CHLAMYDIA TRACHOMATIS
Fatma Idris, Irda Handayani, Benny Rusli
Program Studi Patologi Klinik FK-UNHAS / RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar
I. PENDAHULUAN
Chlamydia adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang
menyerang manusia. Penyakit yang juga dikenal dengan nama uretritis non
gonore (UNG) atau uretritis non spesifik (UNS) ini disebabkan oleh bakteri
Chlamydia trachomatis. Infeksi C.trachomatis pada banyak negara merupakan
penyebab utama infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, yaitu secara
genito-genital, oro-genital dan ano-genital. World Health Organization (WHO)
memperkirakan pada tahun 2012, dilaporkan 131 juta kasus baru dari
Chlamydia terjadi pada orang dewasa dan remaja muda dengan usia 15-49
tahun diseluruh dunia.1,2
Chlamydia trachomatis merupakan bakteri Gram – negatif yang menginfeksi
epitel kolumnar serviks, uretra, dan rektum, serta lokasi non – genitalia. Bakteri
tersebut merupakan penyebab penyakit menular seksual yang paling sering
dilaporkan di Amerika Serikat, dan merupakan penyebab utama kebutaan akibat
infeksi di seluruh dunia. Infeksi C.trachomatis pada pria dapat menimbulkan
uretritis, epididimitis, dan prostatitis sedangkan pada wanita dapat
menyebabkan urethritis, servisitis dan salfingitis.3,4,5
Infeksi C.trachomatis diperkirakan 25-50 % bersifat asimptomatik, terutama
pada wanita (80%), akan tetapi C.trachomatis mempunyai peranan penting
pada servisitis mukopurulen dan infeksi radang panggul (PID) yang kemudian
dapat menyebabkan kehamilan ektopik dan infertilitas. Untuk mencegah
penyebaran infeksi yang lebih luas dan terjadinya komplikasi maka diperlukan
pemeriksaan yang baik sehingga diagnosis dapat dilakukan secara dini dan
pengobatan dapat dilakukan dengan segera.6,7
2. Morfologi
Chlamydia merupakan mikroorganisme Gram negatif, bakteri obligat
intraseluler, berukuran 0.2-1 m, bentuk ovoid dan hanya dapat berkembang
biak didalam sel eukariot dengan membentuk semacam koloni atau
mikrokoloni yang disebut badan inklus. Chlamydia membelah secara
binary fission dalam badan intrasitoplasma. Antigen pada permukaan
Chlamydia dapat diklasifikasikan sebagai lipopolisakarida (LPS) dan Major
Outer Membrane protein (MOMP) yang merupakan antigen spesifik
Chlamydia.4,12,13
3. Siklus Hidup
Chlamydia merupakan organisme gram – negatif yang bersifat obligat
intraseluler, yang berkembang dan bereplikasi di dalam sel host eukariotik.
Pertahanan hidup bersifat parasitik karena adanya kelemahan pada system
transport electron dan tidak adanya sitokrom. Faktor tersebut penting dalam
pembentukan adenosine triphosphate (ATP). Oleh karena itu organisme
dapat tumbuh dan berkembang biak dari nutrisi dan ATP sel host. Proses
perkembangan dan replikasi di dalam sel host khusus hanya untuk
Chlamydia, yang terdiri dari dua tipe morfologi sel yang berbeda, yaitu
badan elementer (Ebs) yang merupakan partikel infektif, dan badan
retikulum (Rbs) yang merupakan partikel reproduktif. Ebs tidak aktif secara
metabolik walaupun cukup stabil dalam lingkungan ekstraseluler. Ebs tidak
membelah diri, namun berikatan pada reseptor spesifik di permukaan sel
dan masuk melalui vesikel fagositik. Saat berada di dalam sitoplasma sel,
Ebs berkembang menjadi bentuk matur, dan Rbs yang aktif secara metabolik
juga merupakan bentuk pembelahan diri dari Chlamydia. Rbs membelah
berdasarkan pembelahan biner (Binary Fission), mulai dari sekitar 8 jam
pasca masuk hingga 18–24 jam. Aktivitas metabolik paling besar akan
terjadi pada periode ini. Selama periode ini, organisme ini sangat sensitif
terhadap inhibitor sintesis dinding sel dan aktivitas metabolik bakteri.
Setelah 24 jam, jumlah yang mendomasi adalah Ebs, meskipun kedua bentuk
orgasnime ini dapat ditemukan. Pada waktu antara 48–72 jam, membran sel
mengalami ruptur dan melepaskan generasi baru dari badan elementer yang
infektif (Gambar 1).15
IV. PATOGENESIS
Patogenesis infeksi C.trachomatis masih belum dijelaskan sepenuhnya. C.
trachomatis masuk melalui luka pada kulit atau mukosa, sehingga
menyebabkan terjadinya infeksi pada epitel. Epitel yang terinfeksi akan
V. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi Mata
Trakoma merupakan penyakit keratokonjungtivitis kronis yang dimulai
dengan peradangan akut di konjungtiva dan kornea, kemudian memburuk
hingga terbentuk jaringan parut dan kebutaan. Gejala awal trakoma adalah
lakrimasi, sekret mukopurulen, hiperemia konjungtiva dan folikuler
hipertropi. Masa inkubasi untuk infeksi Chlamydia pada konjungtiva adalah
3-10 hari, di daerah endemik infeksi terjadi pada masa kanak-kanak dan
Gambar 3. Trakoma
(Sumber :
Ray GC, Ryan JK.
Chlamydia
in Sherris Medical
Gambar 4. Uretritis
Sumber : Genital Chlamydia Infections in Rook’s textbook of dermatology. 8th
Edition. Oxford:Wiley-Blackwell, 2010)
b. Epididimitis
Secara klinis, epididimitis Chlamydia dijumpai dengan nyeri skrotum
unilateral, pembengkakan dan demam pada pria muda yang sering
berkaitan dengan uretritis Chlamydia, namun uretritis tersebut sering
asimptomatis dan ditandai dengan inflamasi uretra pada pewarnaan
gram.1,17,19
c. Proktitis
Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada
pria homoseks. Keluhan penderita ringan, dimana dapat ditemukan cairan
mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri pada rektum dan
perdarahan.1,16,18
Gambar 5. Servisitis
(Sumber : Genital Chlamydia Infections in Rook’s textbook of dermatology. 8th
Edition. Oxford:Wiley-Blackwell, 2010)
b. Bartolinitis
c. Salpingitis
Salpingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden
sehingga infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba
(terjadi tuba scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan
kehamilan ektopik. Wanita dengan salpingitis umumnya mengeluh rasa
tidak enak pada perut bagian bawah, disebabkan karena infeksi menyebar
ke rahim, saluran telur, indung telur, bahkan sampai ke leher rahim.1
d. Perihepatitis (Sindrom Fitz-Hugh-Curtis)
Deskripsi awal oleh Fitz-Hugh dan Curtis, perihepatitis yang terjadi
setelah atau dengan salpingitis telah dianggap sebagai komplikasi infeksi
gonokokkal, namun penelitian dalam 15 tahun terakhir mengatakan
bahwa infeksi Chlamydia lebih sering berhubungan dengan perihepatitis
dari pada N.gonorhhoeae. Perihepatitis sebaiknya dicurigai pada wanita
muda, seksual aktif yang mengalami nyeri kuadran kanan atas, demam,
mual atau muntah. Bukti salpingitis mungkin dijumpai atau tidak
dijumpai pada pemeriksaan.1,17
VI. DIAGNOSIS
Infeksi Chlamydia trachomatis pada saluran genitalia pria dan wanita
biasanya gejala yang timbul tidak spesifik, pada pria yang terinfeksi 50%
asimptomatik, sedangkan pada wanita 70% asimptomatik. Diagnosis
C.trachomatis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Anamnesis , antara lain adanya riwayat keluarnya
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan laboratorium melalui pewarnaan Gram
atau Giemsa, kultur dan deteksi antigen dapat dilakukan dengan DFA, EIA, dan
amplifikasi asam nukleat. Pengambilan spesimen dan transportasi yang tepat
memiliki peranan yang penting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosis
pada infeksi C.trachomatis. Menunjukkan adanya infeksi genital oleh
C.trachomatis, bahan pemeriksaan harus diambil dari uretra atau serviks
dengan menggunakan swab kapas, pada wanita C.trachomatis lebih sering
dapat diisolasi di serviks dari pada uretra.4,22
1. Sediaan langsung atau Mikroskopik
Pewarnaan Gram bertujuan untuk melihat jumlah lekosit polimorfonuklear
(PMN) secara mikroskopik. Spesimen pemeriksaan mikroskopik ini dapat
diambil dari duh tubuh endoserviks pada wanita atau duh tubuh uretra pada
pria. Spesimen sebaiknya diambil dengan swab kapas dakron atau rayon,
karena swab alginat bersifat toksik terdadap chlamydia. Pemeriksaan dalam
gelas objek diwarnai dengan pewarnaan giemsa atau larutan iodium dan
diperiksa dengan mikroskop cahaya biasa. Pewarnaan Giemsa, badan Inklusi
(BI) terdapat intra sitoplasma sel epitel akan nampak warna ungu tua,
Gambar 6.
Chlamydia
trachomatis dengan
pewarnaan iodine
(Sumber :
Pommerville CJ.
Chlamydia in Alcamo’s
Fundamentalis of
Microbiolgi ninth editon.
2011)
2. Kultur Sel
Kultur C.trachomatis dulu digunakan untuk mendiagnosis infeksi
Chlamydia. Namun, kultur tersebut mahal dan sulit dilakukan. Hasilnya jauh
lebih lambat jika dibandingakn ketepatan waktu pemeriksaan deteksi asam
nukleat atau pemeriksaan lain. Untuk kultur Chlamydia biasanya digunakan
biakan sel McCoy selapis yang aktifitas metabolismenya diturunkan dengan
menambahkan sikloheksimid pada waktu inokulasi spesimen. Inokulum dari
spesimen apusan disentrifugasi ke lapis-tunggal dan diinkubasi pada suhu
35-37°C selama 48-72 jam kemudian diperiksa dengan imunofluoresensi
direk untuk melihat badan inklusi sitoplasmik. Kultur Chlamydia dengan
metode tersebut memiliki sensitivitas sekitar 80%, tetapi memiliki spesifitas
100%.4,18,23
VII. PENATALAKSANAAN
Infeksi C.trachomatis harus ditata laksana sekaligus pada kedua pasangan
seksual dan pada keturunan untuk mencegah berulangnya infeksi. Penting
untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital yang disebabkan oleh
C.trachomatis, mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya,
X. PROGNOSIS
Pengobatan dini dengan terapi antibiotik yang tepat menghasilkan prognosis
yang sangat baik dan mungurangi risiko komplikasi jangka panjang, seperti
infertilitas. Terapi pertama kali dengan antibiotik telah terbukti 95% efektif
dalam memberantas infeksi. Kegagalan terapi dengan regimen rekomendasi
cukup jarang. Relaps dapat terjadi dengan regimen alternatif. Reinfection cukup
sering dan berhubungan dengan pasangan seksual yang tidak diterapi atau
didapatkan dari pasangan seksual yang baru.5,11
XI. RINGKASAN
Infeksi Chlamydia trachomatis merupakan infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri obligat intraseluler genus Chlamydia. Siklus
perkembangan Chlamydia berbeda dari bakteri lainnya, pembelahan terjadi
secara binary fission dan berkembang dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu
badan elementer dan badan retikulat. Infeksi C.trachomatis dapat mengenai
saluran genital pria dan wanita, konjungtiva, dan paru-paru. Infeksi
C.trachomatis pada saluran genital pria dan wanita dapat bersifat asimtomatik,
pada wanita dapat mengakibatkan gejala yang parah seperti penyakit radang
panggul (PID), yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik dan
infertilitas, sedangkan pada pria dapat mengalami prostatitis dan epididimitis.
Spesimen
- Pewarnaan
Positif Negatif
iodium : BI terlihat
berwarna coklat
Konfirmasi
Chlamydia Trachomatis
NAAT/PCR
Negatif
Bukan
Chlamydia
Sumber : Modifikasi.4,12,14,21,23
DAFTAR PUSTAKA