I. PENDAHULUAN
Chlamydia merupakan gram negatif, patogen obligat intraseluler dan bersimbiosis
pada beberapa organisme mulai dari manusia hingga amoeba. Infeksi Chlamydia
tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual transmitted diseases) paling
banyak disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.1
Infeksi Chlamydia trachomatis dapat mengenai saluran genital pria dan wanita,
konjungtiva, dan paru-paru. Infeksi C.trachomatis pada saluran genital pria dan wanita
bersifat asimptomatik pada sebagian besar orang yang terinfeksi dan dapat
menimbulkan komplikasi secara serius seperti Pelvic Inflammatory Disease (PID),
infertilitas dan kehamilan ektopik.2
C.trachomatis berukuran 0,2 – 1 μm dan hanya dapat berkembang biak dalam sel
eukariota, hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut
Inclusion bodies. C.trachomatis membelah secara binary fussion dalam badan
intersitoplasma. Berbeda dari kebanyakan bakteri, C.trachomatis memiliki dua bentuk
yang berbeda, yaitu Elementary bodies (EB) dan Reticulate Bodies (RB). Badan
elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk
yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 μm), terletak intraseluler dan
tidak infeksius.2,3
Klasifikasi Ilmiah 3,4
Kingdom : Bacteria
Filum : Chlamydiae
Ordo : Chlamydiales
Family : Chlamydiaceae
Genus : Chlamydia
Species : C. trachomatis
Reticulate Body
II. EPIDEMIOLOGI
Bakteri penyebab infeksi menular seksual terbanyak didunia disebabkan oleh
C.trachomatis. Data World Health Organization (WHO) 2012 menyatakan 4.2 %
prevalensi chlamydia terjadi pada wanita usia 15-49 tahun. Centre for Disease Control
and Prevention (CDC) 2014 melaporkan sebanyak 1.441.789 infeksi chlamydia di
Amerika. Secara umum rentang usia rata-rata 15-24 tahun paling banyak menderita
chlamydia. Tahun 2014, terdapat 1.804 kasus per 100.000 pada rentang usia 15-19
tahun dan 2.484 kasus per 100.000 pada usia 20-24 tahun.8
Penelitian di Indonesia oleh Hartati 2013, melaporkan angka kejadian infeksi
genital yang disebabkan Chlamydia di RSUP Dr.Wahidin Makassar sebesar 1.7%.
Sedangkan Wahyudi DT tahun 2011 melaporkan infeksi genital pada populasi yang
berisiko tinggi sepeti pekerja seks komersial di panti sosial karya wanita mulya Jakarta
ditemukan 41.8 %.9
IV. DIAGNOSIS
A. GEJALA KLINIS
Infeksi Chlamydia trachomatis pada saluran genital pria dan wanita biasanya
gejala yang timbul tidak spesifik, pada pria yang terinfeksi 50% asimtomatik,
sedangkan pada wanita 70% asimtomatik.2
1) Infeksi pada pria
a. Uretritis
Gambar 3 Uretritis 11
b. Epididimitis
Epididimitis terjadi jika infeksi pada uretra menyebar secara
ascendant, biasanya terjadi satu sisi dengan keluhan adanya nyeri testikular
dan skrotum akan tampak eritema. Chlamydia trachomatis merupakan
penyebab utama epididymitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70-
96%) 2,3
Gambar 4 Epididimitis12
Gambar 5 Trachoma13
e. Sexually Acquired Reactive Arthritis (SARA)
Sexually Acquired Reactive Arthritis atau dikenal dengan Reiter
syndrome merupakan penyakit multisistemik yang predominan terjadi pada
human leukocyte antigen B27 pada lelaki muda, kombinasi dari uretritis,
konjungtivitis dan artritis. Ditemukannya EB dari C.trachomatis pada
membran synovial atau cairan synovial faktanya mengindikasikan artritis
yang infeksius daripada artritis reaktif.14
3. Deteksi Antigen
a. Direct Immunofluorescence Assay (DFA)
Pemeriksaan DFA dilakukan dengan cara melakukan pewarnaan
dengan antibody khusus C.trachomatis yang bertujuan untuk melihat secara
VI. PENGOBATAN
Terapi first line rekomendasi dari CDC untuk penatalaksanaan infeksi
genital yang tidak mengalami komplikasi pada dewasa dan tidak hamil yaitu
doxycycline 100mg 2 kali sehari selama 7 hari atau azithromycin 1g dosis
tunggal. Pada wanita hamil azithromycin adalah rekomendasi pilihan utama dan
amoxicillin. Doxycicline dan ofloxacin merupakan kontra indikasi pada wanita
hamil.4,8
VII. PENCEGAHAN
Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah
tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui
menderita penyakit ini. Untuk mengurangi risiko tertular oleh penyakit ini,
sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti pasangan
seksual atau menggunakan kondom).3
VIII. RINGKASAN
Chlamydia trachomatis merupakan bakteri obligat intraseluler yang
menginfeksi sel epitel dan fibroblast. Terdapat interaksi dengan beberapa faktor
host cell dan mikroba komensal lainnya, sehingga replikasi dalam host cell yang
terinfeksi sangat bervariasi dan mungkin sangat rendah. Beberapa infeksi terjadi
tanpa gejala dan bersifat persisten. Oleh karena itu, deteksi langsung C.
trachomatis memerlukan tes dengan sensitivitas tinggi. Terdapat beberapa teknik
diagnostik teknik, namun NAAT adalah tes yang paling sensitif dan memiliki
spesifisitas tinggi dibandingkan kultur yang merupakan pilihan utama untuk
deteksi C. trachomatis.7
Pengerjaan NAAT kebanyakan dilakukan di laboratorium pusat, dimana
sampel harus dikirim dan hasil tertunda sehinga pasien memerlukan kunjungan
kedua untuk menerima antibiotik terapi. Tes diagnostik cepat dikembangkan
agardan pasien yang positif segera memulai pengobatan. Rapid diagnostic test