-FARMOKOLOGI
Terapi yang biasanya digunakan adalah
1. Antibiotika, minum obat secara teratur
2. Partner seksualnya juga harus diobati
Obat antibiotik:
1. Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih
2. Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih
3. Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih
4. Azitromisin 1 gram dosis tunggal
I. KOMPLIKASI
1. Radang panggul
2. Radang pelvis
3. Infertilitas
4. Endometritis postpartum
5. Epididimitis
6. Konjungtivitis
7. Pneumonia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat,
penanggung jawab, tanggal pengkajian, dan diagnose medis
2. Keluhan utama
Gejala klamidia yang lebih umum diderita oleh wanita adalah keputihan dan
juga rasa sakit saat buang air kecil serta dorongan kuat mendadak ingin buang
air kecil, sedangkan yang lainnya tidak ada keluhan yang jelas. Pada
penyelidikan pada wanita usia reproduktif yang datang ke klinik dengan
gejala-gejala infeksi traktus urinarius 10 persen di antaranya ditemukan carier
C. trachomatis
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu: keluhan yang dirasakan biasanya klien seperti gatal-
gatal pada kemaluan dan adanya keputihan.
b. Riwayat penyakit sekarang: nyeri pada bagian pelvis, nyeri saat buang air
kecil.
c. Riwayat penyakit keluarga: apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
a. Adanya keputihan
b. Adanya bercak-bercak keputihan pada celana dalam.
c. Kulit kelamin berwarna kemerah-merahan.
Palpasi :
Kelenjer inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan
bengkak. Pasien diperiksa untuk adanya nyeri tekan abdominal dan rahim.
Mulut dan tenggorokan untuk mencari tanda peradangan atau eksudat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau
gatal-gatal akibat infeksi: kurangi rasa sakit dan analgesi administration.
2. Ansietas berhubungan dengan lamanya penyembuhan penyakit dan gejala
yang muncul.
3. Kelelahan: Energy conservation, Self care, dan Nutritional status : food and
fluid intake
4. Koping Individu tidak efektif b.d perasaan malu karena penyakit yang
diderita: Koping control, Impulse control
5. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit: peningkatan
tentang proses penyakit
D. IMPLEMENTASI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau
gatal-gatal akibat infeksi: kurangi rasa sakit dan analgesi administration.
Pain Manegement
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitas.
Observasi reasi non verbal dan ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
Kaji kultur yang mepengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan
control nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitas nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan
interpersonal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas,dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dan analgesic ketika
pemberian lebih dari satu tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
Tentukan pilihan analgesic pilihan,rute pemberian dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi aktifitas analgesic tanda dan gejala (efek samping)
3. Kelelahan: Energy conservation, Self care, dan Nutritional status : food and
fluid intake
Manajemen Strategi :
Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
Berikan periode istirahat selama aktivitas
Monitor intake nutrisi untk memastikan kecukupan sumber energy
Bantu klien memenuhi kebutuhan perawatan diri
Monitor TTV sebelum, selama, dan sesuah melakukan aktivitas.
4. Koping Individu tidak efektif b.d perasaan malu karena penyakit yang
diderita: Koping control, Impulse control
Peningkatan koping
Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri
Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
Hargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan
Dukung penggunaan sumber spiritual jika diminta
Sediakan informasi actual tentang diagnosis
Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek oerawatan saat ini
Dukung penggunaan mekanisme deefensif yang tepat
Dukung keterlibatan keluarga dan cara yang tepat
Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan peran
Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan yang dapat terjadi
Bantu klien beradaptasi dan mengantisipasi perubahan klien
E. EVALUASI
1. Nyeri dapat diatasi
2. Ansietas dapat diatasi
3. Resiko infeksi dapat diminimalkan
4. Pasien mengetahui tentang penyakit yang telah dialamminya
BAB IV
ASUHAN KEPEAWATAN PADA NY. A DENGAN PENYAKIT KLAMIDIA
A. TINJAUAN KASUS
Seorang Ibu Rumah tangga (29 tahun) datang ke Rumah Sakit Harapan Bunda
dengan keluhan keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil
akan merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman, keluhan
keputihan yang disertai nyeri pada saat BAK dan adanya mukopurulen dan
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, serta rasa sakit di perut setelah
melakukan hubungan seksual.
B. PENGKAJIAN
1. Riwayat
d. Riwayat penyakit dahulu: gatal-gatal pada kemaluan dan adanya keputihan.
e. Riwayat penyakit sekarang: nyeri pada bagian pelvis, nyeri saat buang air
kecil.
f. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada penyakit yang berhubungan dengan
klamidia
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
d. Adanya keputihan
e. Adanya bercak-bercak keputihan pada celana dalam.
f. Kulit kelamin berwarna kemerah-merahan.
Palpasi :
Kelenjer inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan
bengkak. Pasien diperiksa untuk adanya nyeri tekan abdominal dan rahim.
Mulut dan tenggorokan untuk mencari tanda peradangan atau eksudat.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau
gatal- gatal akibat infeksi.
2. Ansietas berhubungan dengan lamanya penyembuhan penyakit dan gejala
yang muncul.: Anxiety control, Coping , dan Impulse control
3. Kelelahan berhubungan dengan disfungsi seksual (penurunan libido,
depresi) rasa penolakan oleh seksual pasangan.
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan peraasaan malu karena
penyakit yang diderita,
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penularan penyakit yang terpajan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.
NOC
a. Pain Manegement
Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitas.
Observasi reasi non verbal dan ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
Kaji kultur yang mepengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan
control nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitas nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan
interpersonal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
b. Analgesic Administration
Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas,dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dan analgesic ketika
pemberian lebih dari satu tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
Tentukan pilihan analgesic pilihan,rute pemberian dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi aktifitas analgesic tanda dan gejala (efek samping)
NOC:
Anxiety control
Coping
Impulse control
Catatan Hasil:
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi,mengungkapkan,dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh,ekspresi wajah,bahasa tubuh,dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC:
Anxiety reduction (penurunan kecemasan).
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
berlangsung
Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi factual mengenai diagnosis,tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back/neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan dengan cara yang tepat
3. Kelelahan
Disfungsi seksual ( penurunan libido, depresi, rasa penolakan oleh
pasangan seksual )
Batasan karakteristik :
Ketidakmampuan mengembalikan energy setelah tidur
Kekurangan energy
Lelah
Lesu tanpa gairah
Meningkatkanya keluhan fisik
Konsentrasi melemah
Penampilan menurun
Libido menurun
Mengantuk
NOC:
Energy conservation
Self care : ADLs
Nutritional status : food and fluid intake
Kriteria Hasil:
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari ( ADLs) secara mandiri
Melaporkan peningkatan energy
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat
kemampuannya
NIC:
Manajemen Strategi :
Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
Berikan periode istirahat selama aktivitas
Monitor intake nutrisi untk memastikan kecukupan sumber energy
Bantu klien memenuhi kebutuhan perawatan diri
Monitor TTV sebelum, selama, dan sesuah melakukan aktivitas.
4. Koping Individu tidak efektif b.d perasaan malu karena penyakit yang
diderita
Batasan karakteristik :
Gangguan tidur
Penyalahgunaan bahan kimia
Penurunan penggunaan dukungan social
Konsentrasi yang buruk
Kelelahan
Mengeluhkan ketidakmampuan koping
Perilaku merusak terhadap diri/orang lain
Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
Faktor-faktor yang berhubungan :
Pebedaan gender dalam strategi koping
Tingkat percaya diri tidak adekuat
Ketidakpastiaan
Support sosial tidak efektif
Derajat pengobatan tingkat tinggi
Krisis situsional/maturisional
NOC:
Koping control
Impulse control
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi periaku koping efektif
Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol stress
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas,
menunjukkan berkurangnya stress.
NIC:
Peningkatan koping
Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri
Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
Hargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan
Dukung penggunaan sumber spiritual jika diminta
Sediakan informasi actual tentang diagnosis
Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek oerawatan saat ini
Dukung penggunaan mekanisme deefensif yang tepat
Dukung keterlibatan keluarga dan cara yang tepat
Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan peran
Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan yang dapat terjadi
Bantu klien beradaptasi dan mengantisipasi perubahan klien
NOC:
Immune status
Knowledge: Infection Kontrol
Risk Control
Kriteria Hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC:
Infection Control (Kontrol Infeksi)
Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan,
panas, nyeri, tumor, dan adanya fungsiolaesa
Catat dan laporkan nilai laboratorium
Kaji warna kulit, kelembaban tekstur, dan turgor, cuci kulit dengan
hati-hati, gunakan hidrasi dan pelembab seluruh muka
Gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial
Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan keperawatan
Gunakan standar precaution dan gunakan sarung tangan Selma
kontak dengan darah, membrane mukosa yang tidak utuh
Ganti IV line sesuai dengan aturan yang berlaku
Pastikan perawatan aseptic pada IV line
Pastikan teknik perawtan luka secara tepat
Dorong pasien untuk istirahat
Berikan terapi antibiotic sesuai intruksi
NOC:
Knowledge: disease process
Knowledge: health behavior
Kriteria hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pemgobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Mengajarkan proses penyakit
Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan
untuk melihat, mendengar nyeri, kesiapan emosional, bahasa dan
budaya)
Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya
Menjelaskan proses penyakit (pengertian: etiologi, tanda, gejala)
transmisi, dan efek jangka panjang pada ibu dan fetus
Diskusikan perubahan gaiya hidup yang bias untuk mencegah komplikasi
atau mengontrol proses penyakit
Diskusikan tentang pilihan terapi atau perawatan
Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang
dianjurkan
Berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan second opinion
Anjurkan pada pasien untuk mencegah atau meminimalkan efek
sampping dari penyakitnya.
E. EVALUASI
1. Nyeri dapat diatasi
2. Ansietas dapat diatasi
3. Resiko infeksi dapat diminimalkan
4. Pasien mengetahui tentang penyakit yang telah dialamminya
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis Chlamydial conjunctivitis ditegakkan secara klinis. Tiga
pemeriksaan penunjang utama diagnosis Chlamydia, yaitu direct
immunofluoroscence assays (DFAs), enzymelinked immunosorbent assay
(ELISA), nucleic acid amplification tests (NAATs). Tatalaksana menurut WHO
dirangkum menjadi strategi SAFE, meliputi Surgery for trichiasis, Antibiotics
for active disease, Facial hygiene, dan Enviromental improvement. Dua hal
penting dalam pencegahan adalah kontrol infeksi secara adekuat dan edukasi
B. SARAN
Chlamydia trakomatis adalah salah satu bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit infeksi menular seksual yang sangat berbahaya bagi kesehatan baik pria
maupun wanita serta akan menganggu janin pada ibu hamil. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan metode PCR dan
laparoskopi. Infeksi Chlamydia trachomatis memiliki peranan sebagai faktor
risiko terjadinya kerusakan pada tuba fallopi. Penanda adanya infeksi berupa
pemeriksaan imunoglobulin Chlamydia trachomatis dapat membantu
memberikan gambaran mengenai kondisi tuba fallopi pada wanita dengan
infertilitas
DAFTAR PUSTAKA