Universitas Wiraraja
2024
I. Pendahuluan
Definisi Clamidia
Chlamydiae adalah filum bakteri yang secara alami ditemukan hidup hanya di
dalam sel hewan (termasuk manusia), serangga, dan protozoa. Clamidia
merupakan bakteri gram negatif, yang bersifat aerobic (dapat bertahan dan hidup
di lingkungan yang terpapar oksigen), dan hanya dapat hidup di dalam sel
inangnya (patogen intraselular).
Klasifikasi Clamidia
Kerajaan: Bacteria
Filum: Chlamydiae
Ordo: Chlamydiales
Famili: Chlamydiaceae
Genus: Chlamydia
Struktur Clamidia
• Elementary body
• Reticulate body
Elementary body adalah bentuk dispersi dan analog dengan spora, stabil
terhadap lingkungan. Diameternya lebih kurang 0,3 um dengan sebuah nuclear
yang padat electron dan menginduksi endositosisnya sendiri bila terpapar dengan
sel target. Protein membran EB berhubungan melintang. EB mempunyai afinitas
yang tinggi untuk sel epitel inang dan dengan cepat dapat memasukinya. Identitas
tepat adhesin chlamydia dan reseptor sel inang tidak diketahui secara pasti dan
mungkin banyak adhesin, reseptor dan mekanisme cara masuknya.
Proteoglikan mirip heparin sulfat pada permukaan C. trachomatis
memungkinkan untuk memulai terjadinya interaksi awal antara EB dan sel inang.
Adhesi potensial yang lain meliputi major outer membrane protein (MOMP),
protein membran luar yang utama, glycosylated MOMP dan protein permukaan
lainnya. Mekanisme yang diperkirakan untuk masuk ke dalam sel inang sangat
beragam. EB biasanya tampak menempel di dekat dasar microvilli, selanjutnya
mereka diliputi oleh sel inang. Lebih dari satu mekanisme yang tampak secara
fungsional; reseptor-mediated endocytosis menjadi clathrin-coated pits dan
pinocytosis melalui noncoated pits
Jenis-jenis Clamidia
1. Clamidia trachomatis adalah agen chlamydial pertama yang ditemukan
dalam tubuh manusia. Bakteri ini pertama kali diidentifikasi tahun 1907.
Chlamydia Trachomatis merupakan salah satu penyakit menular seksual
yang paling umum dijumpai dan dikenal sebagai penyebab utama penyakit
peradangan pada pelvis (panggul), sehingga menyebabkan infertilitas
(kemandulan) pada perempuan dan juga dapat merusak alat reproduksi
manusia dan penyakit mata.Chlamydia Trachomatis merupakan bakteri
yang menyebabkan berbagai macam penyakit yang menular. Penyakit
yang dapat diakibatkan oleh bakteri ini diantaranya adalah uretritis non-
gonokokal (radang uretra , infeks mulut rahim (serviks) dan radang selaput
mata (trachoma).Penyakit tersebut dapat disebarkan melalui hubungan
seks yang bergonta - ganti pasangan.
Chlamydia Trachomatis sebuah bakteri intraseluler yang menyebabkan
saluran genital kepada bayinya saat melahirkan.Bakteri Chlamydia dapat
menginfeksi leher rahim, tuba falopi, tenggorokan, anus dan uretra laki-
laki. Infeksi sering tanpa gejala, mungkin tidak dikenali dan orang-orang
sering tidak menyadarinya menyebar dengan melalui hubungan seks tanpa
alat pelindung dan sangat berisiko bila terjadi pada ibu-ibu karena dapat
menyebabkan kehamilan ektopik, infertelitas dan abortus. WHO
memperkirakan 4 juta kasus baru pada ibu-ibu terinfeksi oleh Chlamydia
trachomatis dan 50.000 diantaranya mengalami intertilitas, kehamilan
ektopik dan abortus.
2. Chlamydia pneumoniae merupakan bakteri gram negative yang
menginfeksi ke dalam sel yang sebelumnya dikenal sebagai pathogen yang
menyebabkan penyakit infeksi saluran nafas yaitu sinusitis, pharingitis,
bronchitis dan pneumonia dan juga penyakit flu. Infeksi kronis oleh
Chlamydia pneumoniae mengakibatkan terjadinya penyakit asma, alzeimer
dan aterosklerosis. Sejak tahun 1998, saat Chlamydia pneumoniae pertama
kali dilaporkan dapat menjadi penyebab penyakit aterosklerosis dan
penyakit jantung, topik ini telah menjadi bahan perdebatan diskusi yang
hangat oleh pakar kesehatan di Eropa dan Amerika. Beberapa penelitian
menggunakan hewan percobaan pada infeksi Chlamydia pneumoniae,
dengan pemeriksaan serologis dan pemeriksaan imunohistokimia, telah
menemukan beberapa zat mediator antara lain : heat shock protein (HSP),
berbagai sitokin sepeti IL-1 I, TNFa, IL-6 dan antibodi IgG dan IgA,
sebagai pertanda yang menguatkan dugaan tentang adanya penyakit
jantung koroner. Walaupun Chlamydia pneumoniae telah diakui sebagai
salah satu bakteri penyebab penyakit jantung, namun informasi
menyeluruh mengenai mekanisme perjalanan dan penyebaran penyakit
belum banyak diketahui, terutama di Asia dan Indonesia. Untuk
mengungkapkan pola mekanisme perjalanan penyakit ini, diperlukan lebih
banyak penelitian eksperimental mengeani infeksi Chlamydia pneumonia
pada hewan percobaan, dengan menggunakan pemeriksaan serologis,
teknik imunohistokimia dan teknik PCR untuk menambah data-data yang
sudah didapatkan sebelumnya.
3. Chlamydia psittaci adalah spesies bakteri intraseluler mematikan yang
dapat menyebabkan klamiosis unggas endemik, wabah epizootik pada
mamalia, dan psittacosis pernapasan pada manusia. Burung liar dan
unggas peliharaan, sapi, babi, domba, dan kuda adalah inang potensial
bagi bakteri ini. C. psittaci ditularkan melalui inhalasi, kontak, atau
konsumsi antara burung dan mamalia. Psittacosis pada burung dan
manusia sering dimulai dengan gejala seperti flu dan berkembang menjadi
pneumonia yang mengancam jiwa. Banyak strain bakteri ini tetap diam
pada burung sampai diaktifkan oleh stres. Burung adalah vektor yang
sangat baik dan memiliki pergerakan tinggi untuk penyebaran infeksi
klamidia, karena mereka memakan, dan memiliki akses ke semua jenis
sisa hewan yang mungkin terinfeksi.
Infeksi C. psittaci pada unggas sering kali bersifat sistemik, dan infeksinya
mungkin tidak terlihat, parah, akut, atau bersifat kronis dengan kerontokan
intermiten.[2][3][4] Strain C. psittaci pada unggas menginfeksi sel epitel
mukosa dan makrofag saluran pernapasan. Infeksi pada akhirnya akan
berkembang menjadi Septikemia dan bakteri akan terlokalisasi di sel epitel
dan makrofag dari sebagian besar organ, konjungtiva, dan saluran
pencernaan. Bakteri ini juga bisa menyebar melalui telur. Stres biasanya
akan memicu timbulnya gejala yang parah, mengakibatkan kerusakan yang
cepat dan kematian. Strain C. psittaci memiliki virulensi serupa, tumbuh
dengan mudah dalam kultur sel, memiliki gen 16S rRNA yang berbeda
<0,8%, dan dibagi menjadi delapan serotipe yang diketahui. Semuanya
strain bakteri ini telah diasumsikan mudah menular ke manusia.
C. psittaci serovar A bersifat endemik di antara burung psittacine dan telah
menyebabkan penyakit zoonosis sporadis pada manusia, mamalia lain, dan
kura-kura. Serovar B endemik di antara merpati, telah diisolasi dari
kalkun, dan juga telah diidentifikasi sebagai penyebab keguguran pada
kawanan sapi perah. Serovar C dan D adalah bahaya kerja bagi pekerja
rumah jagal dan orang yang kontak dengan unggas. Isolat serovar E
(dikenal sebagai Cal-10, MP atau MN) telah diperoleh dari berbagai inang
unggas di seluruh dunia dan, meskipun mereka terkait dengan wabah
tahun 1920-an-1930-an pada manusia, reservoir spesifik untuk serovar E
belum diidentifikasi. Serovar M56 dan WC diisolasi selama munculnya
wabah pada mamalia. Banyak strain C. psittaci yang rentan terhadap
bakteriofag.
1. Chlamydia trachomatis
adalah salah satu penyebab infeksi genital tidak umum dari infeksi
menular seksual di dunia.World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa sebanyak 89 juta kasus baru terjadi pada tahun
2001. Prevalensi infeksi CT di Indonesia di antara pekerja seks komersial
cukup tinggi, berkisar antara 20-34%.Chlamydia trakomatis adalah
mikroorganisme intraseluler obligat yang memiliki bakteri gram negatif.
Chlamydia trakomatis diklasifikasikan sebagai bakteri yang mengandung
asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA), mereka
membelah dengan fusi biner, tetapi seperti virus, mereka berkembang
secara intraseluler, atau uretra ke atas, dan infeksi klamidia dapat
menyebabkan "cacat" yang serius, karena infeksi klamidia yang meninggi
pada saluran genital dapat menyebabkan kolonisasi bakteri di mukosa
endometrium dan tuba fallopia.
Chlamydia trakomatis adalah bakteri intraseluler yang menyebabkan
infeksi yang ditularkan melalui kontak seksual. Secara umum semua
wanita yang aktif secara seksual berisiko terkena infeksi. Sekitar 60% -
80% infeksi Chlamydia trakomatis pada wanita tidak menunjukkan gejala
sehingga sulit untuk menilai penyebarannya, pasien tidak menyadari
infeksi ini dan tidak segera mendapatkan perawatan.
Infeksi Chlamydia trakomatis sulit untuk didiagnosis, mudah menjadi
kronis dan residual, dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius.
Infeksi ini yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
serius, baik pada pria dan wanita, serta untuk bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi.
Kontak langsung dengan Chlamydia Trachomatis dalam keadaan tertentu
akan menyebabkan peradangan konjungtiva yang disebut Trachoma.
Infeksi pada tahap awal memberikan manifestasi yang sangat bervariasi
Biasanya konjungtivitis kronis umumnya, yaitu mata pembengkakan pada
kelopak mata.Di folikel tarsus atas dan hipertrofi papiler diperoleh.
Selama perjalanan penyakit, folikel akan pecah (folikel di Trachoma
memiliki sifat rapuh) dan menyebabkan terjadinya jadingan parut.
Dari 100% wanita yang terinfeksi chlamydia hampir 70% wanita tidak
menyadari dan tidak merasakan gejala apapun baik rasa sakit maupun
gejala fisik, hanya saja dapat ditemukan saat dilakukan pemeriksaan di
daerah serviks. Pada infeksi chlamydia pada fase awal terjadi di serviks
atau uretra. Pada fase awal timbul beberapa keluhan yaitu urin yang
abnormal disertai rasa terbakar saat melakukan buang air kecil.
Gejala tunggal pada infeksi chlamydia yaituterjadi perdarahan setelah
melakukan kontak seksual serta terjadi perdarahan pada siklus menstruasi
yang tidak sesuai dengan siklus yang seharusnya yaitu terjadi perdarahan
di pertengahan siklus menstruasi juga merupakan gejala tunggal infeksi
dari infeksi chlamydia. Infeksi tunggal ini dapat dilakukan dengan
pemeriksaan venereologik serviks dimana pemeriksaan venereologik dapat
menyebabkan perdarahan saat dilakukan kerokan atau apusan dengan
spatula.Secara medis gejala dan tanda yang dapat diketahui dari infeksi
Chlamydia sangat sulit dibedakan dengan infeksi genital lainnya
3. Sifat Penyakit
Psittacosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri obligat intraselular
Chlamydia psittaci. Mortalitas dan morbiditas penyakit tertinggi adalah
pada unggas muda. Pada burung dewasa mortalitas mencapai 20%.
Penyakit ini berhubungan dengan burung dan unggas. Penyakit pada
unggas ini bersifat zoonosis dapat menular kepada peternak unggas,
pekerja kandang dan mereka yang sering kontak dengan burung tersebut.
Penyakit ini meski bisa sembuh dapat terjadi kambuhan berulang, hewan
yang sembuh dari sakit dapat bersifat carrier.
4. Tingkat Virulensi Agen
Berdasarkan virulensinya, serotipe atau galur yang berasal dari isolat
burung merpati tergolong bervirulensi rendah, dan galur yang berasal dari
kelompok burung Psittacideae bervirulensi tinggi. Sedangkan yang berasal
dari kalkun ada yang bervirulensi rendah dan ada yang bervirulensi tinggi.
Semua galur chlamydophila memiliki antigen bersama yang spesifik
karena zat kebal terhadap suatu galur akan mampu mengadakan reaksi
netralisasi dengan semua galur lainnya. Dengan metode pewarnaan
Machiavello atau Gimenez, chlamydophila akan terlihat sebagai bentuk
berwarna merah dalam sel.
5. Cara Penularan
Penularan dapat melalui inhalasi kotoran burung peliharaan, kontak
langsung dengan burung sakit atau karkas, dan penularan dari manusia ke
manusia juga pernah dilaporkan. Infeksi pada umumnya melalui inhalasi
partikel debu yang terkontaminasi chlamydophila, meskipun bisa juga
melalui kulit akibat gigitan caplak atau kutu yang berasal dari hewan yang
sakit. Setelah terhisap melalui saluran pernafasan, organisme akan
berkembang di paru-paru, kantung udara dan membran pericardium.
Setelah itu organism masuk aliran darah dan mencapai limpa, hati dan
ginjal. Masa inkubasi penyakit berkisar antara 1-2 minggu. Kerugian yang
terjadi akibat Psittacosis atau Ornithosis secara ekonomi sangat besar
karena penyakit bersifat zoonosis dapat menular pada unggas dan manusia.
Taman burung, kebun binatang dan rumah potong unggas merupakan
lokasi yang potensial sebagai sumber penyebaran chlamydiosis. Penyakit
ini dapat menular melalui kontak langsung dengan burung yang terinfeksi
atau secara tidak langsung melalui pernapasan misalnya dengan
terhirupnya partikel debu yang terkontaminasi feses yang mengering atau
kotoran kandang. Sehingga bagi para pengunjung taman burung, kebun
binatang dan pegawai rumah potong unggas perlu waspada terhadap
kemungkinan keterpaparannya oleh agen chlamydiosis.
Pembawa agen infeksius adalah burung yang mengeluarkan
Chlamydophila psittaci dalam fesesnya dan sampai derajat tertentu dalam
cairan hidung.Keluarnya bibit penyakit terjadi secara sporadik dan
biasanya dirangsang oleh stress. Status sebagai carrier dapat bertahan
sampai bertahun-tahun.Bakteri ini tahan terhadap pengeringan sehingga
mampu bertahan dalam debu-debu kotoran.
Penularan chlamydiosis dapat terjadi secara horizontal baik langsung atau
tidak langsung. Pada hewan, penularan secara langsung dapat terjadi
antara induk dengan anak melalui mulut pada saat induk menyuapi
makanan ananya. Penularan pada manusia dapat juga terjadi melalui
inhalasi aerosol. Orang yang berpotensi terjangkit penyakit ini adalah
mereka yang banyak berhubungan dengan burung seperti penyayang
burung, petugas kandang, petugas taman burung atau pekerja di rumah
potong unggas.Penularan secara tidak langsung dapat terjadi karena
pencemaran berbagai alat, perlengkapan maupun sarana lain oleh feses dan
ekskreta lainnya yang berasal dari penderita.
6. Distribusi Penyakit
Di Indonesia penyakit terutama terdapat pada burung jenis psittacine.
Wabah pada unggas menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
Yang beresiko tinggi adalah pedagang burung, pemelihara burung dan
mereka yang sering kontak dengan burung. Pada daerah endemik
psitaccosis pada itik dan kalkun, yang beresiko terkena penyakit adalah
petugas yang kontak langsung dan mereka yang mengerjakan karkas.
C.psittaci bersifat patogen pada mamalia dapat menyebabkan arthritis,
konjungtivitis, enteritis, pneumonia, aborsi dan encephalomyelitis. Kuman
ini banyak bersarang pada saluran pencernaan dan dalam jumlah yang
besar dikeluarkan bersama feses.
Di Indonesia kasus chlamydiosis belum banyak diungkapkan atau
dilaporkan secara resmi. Indonesia dengan kondisi iklim tropis dan
kelembaban yang tinggi memungkinkan untuk pertumbuhan berbagai
mikroba maupun kehidupan aneka satwa. Selain itu, saat ini hobi
memelihara burung begitu marak di Indonesia, sehingga kemungkinan
penularan penyakit dari burung ke manusia menjadi lebih besar.
7. Gejala
Gejala klinis yang ditemukan adalah demam dan anoreksia. Setelah dua
minggu, bakteri dapat ditemukan dalam air ludah. Organisme ini juga
menyebabkan bintik peradangan pada paru. Infeksi dapat menyebabkan
diare, gangguan pernafasan, konjungtivitis dan nasal discharge (sekresi
hidung), enteritis, hepatitis dan splenitis. Bakteri menetap dalam limpa dan
dapat diekskresikan melalui feses. Burung yang sudah terinfeksi sejak
kecil dapat menunjukkan gejala diare atau bisa juga tidak menunjukkan
gejala sakit, tetapi dapat berperan sebagai pembawa penyakit dan menjadi
sumber penularan bagi burung lain dan juga dapat merupakan sumber
penularan ke manusia yang ada di sekitarnya.
Gejala ornithosis pada merpati antara lain mengantuk, bulu leher dan
kepala berdiri, nafsu makan turun, bulu kusam, kurus, feses berwarna hijau
cair dan/ atau feces berdarah dan berwarna abu-abu, mata berair, rongga
hidung kotor dan atau berair, radang tenggorokan, kepala bengkak dan
kadang ditemukan susah bernafas dengan paruh yang terbuka. Pada kasus
yang parah, badan merpati menggigil. Ornithosis juga menyerang selaput
mata yang disertai dengan keluarnya air mata dalam jumlah banyak. Jika
menyerang merpati muda menyebabkan kematian, sedangkan pada infeksi
ringan gejala sulit terdeteksi. Pada burung liar gejalanya kebanyakan laten
bahkan tidak ada gejala yang tampak. Pada merpati balap tidak dapat
berprestasi dengan baik karena kondisinya yang tidak optimal. Bila
diternakkan hasil kurang maksimal karena pembuahan sulit terjadi dan
persentase telur menetas rendah.
III. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Clamidia
V. Kesimpulan
Referensi