Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI INFEKSI

Resiko terhadap infeksi adalah suatu keadaan dimana seorang individu beresiko

terserang oleh agen patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau

parasit lainnya) dari sumber eksternal, sumber endogen, dan sumber eksogen.

(Herdman, 2012). Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme

yang mampu menyebabkan sakit. (Potter & Perry, 2008). Infeksi merupakan

masuknya mikroorganisme yang memperbanyak diri di jaringan tubuh, yang

menyebabkan peradangan. (kamus kedokteran dorland, 2012).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit pada saat

pasien menjalani proses asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial pada umumnya

terjadi pada pasien yang dirawat di ruang, seperti : ruang perawatan anak, ruang

perawatan penyakit dalam, ruang perawatan intensif, ruang perawatan isolasi, dan

lain sebagainya. (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat

dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam, dan tidak

menunjukkan tanda gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit. ( Brooker, 2008).

Infeksi luka operasi adalah infeksi pada tempat di daerah luka setelah tindakan

bedah. (Anaya & dellinger, 2008). Infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi

dalam kurun waktu 30 hari setalh tindakan operasi jika tidak ada tindakan

implantasi, atau dalam kurun waktu 1 tahun setelah tindakan operasi jika ada

tindakan implantasi, dan infeksi yang nampak ada hubungan nya setelah dilakukan

tindakan operasi. (Gray & Hawn, 2007).

B. ETIOLOGI

Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:

1. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri

dapat menyebabkan penyakit pada manusia, dan dapat hidup di dalam

tubuhnya. Bakteri bisa masuk antara lain : melalui udara, tanah, air,

makanan, cairan, jaringan tubuh, dan benda mati lainnya.

2. Virus

Virus adalah parasit intrasel obligat yang bergantung pada perangkat

metabolik sel untuk berkembangbiak.

3. Parasit

Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit

adalah : protozoa, cacing, dan arthropoda.

4. Fungi

Fungi terdiri dari ragi, dan jamur. ( Kozier, 2011 ).

C. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA RESIKO INFEKSI

Faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada pasien adalah

jumlah tenaga kesehatan yang sering kontak langsung dengan pasien, jenis, jumlah

prosedur invasif, lamanyppppa perawatan, dan terapi yang diterima pasien di rumah

sakit. Sedangkan, faktor resiko penyebab infeksi luka operasi dibagi menjadi 3,

yaitu :

1. Faktor mikroorganisme

Merupakan faktor yang paling menentukan terjadinya infeksi luka operasi,

faktor tersebut meloiputi virulensi, dan jumlah bakteri di tempat operasi.

Infeksi akan semakin berat karena beberapa bakteri dapat menghasilkan

toksin, memiliki ketahanan terhadap fagosit, dan kemampuan merusak

intrasel. Selain itu derajat kelas luka, teknik aseptik, dan antiseptik yang

digunakan, rawat inap pra operasi yang lama, dan lama tindakan bedah

meningkatkan jumlah baketri, dan tiKAngkat kejadian infeksi luka operasi.

2. Faktor luka operasi


Meliputi tindakan operasi yang menginvasi, ahli bedah khusus dan teknik

pembedahan.

3. Faktro usia

Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh

terhadap infeksi, kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita

penyakit kronis, seperti : tumor, anemia, leukimia, diabetes mellitus, gagal

ginjal, SLE ( systemic lupus erythematosus), AIDS ( acquired immune

deficiency syndrome ). Keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh

terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik. ( Mawalla

et al, 2011 ).

D. KASUS YANG BERESIKO TERKENA INFEKSI

Kasus-kasus yang beresiko terkena infeksi adalah bayi-bayi yang baru

dilahirkan, wanita yang menyusui, orang dengan kondisi kronis, seperti : diabetes,

kanker, penyakit vaskular, dan penyakit paru. Mereka yang dengan luka atau

penyakit kulit, kateter intravena, sayatan operasi, dan mereka yang mempunyai

sistem imun yang melemah mempunyai resiko peningkatan terjadinya infeksi.

( Iwan, 2008 ).

E. MANIFESTASI KLINIK

1. Secara Umum

Tanda utama infeksi adalah demam, suhu antara 96,8-100 0F atau 37-38 0C

dianggap sebagai rentang infeksi lokal, menunjukkan inflamasi ( kemerahan,

nyeri tekan, bengkak, dan hangat yang meningkat ) sebagai tambahan

menggigil dan hipotensi menjadi tanda infeksi. (Zulkarnain, 2009 ).

2. Tanda dan gejala yang lazim terjadi pada infeksi, sebagai berikut :

a. Rubor

Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah

yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi

pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan,


sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke mikrosirkulasi lokal,

dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.

Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna

merah lokal karena peradangan akut.

b. Kalor

Kalor tejadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan

akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat,

sebab darah yang memiliki suhu 37 0C disalurkan ke permukaan

tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah

normal.

c. Dolor

Perubahan Ph lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat

merangsang ujung-ujung syaraf. Pengeluaran zat seperti histamin

atau bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan

oleh tekanan meninggi akibat pembengkakan jaringan yang

meradang.

d. Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan hipertermi, dan sebagian besar

ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke

jaringan-jaringan interstitial. ( Smeltzer, 2002 ).

F. RANTAI INFEKSI

Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antara berbagai faktor

yang slaing mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal de exit, portal de

entry, host, dan cara penularan.


AGEN INFEKSI

RESERVOIR HOST

PORTAL DE ENTRY PORTAL DE EXIT

CARA PENYEBARAN
1. Agen Infeksi

Mikroorganisme yang termasuk agen infeksi antara lain : bakteri, virus, jamur,

dan protozoa. Mikroorganisme di kulit merupakan flora transient maupun

resident. Mikroorganisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil,

organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transient melekat pada

kulit saat seseorang kontak langsung dnegan objek atau ornaglain dalam aktivitas

normal. Organisme ini siap ditularkan kecuali dengan cuci tangan. Organisme

resident tidak mudah dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan detergen

biasa kecuali bila gosokan dilakukan secara seksama. Mikroorganisme dapat

menyebabkan infeksi tergantung pada : jumlah mikroorganisme, virulensi

( kemampuan menyebarkan penyakit ), kemampuan untuk masuk dan bertahan

hidup dalam host serta kerentanan dalam host. Seseorang terkena infeksi

bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan tergantung

pada derajat ketahanan individu terhadap patogen. Makin virulen suatu

organisme makin besar kemungkinan kerentanan seseorang. Resistensi

seseorang terhadap agen infeksius ditingkatkan dengan vaksin.

2. Reservoir ( sumber mikroorganisme )

Sumber yang umum adalah mikroorganisme dalam tubuh klien, tanaman, hewan,

atau lingkungan umum. Individu paling sering menjadi sumber infeksi bagi

individu lain dan bagi mereka sendiri. Sebagai contoh : individu yang memiliki

virus influenza yang seringkali menular. Kebanyakan reservoir adalah tubuh

manusia, terutama di kulit, mukosa, cairan atau drainage. Adanya


mikroorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada

host nya, sehingga reservoir yang ada di dalamnya terdapat mikroorganisme

patogen bisa menyebabkan oranglain menjadi sakit. Kuman dapat hidup dan

Pberkembangbiak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok dengan

kuman. Karakteristik tersebut adalah air, suhu, Ph, udara dan, pencahayaan.

3. Portal de entry ( portal masuk )

Sebelum mneginfeksi individu, mikroorganisme harus masuk ke dalam tubuh

individu tersebut. Kulit adalah bagian rentang terhadap infeksi, namun adanya

luka pada kulit merupakan tempat masuk mikroorganisme. Mikroorganisme

seringkali masuk ke dalam tubuh inang dnegan jalan yang digunakan

mikroorganisme tersebut meninggalkan reservoir.

4. Portal de exit ( portal keluar)

Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembangbiak,

mereka harus menemukan jalan ke luar jika mereka Pmasuk ke tubuh lain dan

menyebabkan penyakit. Pintu keluar masuk kuman dapatberupa saluraPPPP

pencernaan, pernafasan, kulit, kelamin, plasenta.

5. Cara penyebaran

Cara penyebaran bisa langsung maupun tidak langsung. Secara langsung

misalnya : darah atau cairan tubuh, dan hubungan kelamin. Secara tidak

langsung melalui : manusia, binatang, benda mati, dan udara.

6. Host

Host biasanya manusia atau hewan yang sesuai dnegan kebutuhan agent untuk

bisa bertahan hidup dan berkembangbiak. Jadi apabila ada agent tetapi tidak ada

host, maka tidak akan terjadi infeksi. ( Kozier, 2011 ).

G. PENILAIAN INFEKSI LUKA OPERASI

Infeksi luka operasi paling sering terjadi 5 – 6 hari setelah operasi tetapi

mungkin saja berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada itu. Sekitar 80% -

90% dari semua infeksi post-operasi yang terjadi dalam 30 hari setelah dilakukan
operasi. Dengan bertambahnya pasien operasi rawat jalan, dan mengurangi

lamanya rawat inap, 30% sampai 40% menunjukan berkurangnya luka infeksi

setelah keluar dari rumah sakit. (Kulaylat dan Dayton, 2008).

Infeksi luka operasi insisi superfisial, dan insisi dalam ditandai oleh eritema,

tenderness, edema, dan terkadang ada pengeringan (drains). Luka sering halus dan

tidak rata pada sisi yang terinfeksi. Pasien juga dapat mengalami leukositosis dan

demam ringan. The Joint Commission on Accreditation of Healthcare

Organizations, luka bedah disebut terinfeksi bila menemukan kriteria berikut :

1. Keluar material purulen yang jelas terlihat dari luka

2. Luka terbuka secara spontan dan keluar cairan yang purulen

3. Luka mengalirkan cairan dimana hasil kultur bakteri positif dan

pewarnaan gram positif. ( Kulaylat dan Dayton, 2008 ).

Kriteria untuk mendiagnosa infeksi luka operasi menurut CDC dibagi menjadi

tiga yaitu :
8

Anda mungkin juga menyukai