Anda di halaman 1dari 17

Kepada Yth : REFERAT INFEKSI TROPIS

Rencana baca : Senin, 20 Januari 2019 / 07.00 WITA


Tempat : Rg.Pertemuan ilmiah Ged A lt.4

Infeksi Chlamydia trachomatis


Evi Andriyani, Nursin Abd Kadir, Benny Rusli
Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Ilmu Patologi Klinik FK UNHAS Makassar

I. PENDAHULUAN
Chlamydia merupakan gram negatif, patogen obligat intraseluler dan bersimbiosis
pada beberapa organisme mulai dari manusia hingga amoeba. Infeksi Chlamydia
tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual transmitted diseases) paling
banyak disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.1
Infeksi Chlamydia trachomatis dapat mengenai saluran genital pria dan wanita,
konjungtiva, dan paru-paru. Infeksi C.trachomatis pada saluran genital pria dan wanita
bersifat asimptomatik pada sebagian besar orang yang terinfeksi dan dapat
menimbulkan komplikasi secara serius seperti Pelvic Inflammatory Disease (PID),
infertilitas dan kehamilan ektopik.2
C.trachomatis berukuran 0,2 – 1 μm dan hanya dapat berkembang biak dalam sel
eukariota, hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut
Inclusion bodies. C.trachomatis membelah secara binary fussion dalam badan
intersitoplasma. Berbeda dari kebanyakan bakteri, C.trachomatis memiliki dua bentuk
yang berbeda, yaitu Elementary bodies (EB) dan Reticulate Bodies (RB). Badan
elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk
yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 μm), terletak intraseluler dan
tidak infeksius.2,3
Klasifikasi Ilmiah 3,4
Kingdom : Bacteria
Filum : Chlamydiae
Ordo : Chlamydiales
Family : Chlamydiaceae
Genus : Chlamydia
Species : C. trachomatis

1 Referat Infeksi Tropis


To be seen each cell are two
inclusions with elementary
bodies (Giemsa stain)

Reticulate Body

Gambar 1 Chlamydia Trachomatis5

Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glokogen di dalamnya.


C.trachomatis peka terhadap sulfonamide, memiliki plasmid dan jumlah immunotype
nya adalah 15 yaitu A-C menyebabkan trachoma, D-K menyebabkan infeksi saluran
genital, dan L1-L3 menyebabkan lymphoma venerum.4,6,7

II. EPIDEMIOLOGI
Bakteri penyebab infeksi menular seksual terbanyak didunia disebabkan oleh
C.trachomatis. Data World Health Organization (WHO) 2012 menyatakan 4.2 %
prevalensi chlamydia terjadi pada wanita usia 15-49 tahun. Centre for Disease Control
and Prevention (CDC) 2014 melaporkan sebanyak 1.441.789 infeksi chlamydia di
Amerika. Secara umum rentang usia rata-rata 15-24 tahun paling banyak menderita
chlamydia. Tahun 2014, terdapat 1.804 kasus per 100.000 pada rentang usia 15-19
tahun dan 2.484 kasus per 100.000 pada usia 20-24 tahun.8
Penelitian di Indonesia oleh Hartati 2013, melaporkan angka kejadian infeksi
genital yang disebabkan Chlamydia di RSUP Dr.Wahidin Makassar sebesar 1.7%.
Sedangkan Wahyudi DT tahun 2011 melaporkan infeksi genital pada populasi yang
berisiko tinggi sepeti pekerja seks komersial di panti sosial karya wanita mulya Jakarta
ditemukan 41.8 %.9

2 Referat Infeksi Tropis


III. ETIOPATOGENESIS

Chlamydia merupakan bekteri obligat intraseluler yang memiliki beberapa sifat


yang unik terkait pola hidup intraseluler dan replikasi dalam sel tubuh manusia.
Terdapat intracellular reticulate bodies (RB) yang mewakili bentuk replikasi dan
extracellular elementary bodies (EB) bertindak sebagai partikel infeksius yang
menyerang sel target host melalui interaksi dari protein membran luar bakteri
(MOMP,OmcB, PmpD) dengan sel reseptor dari host seperti heparin sulfate
proteoglycans, mannose-6-phospat-receptor dan growth factor receptors. Setelah
internalisasi, Elementary bodies (EB) akan berada pada ikatan membran inclusion
bodies dan akan mengekspresikan protein inklusi bakteri untuk mencegah fusi dengan
lisosom. Inclusion bodies akan ditransport sepanjang mikrotubulus menuju
microtubules organizing centre (MTOC), dimana akan berdiferensiasi menjadi RB.
Reticulate bodies bereplikasi dengan binary fussion dan re-differensiasi menjadi EB
yang akan dibebaskan dari inclusion bodies dengan proses lisis atau ekstrusi sel dan
dapat menginfeksi sel host lainnya. 1,7

Gambar 2 Patogenesis Chlamydia Trachomatis10

3 Referat Infeksi Tropis


Chlamydia dikenali sebagai patogen dalam tubuh karena adanya reseptor sistem
imun bawaan yang disebut pattern recognition receptors (PRR). PRR mengenali
struktur tertentu patogen (pathogen associated molecular pattern-PAMP) serta
menginduksi reaksi imun bawaan dan adaptif untuk mengeliminasi patogen. Inflamasi
yang terjadi karena adanya respon imun biasanya kurang jelas, sebagian infeksi
bersifat asimtomatik. Terjadinya modifikasi dan subversi dari berbagai mekanisme
pertahanan (presentasi antigen yang berkurang dan penghambatan ekspresi gen yang
terlibat dalam imunitas seluler) serta induksi efek anti-apoptotic pada sel host yang
terinfeksi, chlamydia sangat berpotensi menyebabkan infeksi persisten.7
Bakteri C.trachomatis dibagi dalam beberapa serovars atau genotip yang
dihubungkan dengan manifestasi klinis yang berbeda. Genotip A-C merupakan
genotip yang dominan pada infeksi okuler. infeksi akut yang terjadi berupa
konjungtivitis yang jika tidak diobati dapat menjadi kronis dan berubah menjadi
trachoma. Infeksi ini sangat jarang dijumpai di Eropa dan Amerika Utara, tetapi
banyak dijumpai di Afrika dan Asia, dimana merupakan salah satu penyebab penting
terjadinya kebutaan. Genotip D-K merupakan penyebab utama infeksi pada traktus
urogenital, rectum, faring, dan konjungtiva. Transmisi perinatal juga dapat terjadi
akibat genotip ini dan menyebabkan konjungtivitis, faringitis dan pneumonia pada bayi
baru lahir.4,7
Infeksi genotip A-K terbatas pada epitel mukosa, sedangkan genotip L1,L2 dan L3
dapat melewati epitel, menyebar melalui limfatik dan menyebabkan infeksi invasive
yang disebut lymphogranuloma venereum (LGV). Infeksi LGV endemik pada
beberapa bagian afrika, asia, amerika selatan, dan karibean serta jarang dijumpai pada
negara industri. 7,8

IV. DIAGNOSIS
A. GEJALA KLINIS
Infeksi Chlamydia trachomatis pada saluran genital pria dan wanita biasanya
gejala yang timbul tidak spesifik, pada pria yang terinfeksi 50% asimtomatik,
sedangkan pada wanita 70% asimtomatik.2
1) Infeksi pada pria
a. Uretritis

4 Referat Infeksi Tropis


Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi Chlamydia
trachomatis. Masa inkubasi bervariasi dari sekitar 1-3 minggu. Pasien
dengan urethritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri pada
waktu buang air kecil (disuria), namun dapat pula dijumpai asimtomatik.2,4

Gambar 3 Uretritis 11
b. Epididimitis
Epididimitis terjadi jika infeksi pada uretra menyebar secara
ascendant, biasanya terjadi satu sisi dengan keluhan adanya nyeri testikular
dan skrotum akan tampak eritema. Chlamydia trachomatis merupakan
penyebab utama epididymitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70-
96%) 2,3

Gambar 4 Epididimitis12

c. Rectum dan infeksi faringeal


Infeksi C.trachomatis pada rectum biasaya asimtomatik, namun dapat
juga dijumpai nyeri dan iritasi serta dapat menjadi proctocolitis. infeksi
chlamydia pada rectum dilaporkan terjadi antara 3 – 10.5 % pada lelaki
yang melakukan hubungan seksual dengan lelaki (LSL). Infeksi faringeal

5 Referat Infeksi Tropis


berupa nyeri pada tenggorokan juga didapatkan terjadi sekitar 0.5 – 2.3 %
pada LSL.4
d. Infeksi Okuler
C.trachomatis dapat menyebabkan trachoma dan inclusion
conjunctivitis. Trachoma ditandai dengan pengembangan folikel-folikel
dan peradangan konjugtiva. Kornea menjadi keruh disertai banyak
pembuluh darah. Bila terjadi infeksi yang berulang-ulang umumnya dapat
menyebabkan kebutaan. Inclusion conjunctivitis merupakan peradangan
konjugtiva yang lebih ringan disertai adanya discharge yang purulen.6

Gambar 5 Trachoma13
e. Sexually Acquired Reactive Arthritis (SARA)
Sexually Acquired Reactive Arthritis atau dikenal dengan Reiter
syndrome merupakan penyakit multisistemik yang predominan terjadi pada
human leukocyte antigen B27 pada lelaki muda, kombinasi dari uretritis,
konjungtivitis dan artritis. Ditemukannya EB dari C.trachomatis pada
membran synovial atau cairan synovial faktanya mengindikasikan artritis
yang infeksius daripada artritis reaktif.14

2. Infeksi pada wanita


Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C.trachomatis di daerah air
genital ditandai dengan adanya duh vagina dan nyeri pada waktu buang air
kecil, sedangkan lainnya asimtomatik. Faktor risiko terjadinya infeksi
C.trachomatis pada wanita adalah usia muda (kurang dari 25 tahun), mitra
seksual dengan urethritis, multi mitra seksual, swab endoserviks yang
menimbulkan perdarahan, adanya secret endoserviks yang mukopurulen,
memakai kontrasepsi “non-barier” atau tanpa kontrasepsi.3
a. Servisitis
Infeksi C.trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks.
Tidak ada gejala khas yang membedakan servisitis karena C.trachomatis

6 Referat Infeksi Tropis


dan servisitis karena organisme lain. Pada pemeriksaan ditemukan duh
tubuh yang mukopurulen dan serviks yang ektopi. Penggunaan kontrasepsi
oral dapat menambah risiko infeksi C.trachomatis karena kontrasepsi oral
dapat menyebabkan ektopi serviks.6
b. Endometritis
Servisitas oleh karena infeksi C.trachomatis dapat meluas hingga
endometrium sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis antara
lain menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada pemeriksaan
laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat endometrium. 3,6
c. Salfingitis atau Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Keadaan ini penyebab utama terjadinya infertilitas, kehamilan
ektopik dan chronic pelvic pain. Wanita dengan PID, lebih dari separuh
disebabkan oleh Chlamydia, mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
Tuba fallopi akan terjadi scar (tubal scarring) yang akan menutup saluran
tuba dan menghalangi terjadinya fertilisasi, juga mempengaruhi jalannya
sel telur dibuahi menuju uterus sehingga sel telur terimplantasi pada
saluran tuba fallopi dan terjadilah tubal pregnancy (ectopic pregnancy).6
d. Perihepatitis (Fitz-Hugh-Curtis syndrome)
Infeksi C.trachomatis dapat meluas dari serviks melalui endometrium
ke tuba dan kemudian parakolikal menuju ke diafragma kanan. Beberapa
dari penyebaran ini menyerang ke permukaan anterior liver dan
peritoneum sehingga menimbulkan perihepatitis. Parenkim hati tidak
diserang sehingga tes fungsi hati didapatkan normal.3,6

3. Infeksi pada neonatus


Bayi baru lahir berisiko tertular chlamydia pada matanya jika tidak
dicegah dengan salep mata begitu dilahirkan. Kuman chlamydia menyerang
selaput lender bola mata yang dikenal dengan penyakit trachoma. Bila
dibiarkan tanpa pengobatan, trachoma dapat berakhir menjadi kebutaan.
Infeksi Chlamydia pada bayi, bisa menyerang paru-paru dan menimbulkan
radang paru-paru (pneumonia).3

7 Referat Infeksi Tropis


B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium digunakan sebagai konfirmasi hasil pemeriksaan
yang telah diperoleh baik melalui anamnesis maupun pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan laboratorium sederhana melalui pewarnaan
gram atau giemsa, kultur, Deteksi antigen dapat dilakukan dengan Direct
Immunoflourescent Assay (DFA) dan Enzyme Immunoassay (EIA), pemeriksaan
serologi, Nucleic Acid Amplification Test.2,4,6,7,9
1. Pewarnaan Gram
Pemeriksaan gram bertujuan untuk melihat jumlah leukosit
plimorfonuklear (PMN) secara mikroskopis, namun tidak dapat digunakan
untuk diagnosis karena tidak menemukan adanya penyebab infeksi yang
spesifik sehingga hanya dapat menjadi pemeriksaan skrining pada pasien
dengan kecurigaan infeksi C.trachomatis. Spesimen pemeriksaan ini dapat
diambil dari duh tubuh endoserviks pada wanita atau duh tubuh pada uretra
pria. Peningkatan jumlah leukosit PMN yang dianggap sebagai penanda
infeksi C.trachomatis pada pewarnaan gram bervariasi antar studi. Leukosit
PMN ≤ 10/LPB pada wanita dan ≤ 5/LPB pada pria maka ada kemungkinan
infeksi C.trachomatis dapat disingkirkan. Jika ditemukan jumlah PMN yang
abnormal, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain untuk membantu
menunjang diagnosis.2,9

Gambar 6 Pewarnaan gram C.trachomatis11

8 Referat Infeksi Tropis


2. Kultur
Pemeriksaan gold standart untuk mendiagnosis infeksi C.trachomatis
saluran urogenital pada saat ini adalah kultur organisme penyebab dengan
spesivisitas hampir 100%. Kultur dapat dilakukan dengan menggunakan
media McCoy, HEp-2 ataupun sel HeLa. Apusan dari beberapa lokasi
berbeda (endoserviks, uretra, anal, konjungtiva) untuk mendapatkan spesimen
yang sesuai untuk kultur harus dikumpulkan menggunakan alat dan media
transpor khusus.2,15
Inokulum di sentrifugasi sebelum dilakukan penanaman sampai
membentuk preformed dan pretreated monolayers, kemudian dilakukan
pemberian 30g/mL diethylaminoethyl-Dextran dalam hanks balanced salt
solution selama 20 menit, hal ini bertujuan untuk mengubah tegangan negatif
pada permukaan sel dan memfasilitasi proses adhesi chlamydia kedalam sel
monolayer. Setelah proses sentrifugasi, maka dilakukan inokulasi pada sel
monolayer, dilanjutkan inkubasi selama 48-72 jam kemudian dilanjutkan
dengan pewarnaan untuk melihat adanya badan inklusi intrasitoplasma.
Deteksi badan inklusi dapat dilakukan dengan pewarnaan iodine, giemsa dan
fluorescence.2
Keuntungan pemeriksaan kultur antara lain organisme dari kultur dapat
digunakan untuk keperluan studi seperti genotyping dan uji kepekaan
antibiotik, namun kekurangan nya sensitifitas relatif rendah. Kultur yang
dilakukan oleh tenaga laboratorium yang terlatih sensitifitas kultur hanya
berkisar 70-85% dan juga dibutuhkan media transportasi dengan rantai dingin
yang terjaga, biaya mahal, membutuhkan tenaga yang ahli dan membutuhkan
3-7 hari untuk mendapatkan hasil kultur.2,7

3. Deteksi Antigen
a. Direct Immunofluorescence Assay (DFA)
Pemeriksaan DFA dilakukan dengan cara melakukan pewarnaan
dengan antibody khusus C.trachomatis yang bertujuan untuk melihat secara

9 Referat Infeksi Tropis


langsung organisme yang telah diwarnai dengan antibodi berlabel khusus.
Antibodi yang biasa digunakan pada pemeriksaan ini terutama ditujukan
terhadap antigen lipopolisakarida (LPS) dan Major Outer Membran Protein
(MOMP).2
Antibodi terhadap akan memberikan reaksi sama terhadap semua jenis
chlamydia dan kurang baik jika dibandingkan dengan MOMP, distribusi LPS
pada permukaan EB tidak merata.2

Gambar 7 Gambaran C.trachomatis dengan pewarnaan LPS 16

Antibodi monoclonal terhadap MOMP merupakan pilihan yang lebih


baik untuk pemeriksaan DFA, selain bersifat lebih spesifik, antigen MOMP
tersebar merata pada permukaan chlamydia. Pewarnaan dengan menggunakan
antibody monoclonal spesifik MOMP dapat memberikan sensitifitas 80-90%,
dan spesifisitas 90-99%. Spesifisitas pemeriksaan DFA bergantung pada
penampakan morfologi dan karakteristik yang khas dari inclusion bodies dan
elementary bodies C.trachomatis.2
Keuntungan pemeriksaan metode ini adalah pemeriksaan dapat
dilakukan dengan waktu yang relatif cepat dan tidak memerlukan proses
pendinginan untuk transport spesimen. Kekurangannya yaitu tenaga terlatih
dan berpengalaman untuk membedakan inclusion bodies C.trachomatis
dengan bahan fluorescence lainnya.2

10 Referat Infeksi Tropis


Gambar 8 Direct Fluorescence Antibody- C.trachomatis menggunakan konjugat
Chlamydia monoclonal antibody (MOMP) (x1000), bintik merah menunjukkan
Elementary Bodies, tanda panah menunjukkan Inclusion Bodies berwarna hijau
terang17

b. Enzyme Immunoassay (EIA)


Pemeriksaan EIA bersifat semiautomatik dan sesuai digunakan untuk
memproses spesimen dalm jumlah besar jika dibandingkan dengan DFA.
Tujuan pemeriksaan EIA adalah untuk mendeteksi adanya antigen
C.trachomatis dengan menggunakan antibody monoclonal maupun
poliklonal. Antibodi akan mendeteksi adanya LPS C.trachomatis yang lebih
soluble dibandingkan dengan MOMP. Sensitivitas pemeriksaan EIA
bervariasi antara 65%- 75% dan spesifisitas tanpa metode konfirmasi lainnya
adalah 97%. Pemeriksaan dengan metode ini memiliki PPV yang rendah,
sehingga penggunaan pada komunitas dengan prevalensi yang rendah tidak
dianjurkan. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan EIA adalah sekitar 3
jam. Kerugian metode ini adalah adanya hasil positif palsu yang sering
didapatkan akibat adanya reaksi silang yang dihasilkan oleh antibody LPS
yang bereaksi dengan bakteri gram negatif lainnya.2,7
4. Pemeriksaan Serologi Microimmunoflourescence Test (MIF)
Pemeriksaan serologi tidak direkomendasikan untuk skrining dan
diagnosis dari infeksi genitalia C.trachomatis, kecuali infeksi pada neonatus,
pasien dengan infertilitas dengan faktor tuba. Pemeriksaan ini tidak
memberikan manfaat untuk diagnosis infeksi genitalis karena antibodi yang
ada akan bertahan dalam jangka waktu yang lama dan adanya uji antibodi
yang positif Itidak dapat membedakan infeksi lama ataupun baru.2

11 Referat Infeksi Tropis


Pemeriksaan MIF untuk mendeteksi antibodi IgG memiliki
sensitivitas 43%-74% dan spesifisitas 77%-93%. Antibodi IgM tidak dapat
digunakan untuk mendiagnosis infeksi C.trachomatis akut karena IgM tidak
akan muncul bila penderita sebelumya pernah terinfeksi C.trachomatis atau
dengan spesies Chlamydia lainnya seperti C.pneumoniae pada masa lalu.9

5. Pemeriksaan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)


Pemeriksaan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) meggunakan
uji amplifikasi asam nuclear merupakan terobosan baru dalam penegakan
diagnosis infeksi C.trachomatis. Pemeriksaan NAAT yang sering dilakukan
adalah Polymerase Chain Reaction (PCR).
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan sutau teknik in vitro
untuk penggandaan atau amplifikasi DNA secara enzimatis melalui proses
sintesis DNA baru secara berulang sehingga dapat mendeteksi
mikroorganisme meskipun dalam jumlah sedikit. Kelebihan pemeriksaaan ini,
karena memiliki sensitivitas 90% dan spesifisita 99%.
Pemeriksaan menggunakan metode ini dianjurkan menggunakan
spesimen yang diambil secara noninvasif seperti apusan vagina dan urin
memberikan hasil yang cukup baik.2,7
V. DIAGNOSIS BANDING
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Chlamydia trachomatis tidak khas
sehingga memiliki diagnosis banding yang banyak (tabel 1) :

Tabel 1 : Gejala infeksi menular seksual dan penyebabnya6


Gejala Klinis Diagnosis Banding
 Nyeri atau gatal pada vagina, Trichomoniasis, Candidiasis Cervicitis,
 nyeri saat berkemih, Gonorrhea, Chlamydia
 nyeri saat berhubungan seksual
 Nyeri pada uretra Gonorrhea, Chlamydia
 Nyeri saat berkemih
 Cairan putih seperti susu pada
uretra
Nyeri tekan perut bagian bawah, Gonorrhea, Chlamydia, mixed anaerob

12 Referat Infeksi Tropis


demam >38o
Bengkak dan nyeri pada scrotum Gonorrhea, Chlamydia
Konjungtivitis pada neonatal Gonorrhea, Chlamydia

VI. PENGOBATAN
Terapi first line rekomendasi dari CDC untuk penatalaksanaan infeksi
genital yang tidak mengalami komplikasi pada dewasa dan tidak hamil yaitu
doxycycline 100mg 2 kali sehari selama 7 hari atau azithromycin 1g dosis
tunggal. Pada wanita hamil azithromycin adalah rekomendasi pilihan utama dan
amoxicillin. Doxycicline dan ofloxacin merupakan kontra indikasi pada wanita
hamil.4,8

VII. PENCEGAHAN
Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah
tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui
menderita penyakit ini. Untuk mengurangi risiko tertular oleh penyakit ini,
sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti pasangan
seksual atau menggunakan kondom).3
VIII. RINGKASAN
Chlamydia trachomatis merupakan bakteri obligat intraseluler yang
menginfeksi sel epitel dan fibroblast. Terdapat interaksi dengan beberapa faktor
host cell dan mikroba komensal lainnya, sehingga replikasi dalam host cell yang
terinfeksi sangat bervariasi dan mungkin sangat rendah. Beberapa infeksi terjadi
tanpa gejala dan bersifat persisten. Oleh karena itu, deteksi langsung C.
trachomatis memerlukan tes dengan sensitivitas tinggi. Terdapat beberapa teknik
diagnostik teknik, namun NAAT adalah tes yang paling sensitif dan memiliki
spesifisitas tinggi dibandingkan kultur yang merupakan pilihan utama untuk
deteksi C. trachomatis.7
Pengerjaan NAAT kebanyakan dilakukan di laboratorium pusat, dimana
sampel harus dikirim dan hasil tertunda sehinga pasien memerlukan kunjungan
kedua untuk menerima antibiotik terapi. Tes diagnostik cepat dikembangkan
agardan pasien yang positif segera memulai pengobatan. Rapid diagnostic test

13 Referat Infeksi Tropis


memberikan hasil yang cepat mudah dilakukan dan dapat digunakan sebagai tes
POCT. Rapid test yang mendeteksi antigen klamidia, memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tidak memadai.7

14 Referat Infeksi Tropis


IX. ALGORITMA (Modifikasi)2

15 Referat Infeksi Tropis


DAFTAR PUSTAKA

1. Elwell C,Mirrashidi K,Engel Joanne. Chlamydia Cell Biology and Pathogenesis.


Microbiology. Macmillan Publishers; 2016; p 385-387
2. Reza NR,Tantari. Pemeriksaan Laboratorium Infeksi Chlamydia trachomatis Pada
Saluran Genital. Periodical of Dermatology and Venerology.2015.Vol 27(2). p144-
148
3. Sidebang BM. Chlamydia Trachomatis. Diakses dari
https://mikrobia.files.wordpress.com. Update terakhir Oktober 2019
4. Lanjouw E, Ouburg S, De Vries, et.al. 2015 Europian Guideline on The
Management of Chlamydia trachomatis Infections. International Journal of STD
and AIDS. 2015. p1-5.
5. Ismail MY. Chlamydia trachomatis,Structure,Life Cycle and Virulence Factors.
Diakses dari https://www.slideshare.net/bridaismail/chlamydia-trachomatis-
15350918. Update terakhir November 2019
6. Universitas Sumatera Utara. Infeksi Chlamydia. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789. Update terakhir November
2019
7. Meyer T. Diagnostic Procedures to Detect Chlamydia trachomatis Infections.
Journal of Microorganisms. Institute of Medical Microbiology,Virology and
Hygiene. Hamburg.2016. p1-7
8. O’Connell , Ferone ME. Chlamydia trachomatis Genital Infections. Microbial Cell.
2016.Vol 3(9). p.390-391
9. Universitas Andalas. Infeksi Genital Non Spesifik. Diakses dari
http://scholar.unand.ac.id/24753 . Update terakhir Oktober 2019
10. Odonnell Adair. Chlamydia. Diakses dari
https://www.slideserve.com/adair/syphilis. Update terakhir Juli 2019
11. Geisler William. Diseased Caused by Chlamydia. Diakses dari
https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/chlamydial-urethritis.
Update terakhir November 2019

16 Referat Infeksi Tropis


12. Bacarezza FL. Scrotum. Diakses dari https://slideplayer.es/slide/10540382/. Update
terakhir Desember 2019
13. Community Eye Health Journal. Eye in Primary Health Care Teachung Set.
Diakses dari https://www.cehjournal.org/resources/eye-in-primary-health-care-
teaching-set-full-text/. Update terakhir November 2019
14. Bojovic J. Strelic N, Pavlica L. Reiter’s syndrome-disease of young men-analysis
of 312 patient.Med preg.2014.p.222-230
15. Papp, J.R.; Schachter, J.; Gaydos, C.A.; van der Pol, B. Recommendations for the
laboratory-based detection of Chlamydia trachomatis and Neisseria gonorrhoeae—
2014. MMWR Recomm. Rep. 2014, 63, 1–19.
16. Insert Kit Chlamydia trachomatis LPS antibody. GeneTex Inc. 2018 Diakses dari
https://www.genetex.com/Product/Detail/Chlamydia-trachomatis-LPS-antibody-
1681-FITC/GTX36872.
17. Hosseinzadeh Sahar, Mahdi Fazeli. Immuno Gold Labelling of Chlamydia
trachomatis Elementary Bodies. Diakses dari
https://www.semanticscholar.org/paper. Update terakhir November 2019

17 Referat Infeksi Tropis

Anda mungkin juga menyukai