Anda di halaman 1dari 12

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI INFEKSI

Menurut Khusuma & Nurarif (2006) NANDA menyatakan bahwa

resiko terhadap infeksi adalah mengalami peningkatan resiko terserangnya

organisme patogenik, dan oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa,

atau parasit yang lain) dari sumber eksternal.

Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang

mampu menyebabkan sakit. ( Potter & Perry, 2008 ).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit

pada saat pasien menjalani proses asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial

pada umumnya terjadi pada pasien yang dirawat di ruang, seperti : ruang

perawatan anak, ruang perawatan penyakit dalam, ruang perawatan

intensif, ruang perawatan isolasi, dan lain sebagainya. ( Darmadi, 2008).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang

terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam, dan tidak menunjukkan

tanda gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit. ( Brooker, 2008).

B. ETIOLOGI INFEKSI

Menurut Kozier ( 2011 ), penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori,

yaitu:

1. Bakteri
5

Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan

spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia, dan

dapat hidup di dalam tubuhnya. Bakteri bisa masuk antara lain :

melalui udara, tanah, air, makanan, cairan, jaringan tubuh, dan

benda mati lainnya.

2. Virus

Virus adalah parasit intrasel obligat yang bergantung pada

perangkat metabolik sel untuk berkembangbiak.

3. Parasit

Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok

parasit adalah : protozoa, cacing, dan arthropoda.

4. Fungi

Fungi terdiri dari ragi, dan jamur.

C. FAKTOR DAN KASUS YANG BERESIKO MENYEBABKAN

INFEKSI

Menurut Iwan ( 2008 ), faktor yang dapat meningkatkan resiko

terjadinya infeksi pada pasien adalah jumlah tenaga kesehatan yang sering

kontak langsung dengan pasien, jenis, jumlah prosedur invasif, lamanya

perawatan, dan terapi yang diterima pasien di rumah sakit.

Kasus-kasus yang beresiko terkena infeksi menurut Iwan ( 2008 ),

adalah bayi-bayi yang baru dilahirkan, wanita yang menyusui, orang

dengan kondisi kronis, seperti : diabetes, kanker, penyakit vaskular, dan

penyakit paru. Mereka yang dengan luka atau penyakit kulit, kateter
6

intravena, sayatan operasi, dan mereka yang mempunyai sistem imun yang

melemah mempunyai resiko peningkatan terjadinya infeksi.

D. MANIFESTASI KLINIK

1. Secara Umum

Menurut Zulkarnain ( 2009 ), tanda utama infeksi adalah

demam, suhu antara 96,8-100 0F atau 37-38 0C dianggap sebagai

rentang infeksi lokal, menunjukkan inflamasi ( kemerahan, nyeri

tekan, bengkak, dan hangat yang meningkat ) sebagai tambahan

menggigil dan hipotensi menjadi tanda infeksi.

2. Tanda dan gejala yang lazim terjadi pada infeksi, sebagai berikut :

a. Rubor

Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang

terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi

peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang

mensuplai darah ke daerah peradangan, sehingga lebih

banyak darah yang mengalir ke mikrosirkulasi lokal, dan

kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.

Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan

warna merah lokal karena peradangan akut.

b. Kalor

Kalor tejadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi

peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi

darah yang meningkat, sebab darah yang memiliki suhu 37


7

0
C disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang

lebih banyak daripada ke daerah normal.

c. Dolor

Perubahan Ph lokal atau konsentrasi lokal ion-ion

tertentu dapat merangsang ujung-ujung syaraf.

Pengeluaran zat seperti histamin atau bioaktif lainnya dapat

merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan oleh tekanan

meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.

d. Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan hipertermi, dan

sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-

sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.

( Smeltzer, 2002 ).

E. RANTAI INFEKSI

Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antara

berbagai faktor yang slaing mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir,

portal de exit, portal de entry, host, dan cara penularan.

AGEN INFEKSI

RESERVOIR
HOST

PORTAL DE ENTRY PORTAL DE EXIT

CARA PENYEBARAN
8

1. Agen Infeksi

Mikroorganisme yang termasuk agen infeksi antara lain : bakteri,

virus, jamur, dan protozoa. Mikroorganisme di kulit merupakan flora

transient maupun resident. Mikroorganisme transient normalnya ada

dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit.

Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang kontak langsung

dnegan objek atau ornaglain dalam aktivitas normal. Organisme ini

siap ditularkan kecuali dengan cuci tangan. Organisme resident tidak

mudah dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan detergen

biasa kecuali bila gosokan dilakukan secara seksama. Mikroorganisme

dapat menyebabkan infeksi tergantung pada : jumlah mikroorganisme,

virulensi ( kemampuan menyebarkan penyakit ), kemampuan untuk

masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dalam host.

Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap

agen infeksius. Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan

individu terhadap patogen. Makin virulen suatu organisme makin

besar kemungkinan kerentanan seseorang. Resistensi seseorang

terhadap agen infeksius ditingkatkan dengan vaksin.

2. Reservoir ( sumber mikroorganisme )

Sumber yang umum adalah mikroorganisme dalam tubuh klien,

tanaman, hewan, atau lingkungan umum. Individu paling sering

menjadi sumber infeksi bagi individu lain dan bagi mereka sendiri.

Sebagai contoh : individu yang memiliki virus influenza yang


9

seringkali menular. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia,

terutama di kulit, mukosa, cairan atau drainage. Adanya

mikroorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan

penyakit pada host nya, sehingga reservoir yang ada di dalamnya

terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan oranglain

menjadi sakit. Kuman dapat hidup dan berkembangbiak dalam

reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok dengan kuman.

Karakteristik tersebut adalah air, suhu, Ph, udara dan, pencahayaan.

3. Portal de entry ( portal masuk )

Sebelum mneginfeksi individu, mikroorganisme harus masuk ke

dalam tubuh individu tersebut. Kulit adalah bagian rentang terhadap

infeksi, namun adanya luka pada kulit merupakan tempat masuk

mikroorganisme. Mikroorganisme seringkali masuk ke dalam tubuh

inang dnegan jalan yang digunakan mikroorganisme tersebut

meninggalkan reservoir.

4. Portal de exit ( portal keluar)

Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan

berkembangbiak, mereka harus menemukan jalan ke luar jika mereka

masuk ke tubuh lain dan menyebabkan penyakit. Pintu keluar masuk

kuman dapatberupa saluran pencernaan, pernafasan, kulit, kelamin,

plasenta.

5. Cara penyebaran
10

Cara penyebaran bisa langsung maupun tidak langsung. Secara

langsung misalnya : darah atau cairan tubuh, dan hubungan kelamin.

Secara tidak langsung melalui : manusia, binatang, benda mati, dan

udara.

6. Host

Host biasanya manusia atau hewan yang sesuai dnegan kebutuhan

agent untuk bisa bertahan hidup dan berkembangbiak. Jadi apabila

ada agent tetapi tidak ada host, maka tidak akan terjadi infeksi.

( Kozier, 2011 ).

F. PENCEGAHAN INFEKSI

Menurut zulkarnain ( 2009 ), terdapat beberapa cara pencegahan

terhadap infeksi, yaitu :

1. Pencegahan primordial

Memerangi kemiskinan, sehingga kesehatan lingkungan dapat

diperbaiki dan penyakit infeksi dapat dicegah. Hal ini dapat

dilakukan dnegan memberi pelayanan dasar air bersih, sanitasi,

pemukiman, makanan yang snaiter, dan lain-lain.

2. Pencegahan primer

Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa

prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor resiko

terhadap penyakit infeksi. Adapun tindakan-tindakan yang

dilakukan dalam pencegahan primer, antara lain:


11

a. Meningkatkan daya tahan tubuh yang meliputi perbaikan

status gizi, status kesehatan umum, pemberian imunisasi,

pemberian ASI pada waktu lahir sampai beberapa bulan

sesudahnya. Bayi belum dapat membentuk kekebalan

sendiri secara sempurna sehingga ASI menjadi substansi

bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas

yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara

aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak

hanya menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan

alergi tetapi juga menstimulus perkembangan yang

memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI

memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi

tersebut, sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit,

terutama pada awal kehidupan.

b. Memodifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan,

dan perumahan, perbaikan dan peningkatan lingkungan

biologis, peningkatan lingkungan sosial seperti,kepadatan

rumah, hubungan antar individu, dan kehidupan sosial

masyarakat.

c. Mengurangi atau menghindari perilaku yang dapat

meningkatkan resiko penyebaran penyakit.

3. Pencegahan sekunder
12

Pencegahan tingkat ke-2 meliputi diagnosa, dan pengobatan

yang tepat agar penularan penyakit infeksius tidak menyebar. Pada

pencegahan sekunder sasaran nya adalah mereka yang baru terkena

penyakit infeksi.

4. Pencegahan tersier

Sasaran pencegahan tersier adalah penderita penyakit infeksi

dengan maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau

terjadi komplikasi. Bahaya yang dapat diakibatkan oleh penyakit

infeksi adalah kurnag gizi dan kematian. Penyakit infeksi dapat

mengakibatkan kurnag gizi dan memperburuk keadaan gizi yang

telah ada sebelumnya, hal ini terjadi karena selama sakit biasanya

penderita susah makan, dan tidka merasa lapar, sehingga asupan

gizi berkurang atau tidak ada sama sekali. Upaya yang dilakukan

dalam pencegahan tersier adalah usaha rehabilitasi untuk mencegah

terjadinya komplikasi akibat dari penyembuhan penyakit,

pencegahan dan penanggulangan penyakit penyakit menular.

G. TAHAP PENYEMBUHAN LUKA

Pada dasarnya proses penyembuhan luka ditandai dnegan proses

pembentukan atau anabolik. Setiap tahap penyembuhan luka akan melalui

3 tahapan yang dinamis, saling terkait, dan berkesinambungan, serta

tergantung pada tipe atau jenis dan derajat luka. Sehubungan dengan

adanya perubahan morfologik. Tahapan penyembuhan luka terdiri dari :

1. Fase inflamasi
13

Fase inflamasi terjadi pada hari ke 0-5. Pembuluh darah yang

terputus pada luka yang diderita tersebut akan menyebabkan

perdarahan, dan tubuh dalam hal ini akan berusaha menghentikan nya

dengan cara vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus,

dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang

keluar dari pembuluh darah saling melekat, dan bersama dengan

jalafibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari

pembuluh darah, sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast

dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang

meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan,

penyembuhan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang

menyebabkan oedema dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik

reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler

melebar( rubor), suhu hangat ( kalor ), rasa nyeri ( dolor ), dan

pembengkakan ( tumor ).

Aktivitas selular yang terjadi adalah pergerakan leukosit

menembus dinding pembuluh darah ( diapedesis ) menuju luka karena

daya kemoktasis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang

membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit

yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran

luka dan bakteri ( fagositosit ). Fase ini juga disebut fase lamban

karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya

dipertautkan oelh fibrin yang amat lemah.


14

2. Fase proliferasi

Fase ini terjadi pada hari ke 3-14, pada fase ini serat dibentuk dan

dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada

luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat

kontraktil miofbroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada

akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal.

Pada fase fibrosa ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen,

membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan yang berbenjol

halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari

sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah di isi oleh sel baru yang

terbentuk dari proses mitosis.

3. Fase maturasi

Fase ini berlangsung dari hari ke 7 sampai dengan 1 tahun. Akan

terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali

jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dnegan gaya gravitasi, dan

akhirnya jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung

berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah

lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi

abnormal karena proses penyembuhan, oedema dan sel radang diserap

kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisa nya mengerut sesuai

dnegan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan

parut yang pucat, tipis dan lemas, serta mudah digerakkan dari dasar,

terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhirnya perupaan luka


15

kulit mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit

normal, hal ini tercapai kira-kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.

( Jenie, 2008).

H. DEFINISI LUKA OPERASI

Anda mungkin juga menyukai