Anda di halaman 1dari 9

67

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam BAB ini penulis membahas mengenai pengelolaan kasus selama dua

hari pada tanggal 17 juni 2017 sampai dengan 18 juni 2017 di ruang Bougenvile

RSUD Cilacap. Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 juni 2017 pukul 08.30

WIB, setelah itu dilakukan pengelompokan data, analisa data, diagnosa

keperawatan, intervensi asuhan keperawatan, implementasi asuhan keperawatan

dan evaluasi dari masing-masing diagnosa yang muncul.

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, yang

tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang

dapat diantisipasi atau diprediksi langsung, dan berlangsung < 6 bulan

dengan tanda gejala,antara lain : laporan secara verbal dan nonverbal,

muka topeng (nyeri), tingkah laku ekspreif (gelisah, merintih,menangis,

waspada, nafas panjang, dan berkeluh kesah), perubahan dalam nafsu

makan dan minum, dan lain-lain (Herdman, 2011). Teori gate control

mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh

mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini

mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan

dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya

menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.


68

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol

desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C

melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls

melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor,

neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan

neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari

serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini

mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok

punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi

mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta

A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien

mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke

otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi

nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan

dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh.

Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat

pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo

merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter, 2009).

Data yang diperoleh dari pengkajian Tn. S mengatakan masih merasa

nyeri saat bergerak, seperti tersayat dengan skala 3, dibagian abdomen

bawah, dan nyeri berlangsung kurang lebih 1 menit.

Faktor yang berhubungan dengan nyeri akut antara lain agen cidera

(biologis, kimia, fisik, dan psikologis) pada tn.S penulis mengangkat


69

etiologi tentang agen cidera fisik karena terkait pada data pengkajian yang

mengacu pada teori maslow yang mengemukakan pemenuhan kebutuhan

fisiologis meliputi : oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat, terbebas

dari rasa nyeri, dan lain sebagainya (Asmadi, 2008).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis adalah nyeri

akut yang berhubungan dengan agen cidera fisik dengan alasan mengacu

pada data pengkajian, yaitu : data subyektif : Tn. S mengatakan masih

merasa nyeri saat bergerak, seperti tersayat dengan skala 3, dibagian

abdomen bawah, dan nyeri berlangsung kurang lebih 1 menit. Data

obyektif : pasien tampak menahan nyeri, pada abdomen pasien terdapat

luka operasi sepanjang 12 cm dengan 6 jahitan, dan terpasang irigasi di

bagian abdomen bawah,luka tertutup kassa,tidak ada rembesan.

Berdasarkan data subyektif dan obyektif pada pengkajian serta batasan

karakteristik nyeri, penulis memprioritaskan masalah utama, yaitu nyeri

akut. Utnuk mengatasi masalah nyeri akut penulis menyusun tujuan,

kriteria hasil pencapaian dari rencana keperawatan yang sebagian besar

merujuk pada terapi yang diberikan rumah sakit dengan tujuan meliputi:

setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x 8 jam diaharapkan nyeri

teratasi, dengan kriteria hasil skala nyeri (1), frekuensi nyeri berkurang,

melaporkan nyeri berkurang, wajah tampak rileks. Penulis memilih tujuan

sesuai dengan kondisi pasien yang merasa nyeri, sedangkan rencana

keperawatan merujuk pada terapi yang diberikan rumah sakit dan

modifikasi NANDA, meliputi : lakukan pengkajian nyeri secara


70

komperhensif, lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, ajarkan teknik

nonfarmakologi (relaksasi distraksi). Penelitian oleh Mashudi, 2012.

Pada tanggal 17 juni 2017 penulis melakukan tindakan memberikan

terapi injeksi ketorolac 30 mg, ranitidine 50 mg untuk meredakan nyeri.

Pada tanggal 18 juni 2017 melakukan pengkajian nyeri secara

komperhensif. Pengkajian nyeri meliputi (P, Q, R, S, T), yaitu P (

Provoking incident) untuk menentukan faktor atau peirstiwa yang

mencetuskan keluhan nyeri, Q (quality of pain) menggambarkan seperti

apa rasa nyeri yang dirasakan pasien, R (region) untuk menentukan area

atau lokasi keluhan nyeri, apakah nyeri menyebar dan apakah nyeri

menjalar ke area yang lain, S (scale) seberapa jauh nyeri yang dirasakan

pasien, dan T (time) berapa lama nyeri berlangsung, kapan dan apakah

bertambah buruk pada siang hari atau malam hari (Saputra, 2012).

Didapatkan hasil tn. S mengatakan nyeri nya sudah berkurang,skala 2,

terasa di abdomen bagian bawah seperti tersayat, nyeri hilang timbul

kurang lebih berlangsung 1 menit. Tindakan keperawatan selanjutnya

adalah melakukan relaksasi distraksi, dan mengukur tanda-tanda vital

dengan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 36 0c, nadi 79x/menit dan

pernafasan 20x/menit.

Terapi non farmakologi seperti teknik relaksasi nafas dalam dan

distraksi merupakan salah satu metode manajemen nyeri disamping

metode TENS (Transcutaneus Electric Nerve Stimulation), biofeedback,

plasebo. Relaksasi nafas dalam merupakan kebebasan mental, dan fisik


71

dari ketegangan dan stress, karena dapat merubah persepsi kognitif, dan

motivasi efektif pasien. Teknik relaksasi membuat pasien dapat

mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau rasa nyeri, stres

fisik, dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2009). Teknik relaksasi nafas

dalam digunakan untuk menurunkan kecemasan dan ketegangan otot,

sehingga didapatkan penurunan denyut jantung, penurunan respirasi serta

penurunan ketegangan otot, sehingga nyeri akan berkurang. Teori lain

menyebutkan dengan merelaksasikan otot-otot yang mengalami spasme

yang disebabkan peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi

pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang

mengalami spasme dan iskemik (Prasetyo, 2010). Sedangkan distraksi

adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal lain di

luar nyeri, dengan demikian diharapkan dapat menurunkan

kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi

terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri

berdasarkan teori aktivasi retikuler, yaitu menghambat stimulus nyeri

ketika seseorang menerima masukan sensori yang cukup atau berlebihan,

sehingga menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri

berkurang atau tidak dirasakan oleh pasien). Stimulus sensori yang

menyenangkan akan merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus

nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang (Asmadi, 2008).

Evaluasi hari terakhir pada tanggal 18 juni 2017 pukul 13.00 WIB

didapatkan hasil: data subyektif : tn. S mengatakan nyeri nya sudah


72

berkurang,skala 2, terasa di abdomen bagian bawah seperti tersayat, nyeri

hilang timbul kurang lebih berlangsung 1 menit. Data obyektif : ekspresi

wajah tampak lebih tenang, tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 36 0c, nadi

79x/menit dan pernafasan 20x/menit. Masalah belum teratasi karena Tn. S

masih mengeluh nyeri.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi

Resiko infeksi adalah meningkatnya resiko seseorang terjangkit oleh

organisme patogen (NANDA 2009-2011, h. 355). Data pengkajian pada

tn. S didapat data obyektif, yaitu : terdapat luka operasi sepanjang 12 cm

dengan 6 jahitan di abdomen bawah tertutup kassa, terpasang cateter dan

irigasi, terpasang IVFD RL di tangan kanan, jumlah leukosit 15.300/ul,

tekanan darah 110/90mmHg, suhu tubuh 360c. Terdapat faktor resiko dari

resiko infeksi diantaranya :penyakit kronis, imunitas tidak adekuat,

kerusaan jaringan, adanya prosedur invasif , pengetahuan yang krang

untuk menghindari pajanan patogen, dan kerusakan jaringan (NANDA

2009-2011, h. 355).

Dari intervensi diatas tujuan yang ingin dicapai penulis untuk

mengatasi masalah resiko infeksi yaitu: diharapkan pasien terbebas dari

tanda dan gejala infeksi, menunjukan kemampuan untuk mencegah

terjadinya infeksi. Penulis menyusun perencanaan infection control dengan

tindakan diantaranya pantau keadaan umum dan observasi luka, rawat luka

dengan tindakan aseptik, beri terapi antibiotik, pantau tanda-tanda vital.


73

Pada tanggal 17 juni 2017 penulis melakukan tindakan keperawatan

perawatan luka, didapat hasil data obyektif yaitu : terdapat luka operasi

sepanjang 12 cm dengan 6 jahitan di abdomen bawah tertutup kassa,

terpasang irigasi dibagian luka operasi, tidak terdapat pus pada luka. Pada

tanggal 18 juni 2017 penulis melakukan tindakan keperawatan memberi

edukasi pada keluarga tentang cara cuci tangan menggunakan 6 langkah

dan melakukan perawatan luka.

Evaluasi terakhir pada tanggal 18 juni pukul 13.00 WIB di peroleh

data obyektif : terdapat luka operasi sepanjang 12 cm dengan 6 jahitan di

abdomen bawah tertutup kassa, tidak terdapat pus dan rembesan pada luka,

tidak ada tanda infeksi seperti kemerahan, panas, bengkak dan nyeri,

sehingga penulis menyimpulkan bahwa masalah resiko infeksi teratasi

ditandai dengan luka yang bersih dan bebas dari tanda infeksi.

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi

Defisiensi pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami ketidaktahuan secara kognitif atau keterampilan-keterampilan

psikomotor yang berhubungan dengan suatu kondisi kesehatan (Saputra,

2010). Dari data pengkajian didapatkan keluarga Tn. S belum mengetahui

cara perawatan dirumah, ditandai dengan keluarga tn. S banyak bertanya

tentang BH dan hal yang dilakukan ketika sudah berada dirumah.

Intervensi yang akan dilakukan untuk mengatasi defisiensi

pengetahuan adalah memberikan pendidikan kesehatan selama 1x 30

menit, diharapkan masalah defisiensi pengetahuan dapat teratasi, dengan


74

kriteria hasil : keluarga dapat menyebutkan definisi BPH, penyebab BPH,

dan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika sudah berada dirumah. Dengan

perencanaan asuhan keperawatan: bina hubungan saling percaya, berikan

informasi tentang masalah yang dihadapi menggunakan media, hindarkan

dari harapan kosong. salah satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan

atau pemeliharaan kesehatan yaitu keluarga berfungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga, namun

kenyataannya banyak keluarga yang tidak memiliki kemampuan merawat

anggota keluarga yang sakit, sehingga diperlukan intervensi pendidikan

kesehatan bagi keluarga, kurang lebih 75% dari pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata, sedang sisanya melalui indera yang lain.

Dengan menggunakan power point dan booklet, informasi yang

disampaikan melalui mata lebih banyak, sehingga informasi akan lebih

mudah diterima oleh keluarga (Notoatmojo, 2010).

Pada tanggal 18 juni 2017 penulis melakukan tindakan keperawatan

yaitu memberikan edukasi tentang BPH dengan media leaflet, memberi

kesempatan keluarga untuk bertanya dan memberikan reinforcement

positif atas pemahaman dari keluarga.

Evaluasi terakhir pada tanggal 18 juni 2017 pukul 13.00 WIB

didapatkan data subyektif : keluarga mengatakan mengerti tentang BPH

dan perawatan nya. Data obyektif : keluarga mampu menjelaskan kembali

teentang hal-hal yang perlu diperhatikan ketika sudah dirumah, sehingga

penulis menyimpulkan masalah keperawatan defisiensi pengetahuan


75

teratasi, ditandai dengan pemahaman keluarga tentang hal yang perlu

diperhatikan ketika sudah berada dirumah pada post operasi BPH.

Anda mungkin juga menyukai