LUKA MAHIR
Oleh Kelompok I:
Ade Heryanto
Afnur Riki Amrullah
Al Azhar
Anggit Lestari
Ardiansyah
Arifin Surya
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau
teknisi yang memantau atau mencegah peniularan infeksi membantu melindungi klien
dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan
kesehatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap
mikroorganisme infeksius, meninkatnya pejanan terhadap jumlah dan jemis penyakit
yang disebakan oleh mikroorganisme dan prosedur invasive. Dalam fasilitas perawatan
akut atau ambulatory klien dapat terpajan mikroorganisme baru atau berbeda, yang
beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat juga resisten terhadap banyak antibiotic.
Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat
menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien dalam semua lingkungan,
kiien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan
tindakan protektif. Penyuluhan klien nharus termasuk informasi mengenai infeksi, caracara penularan dan pencegahan Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri
mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular
dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dan perlindungan barier yang tepat.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah tentang Apaapa saja Konsep Penyakit Infeksi
C. TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian dari infeksi
Untuk mengetahui tipe mikroorganisme penyebanya infeksi
Untuk mengetahui rantai dari infeksi
Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme penyebab infeksi
beserta penanganannya.
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan mereview
dari berbagai literatur, baik dari buku-buku keperawatan dan internet.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI INFEKSI
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh
yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh
mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995).
Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera
seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi
antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi),
sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut
asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan
perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang
lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai
keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya
suatu penyakit yang disebabkan.
B. TIPE MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat
menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa
masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati
lainnya.Infeksi bakteri meliputi permulaan awal dari proses infeksi hingga mekanisme
timbulnya tanda dan gejala penyakit. Cirri-ciri bakteri pathogen yaitu kemampuan untuk
menularkan, melekat pada sel inang, menginvasi sel inang dan jaringan, mampu untuk
meracuni, dan mampu untuk menghindar dari system kekebalan inang. Beberapa gejala
atau asimptomatik. Penyakit terjadi jika bacteria atau reaksi imunologi yang
ditimbulkannya menyebabkan suatu bahaya bagi seseorang.
b. Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel
hidup untuk diproduksi.Untuk menyebabkan penyakit virus harus memasuki inang,
mengadakan kontak dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel.
Banyak yang belum diketahui tentang proses ini pada beberapa infeksi virus, tetapi studistudi genetika dan biokimia mungkin sekali akan menuntun pada pengertian pathogenesis
virus pada level molekuler. Pengertian seperti itu penting untuk mendisain strategi anti
virus yang benar benar efektif dan spesifik
c. Fungi
Berbagai jamur menyerang kulit. Biasanya jamur hidup di lapisan keratin bagian atas
dan menyebar ke luar pada cincin dermatitis eritematosa bersisik yang sering disebut
ringworm. Pada bagian lainnya paparan lesi tampak berbeda: di antara jari kaki terlihat
seperti kaki atlet dan di lipat paha seperti tinea kruris. Organism yang menyebabkan
infeksi ini bermacam-macam tetapi yang paling sering adalah berbagai jenis spesies
Trikofiton.
Spesies Pitirosporum menyebabkan berbagai infeksi jamur superficial pada kulit;
yang paling sering ialah tinea versikolor yang perubahan pigmen sangat khas.Jenis
organisme lain yang berbeda yaitu, Kandida, berupa ragi. Ia menyebabkan gangguan
jamur lainnya, terutama pada daerah mukosa dan daerah sekitarnya. Infeksi ini
menimbulkan keadaan klinis yang disebut thrush yang sering ditemukan pada mulut bayi
dan vagina. Apabila infeksi menyebar ke kulit sekitarnya akan timbul erupsi bula yang
terasa nyeri dan tidak segera dapat diketahui sebagai rash akibat fungi. Walaupun jarang,
kandidia dapat mengenai kuku; yang akan menimbulkan deformitas yang sangat sulit
untuk disembuhkan.
Infeksi jamur jarang dibiopsi karena biasanya didiagnosis secara klinis. Gambaran
histologynya sering menunjukkan sebagai gambaran yang sangat tidak berbentuk pada
pewarnaan rutin. Jamur hanya akan terlihat apabila dilakukan pewarnaan yang bereaksi
dengan dinding sel, seperti pewarnaan perak atau pewarnaan untuk polisakarida netral.
Dalam keadaan ini diagnosis ditegakkan hanya jika spesialis patologi diberi keterangan
mengenai riwayat klinis, disertai gambaran seluruh detail klinis yang penting pada
seluruh biopsy.
Infeksi fungi yang dalam cenderung menimbulkan abses kronis, sering disertai
destruksi berat. Sering ditemukan pada kondisi tropical tetapi sering juga terdapat
terutama
sebagai
infeksi
oportunistik
pada
individu
dengan
immunosupresi.
yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan
jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan
tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status
nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
D. PROSES INFEKSI
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat
infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses
perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan
penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang
diberikan. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun
nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes.
Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan
dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan
kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang
terimunosupres. Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan
hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang
berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam
kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker
tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan)
sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
c. Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh:
demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan
sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
E. PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH MIKRORGANISME
I.
PITIRIASIS VERSIKOLOR (JAMUR)
A. Definisi
Pitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan asimtomatik
serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya
menyerang badan dan kadang-kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher,
muka dan kulit kepala.
B. Epidemiologi
Pitiriasis versikolor distibusi seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis dan daerah
subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan pada daerah yang
lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien mengunjungi dermatologis. Di
Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit kulit. Pitiriasis
versikolor kebanyakan menyerang orang muda. Grup umur yang terkena 25-30 tahun
pada pria dan 20-25 pada wanita.
C. Patofisiologi
Pitiriasis Versikolor disebabkan oleh organisme dimorfik, lipofilik yaitu
Malassezia furfur, yang dibiakkan hanya pada media kaya asam lemak rantai C12-C14.
Pityrosporon orbiculare, pityrosporon ovale, dan Malassezia furfur merupakan sinonim
dari M. Furfur. M. Furfur merupakan flora normal kutaneus manusia., dan ditemukan
pada 18% bayi dan 90-100% dewasa.
Pada pasien dengan stadium klinis jamur tersebut dapat ditemukan dalam bentuk
spora dan dalam bentuk filamen (hifa). Faktor-faktor yang menyebabkan berkembang
menjadi parasit sebagai berikut:
1. Endogen: kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi, sindrom Cushing,
malnutrisi
2. Eksogen: kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien
yang berminyak
yang terinfeksi dapat menjadi gelap atau menjadi lebih terang dari kulit sekitar
Kondisi ini akan lebih terlihat pada musim panas dimana perbedaan warna akan
lebih menonjol
Bentuk kebalikan dari Pitiriasis versikolor pada keadaan distribusi yang berbeda,
kelainan pada regio flexural, wajah atau area tertentu pada ekstrimitas. Bentuk ini
lebih sering terlihat pada pasien yang mengalami gangguan imunodefisiensi.
3. Folliculitis
Bentuk ketiga dari infeksi M. furfur pada kulit melibatkan folikel rambut. Kondisi
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikologis kerokan kulit
Pengambilan bahan dapat dengan kerokan biasa atau dengan menggunakan
cellotape yang ditempel pada lesi. Setelah diambil, bahan diletakkan di atas gelas
obyek lalu diteteskan larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan 1
bagian tinta parker blueback superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan
karena memberi tampilan warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur.
Hasil positif:
Hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan gerombolan spora budding
yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs.
Hasil negatif:
Bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis versikolor walaupun ada
spora.
2. Lampu Wood
Untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk menentukan luasnya lesi
dapat dilakukan pemeriksaan dengan penyinaran lampu Wood pada seluruh tubuh
Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Keluhan utama :
Bercak-bercak putih yang tidak gatal di dada dan punggung kanan atas bertambah
banyak sejak sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Bercak-bercak putih yang tidak gatal di dada dan punggung kanan atas bertambah
tahun
Pasien bekerja dari pagi sampai sore sebagai pedagang pakaian kaki lima, pasien
berdagang jarang menggunakan tenda, dan lebih sering terpapar sinar matahari.
Pasien suka berkeringat sejak menggunakan pakaian berlapis, setiap pakaian pasien
saat makan
Pasien mengganti baju 2 kali dalam sehari
Pasien mandi 2 kali dalam sehari
Kelembaban tempat tinggal tinggi. Pasien tinggal di rumah kontrakan dengan satu
ruang tamu dan dua kamar tidur, kamar tidur pasien berukuran 3x2 m 2, dengan satu
jendela dan dua ventilasi, kamar di huni oleh pasien dan istrinya, dan hanya
tersebut
Riwayat trauma tidak ada, bercak bercak merah yang berobah warna menjadi putih
tidak ada.
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang lama tidak ada
Pasien belum pernah mengobati penyakitnya
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit
kulit
Oleskan salep pada kulit yang telah bersih, setelah mandi atau sebelum tidur,
meskipun lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep dapat
menimbulkan kekambuhan. Pasalnya jamur belum terbasmi dengan tuntas.
Bila lesinya minimal atau terbatas, dapat diberikan secara topikal dengan golongan
imidazol, misalnya ketoconazole dalam bentuk krim. Pengobatan harus dilakukan
menyeluruh, tekun, dan konsisten, karena penyakit panu sering kambuh dan untuk
mencegah serangan ulang.
Dx 2
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
Intervensi :
1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan
prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasionalisasi: dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal
serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif
2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan
kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
Rasionalisasi: pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan
kimia atau komponen pelembut pakaian.
3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun
yang tertinggal.
Rasionalisasi: bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat
menyebabkan iritasi.
Dx 3
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit akibat pitiriasis vesikolor
Intervensi :
1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri
sendiri.
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak
nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
2. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang
lain.
Selulitis (bakteri)
a. Pengertian
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek
pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini
biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah (Tucker, 1998 : 633). Selulitis adalah
inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan (mansjoer,
2000; 82). Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang
jaringan (Brunner dan Suddarth, 2000 : 496).Jadi selulitis adalah infeksi pada
kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan
streptokokus piogenes.
b. Etiologi
Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher (1999;634) adalah bakteri
streptokokus grup. A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.
c. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Isselbacher (1999; 634) yaitu :
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan
pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis
eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik pada kedua ektrimitas atas
dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat,
nyeri tekan, demam dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling
sering disebabkan oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus
aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial
yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala
sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi
abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh
campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan
pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang
tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami
super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah.
d.
Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan kronik
pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa
infiltrat difus subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke
jaringan dibawahnya, Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan
lekositosis.
Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah
sel darah putih, eosinofil dan peningkatan laju
sedimentasi eritrosit (Tucker, 1998:633).
b) Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang
diaspirasi diperlukan, menunjukkan adanya organisme
e.
f.
Diagnosa Medis
III.
D. Patofisiologi
Varicella primer disebabkan oleh virus varicella-zoster, yang merupakan herpes virus.
Penyebaran dapat melalui sekresi lendir pernafasan ke saluran nafas, ataupun kontak dengan
kulit penderita langsung.
Infeksi paling awal terjadi pada konjungtiva atau mukosa saluran pernafasan bagian
atas . Virus bereplikasi di kelenjar getah bening selama 24 hari dan disertai dengan
penyebaran virus melalui darah setelah 46 hari inokulasi. Virus akan bereplikasi di hati,
limpa, dan organ lainnnya. Penyebaran virus kedua melalui darah akan berakhir di kulit
setelah 1416 hari pemaparan virus, dan menyebabkan kelainan kulit. Beberapa kondisi berat
yang mungkin terjadi adalah infeksi di otak, hati dan paru-paru.
Masa inkubasi virus selama 1021 hari, penderita dapat menularkan sejak 12 hari
sebelum kelainan kulit timbul sampai lesi kulit mengering (56 hari dari awal lesi kulit
pertama timbul ). Walaupun imunitas akan terbentuk setelah infeksi ini, dari beberapa laporan
ditemukan adanya infeksi kembali dari virus yang sama.
Virus Varicella Zoster
Pernafasan
Bereplikasi
(di kelenjar getah bening, limpa, hati dll)
Aliran Darah
Kulit
E. Patogenesis
Varisela dapat diidentifikasikan dari kumpulan vesikel-vesikel yang berkembang
menjadi papul dan kemudian menjadi koreng (scab/crust). Masa inkubasi berlangsung 14-21
hari. Terdapat gejala prodromal berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri
kepala, disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa
jam berubah menjadi vesikel dengan bentuk khas berupa tetesan embun (tear drops).
Sementara proses ini berlangsung, timbul vesikel baru sehingga timbul gambaran polimorfi.
Mula-mula timbul di badan, menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta
dapat menyerang selaput lendir mata (konjungtiva), mulut, dan saluran nafas atas. Pada
infeksi sekunder kelenjar getah bening regional membesar. Penyakit ini biasanya disertai rasa
gatal.
Jalan infeksi Varicella adalah melalui mukosa saluran pernapasan atas atau
konjungtiva. Virus beredar dalam darah, mengalami banyak siklus replikasi, dan akhirnya
terlokalosir di kulit. Lesi fokal kulit dan mukosa dimulai oleh infeksi virus pada sel-sel epitel
kapiler. Pembengkakan sel epitel, degenerasi balon, dan terkumpulnya cairan jaringan
menghasilkan bentuk vesikel. Badan inklusi eosinofilik ditemukan pada inti sel yang
terinfeksi.
Lesi varisela yang bisa berkembang di organ lain pada penyakit neonatal dengan
infeksi virus varicella zoster yang disertai komplikasi pada orang dewasa adalah sama. Paruparu biasanya terjangkit paling parah, umum dijumpai adanya giant cell berinti banyak.
Replikasi dan penyebaran virus varicella zoster dibatasi oleh respon imun seluler dan
humoral inang. Interferon bisa juga terlibat.
Lesi kulit zoster secara histopatologis identik dengan varicella. Juga ada inflamasi
akut ganglion dan saraf sensorik. Seringkali hanya satu ganglion yang terkena. Sebagai
aturan, distribusi lesi kulit berkaitan erat dengan daerah persarafan dari radiks dorsal
individu.
Belum jelas apa yang menjadi pemicu reaktivasi infeksi virus varicella zoster laten
pada ganglion. Diyakini bahwa imunitas yang menurun memungkinkan replikasi virus yang
terjadi di ganglion, dan menyebabkan peradangan dan rasa nyeri yang hebat. Virus pindah
dari saraf ke kulit dan menimbulkan bentuk vesikel. Imunitas yang diperantarai sel bisa
menjadi pertahanan inang yang terpenting dalam menahan virus varicella zoster. Reaktivasi
bersifat sporadis dan jarang berulang.
F. Gejala Klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak yang
berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak
enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada
permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbulah
kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan
perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding
tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak
sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng
(krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian
tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk
lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri
terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan
menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa
muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering
menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran
pernapasan bagian atas, rectum dan vagina.
Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan
pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping.
Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa
lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya
disebabkan oleh staphylococcus.
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa
maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat
fatal.
Pada zoster, penyakit ini biasanya dimulai dengan nyeri hebat pada daerah kulit atau
mukosa yang disuplai oleh satu atau lebih kelompok saraf dan ganglion sensorik. Dalam
beberapa hari setelah onset, gerombolan vesikel tampak diatas kulit yang disuplai oleh saraf
yang terjangkit. Erupsi biasanya unilateral; badan, kepala, dan leher adalah yang paling
sering terjangkit.
Pada pasien dengan zoster yang terlokalisir dan tidak ada penyakit yang mendasari,
level interveron vesikel memuncak di awal selama infeksi (pada hari ke 6). Puncak level
interveron diikuti oleh perbaikan klinis dalam 48 jam.
Gejala dan Tanda
a. Gejala Prodromal
Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodromal yang dapat berlangsung selama 14 hari berupa nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi. Nyeri bersifat
segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau sebagai serangan yang hilang
timbul. Keluhan bervariasi dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan,
hiperestesi sampai rasa ditusuk-tusuk.
Gejala konstitusi juga merupakan gejala prodromal berupa malaise, sefalgia, rangsang
meningeal dan nausea, yang biasanya akan menghilang setelah erupsi kulit timbul.
Kadang-kadang terjadi limfadenopati regional.
b. Erupsi kulit
Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh,
yang tersering di daerah ganglion torakalis.
Lesi baru dapat terus muncul sampai hari keempat dan kadang-kadang sampai hari
ketujuh.
Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan jaringan
parut (pitted scar)
Variasi Klinis
Pada beberapa kasus nyeri segmental tidak diikuti erupsi kulit, kemudian ini disebut
zoster sine herpete
Herpes zoster abortif , bila perjalanan penyakit berlangsung singkat dan kelainan kulit
hanya berupa vesikel dan eritema.
Herpes zoster oftalmikus : HZ yang menyerang cabang pertama nervus trigeminus. Erupsi
kulit sebatas mata sampai verteks, tetapi tidak melalui garis tengah dahi. Bila mengenai
anak cabang nasosiliaris (adanya vesikel pada puncak hidung yang dikenal sebagai tanda
Hutchinson), maka akan timbul kelainan mata.
Sindrom Ramsay-Hunt : HZ di liang telinga luar atau membrana timpani, disertai paresis,
gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 bagian depan lidah, tinnitus, vertigo dan tuli.
Kelainan tersebut sebagai akibat virus menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius.
Herpes zoster aberans : HZ disertai vesikel < 10 buah yang melalui garis tengah.
G. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik.Untuk
pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan atau apusan dan
dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa (giant cell)
yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion Bodies atau dapat
juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat antigen virus
intrasel.
Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio manusia.
Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.
Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation
Test, Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tzank smear
Tujuan : melihat multinucleated giant celluntuk virus dan vesikobulosa
Cara pemeriksaan :
a. Bahan pemeriksaan diambil dari dasar vesikel dengan cara dikerok
b. Oleskan pada kaca objek lalu fiksasi
c. Warnai dengan giemsa
d. Lihat dengan mikroskop
Hasil pemeriksaan :
Herpes zostersel datia dengan inti akantolisis
Vesikubulosasel Tzank
2. Kultur virus dari apusan dasar vesikel, spesimen biopsi, skraping kornea.
3. Histopatologis
Histopatologi lesi kulit varisela zoster samasel epidermis (pada lapisan germinal
dan bagian dalam stratum spinosum) menunjukkan ballooning degeneration dengan
hilangnya intercellular bridges (akantholisis) yang nantinya akan dipisahkan oleh edema
interselular.
4. Pemerikasaan antigen dan antibodi
I. Pengobatan
1. Umum
a. Menjelaskan kepada penderita tentang penyakit dan pengobatannya
b. Menganjurkan penderita untuk menjaga bruntus-bruntus berisi air cairan jernih tidak
pecah
c. Menerangkan kepada penderita mengenai komplikasi penyakit yang dapat terjadi dan
penanganan yang dapat dilakukan
d. Menjauhi anak-anak kecil dan dewasa yang belum pernah mendapat cacar air maupun
orang-orang yang lagi sakit berat.
2. Khusus
Topikal: kompres, lotion, bedak salisil 2%
Sistemik :
a. - Asiklovir peroral 5 x 800mg (selama 7-10 hari) (dewasa) 4-5 x 200mg anak-anak)
Untuk penderita immunocompromised : 5 mg/kg IV setiap 8
jam selama 5-7 hari
-Valasiklovir peroral 3 x 1000 mg/hari, selama 7 hari
- Famsiklovir peroral 3 x 500 mg selama 7 hari
b. Kortikosteroiduntuk penderita yang beresiko terjadinya post herpetic neuralgia (usia >
50-60 tahun)
Dosis awal setara dengan prednison 60 mg/hari kemudian
diturunkan selama 3-4 minggu.
Postherpetic neuralgia: analgetik, amiriptilin, perfenazin
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Data subjektif : pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit
kepala.
Data Objektif :
a. Integumen : kulit hangat, pucat.
adanya bintik-bintik kemerahan pda kulit yang berisi cairan jernih.
b. Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c. Psikologis : menarik diri.
d. GI : anoreksia.
e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake
makanan.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
C. Intervensi
1) Diagnosa 1
a. Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.
b. Intervensi
-
Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang
datang kontak dnegan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.
Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic, selama perawatan
kulit.
2) Diagnosa 2
a. Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.
b. Intervensi
-
3) Diagnosa 3
a. Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.
b. Intervensi
-
4) Diagnosa 4
a. Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.
b. Intervensi
5) Diagnosa 5
a. Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.
b. Intervensi
-
D. Implementasi
1) Diagnosa 1
a. Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang
datang kontak dengan pasien.
b. Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan
luka.
c. Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.
d. Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.
e. Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).
f. Mengawasi tanda vital.
2) Diagnosa 2
a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
b. Memberikan perawatan kulit.
3) Diagnosa 3
a. Memberikan makanan sedikit tapi sering.
b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk
membawa makanan dari rumah yang tepat.
4) Diagnosa 4
a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.
b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Diagnosa 5
a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.
E. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi.
IV.
Pediculosis Kapitis(parasit)
a. Definisi
Infeksi kulit atau rambut pada manusia yang disebabkan parasit obligat pediculus
humanis (Arif Mansjoer, 2002).
b. Etiologi
Penyakit pedikulosis kapitis disebabkan oleh parasit subspecies Pediculus
humanus var. capitis. Parasit ini termasuk dalam golongan filum Arthropoda, kelas
Insecta, ordo Phthiraptera, subordo Anoplura, family Pediculidae dan species
Pediculus humanus. Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur,
larva, nimfa dan dewasa. Satu kutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan
menghasilkan 50 150 telur. Telur berbentuk oval dan umumnya berwarna putih
atau kuning.13 Telur diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya
rambut, yang berarti makin ke ujung makin terdapat telur yang lebih matang. Telur
kutu membutuhkan 8 9 hari untuk menetas. Telur yang menetas akan menjadi
nimfa. Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun dalam ukuran kecil. Nimfa akan
menjadi dewasa 9 12 hari sesudah menetas.
Untuk hidup, nimfa harus memperoleh makanan berupa darah. Pediculus
humanus capitis berbentuk seperti biji wijen dengan panjang sekitar 1 2 mm, tidak
bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang. Parasit ini memiliki 3
pasang kaki yang disesuaikan sebagai pengepit rambut dan mulut pengisap kecil di
bagian anterior yang menjadi bagian untuk mendapatkan darah. Kutu kepala dapat
merayap dengan cepat, di atas 23 cm/menit. Kutu dewasa dapat bertahan hidup
sekitar 30 hari di kepala manusia. Kutu dapat mati dalam 1 2 hari setelah jatuh dari
rambut. Kutu kepala terdiri atas kutu jantan dan betina. Kutu betina dibedakan
dengan kutu jantan berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar dan adanya
penonjolan daerah posterior yang membentuk huruf V yang digunakan untuk
menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur. Kutu jantan memiliki pita
berwarna coklat gelap yang terbentang di punggungnya.
c. Epidemiologi
Penyakit pedikulosis kapitis dapat ditemukan di seluruh dunia pada semua usia
terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Insidens tertinggipada usiasekitar 3 12
tahun.
Pedikulosiskapitis
lebihsering
timbulpada
wanitadibandingkan
pria.
Penularan penyakit ini lebih sering melalui kontak kepala dengan kepala, namun
dapat juga melalui benda-benda seperti sisir, topi, bantal, dan asesoris rambut yang
dipakai secara bergantian. Higienitas yang buruk juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit ini, misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang
panjang pada wanita.
d. Gejala klinis
Gejala awal yang dominan adalah rasa gatal pada kulit kepala. Rasa gatal dimulai
dari yang ringan sampai rasa gatal yang tidak dapat ditoleransi.Lesi papul yang gatal
biasanya terdapat pada daerah belakang telinga dan bagian tengkuk leher, akibat
garukan pada kulit kepala akan terjadi erosi dan ekskoriasi. Adanya infeksi sekunder
yang berat menyebabkan terbentuknya pustul, abses.
e. Laboratorium Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium
yang
dapat
dilakukan
untuk
membantu
menegakkan diagnosis :
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian kondisi kulit secara rutin
2. anjurkan untuk menjaga kulit agar tetap bersih
3. anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal untuk mencegah terjadinya luka
4. anjurkan pasien untuk menggunakan sabun antiseptic
5. kolaborasi medis untuk mencegah infeksi berlanjut
. Diagnose 4 dan 5
Tujuan : pasien dapat memelihara kesehatan dengan mencegah penularan
Intervensi :
1. Ajarkan pada pasien semua barang, handuk, perangkat tempat tidur yang mengandung
kutu atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya suhu 54 C atau dicuci
kering (dry cleaning) untuk mencegah infestasi ulang.
2. Ajarkan pada pasien, keluarga bahwa perabot, permadani, dan karpet yang
berbulu harus sering dibersihkan dengan vacuum cleaner.
3. Ajarkan pada pasien agar sisir dan sikat rambut harus di desinfeksi dengan
shampo.
4. Beritahu pada semua anggota keluarga yang berhubungan dengan dengan
pasien untuk diobati.
V.
BAB III.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Infeksi dapat disebabkan
oleh berbagai macam organisme: virus, bakteri, fungi (jamur), dan parsit. Adapun tanda
dan gejala yang diakibatkan infeksi tersebut berbeda-beda, tergantung dari penyebab dari
infeksi yang mengakibatkannya.
B. SARAN
Disarankan bagi pembaca agar dapat lebih menjaga kesehatan diri diantaranya
dengan menjaga personal hygiene agar dapat terhindar dari penyakit yang diakibatkan
oleh virus, bakteri, fungi dan parasit.
DAFTAR PUSTAKA
http://muel-muel.blogspot.com/2012/02/selulitis.htm
http://health.detik.com/read/2010/06/22/075552/1383337/763/parasit-yangberkembang-biak-di-kulit