Anda di halaman 1dari 1

JUDUL….

Karya Doodle Art ini menggambarkan kerjasama antara pemerintah, tenaga kesehatan,
dan masyarakat yang ditunjukkan dengan langkah-langkah dalam menguatkan sistem pelayanan
keperawatan dalam pre-hospital care guna mengurangi angka kematian dan disabilitas di kasus
kegawatdaruratan. Karya terbagi menjadi 2 bagian yaitu sisi atas dan sisi bawah kertas. Objek
yang diambil pada sisi atas yaitu situasi kecelakaan. Terlihat ada korban yang berteriak meminta
tolong namun masyarakat yang menyaksikan kejadian itu merasa bingung, tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan, dan bahkan ada masyarakat yang hanya mengambil foto dari kejadian
tersebut. Sedangkan pada sisi bawah objek pertama yaitu pemerintah, tenaga kesehatan, dan
masyarakat yang berbaris dengan background tulisan “WHAT SHOLD WE DO?”. Hal ini
menggambarkan bahwa antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat harus bekerjasama
untuk mewujudkan sistem pelayanan keperawatan yang optimal dalam pre-hospital care.
Kedua, objek langkah-langkah yang bisa dilakukan. Menurut kerangka konsep “People
Centered Healthcare” dari WHO 2007, ada 4 bidang penting guna meningkatkan kualitas dan
keamanan kesehatan keperawatan, yaitu pasien (individu, keluarga, komunitas), sistem
kesehatan, tenaga kesehatan, dan organisasi pelayanan kesehatan. Permasalahan kegawatan pre-
hospital di Indonesia pada bidang pasien yaitu kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang pertolongan pertama kegawatan khsusunya di fase pre-hospital. Masalah ini
digambarkan oleh adanya penyuluhan masyarakat tentang pertolongan kegawatan pada fase pre-
hospital, contohnya penyuluhan tentang call center 119.
Permasalahan sistem kesehatan yaitu SPGDT sudah lama diimplementasikan di
Indonesia, namun kebanyakan pelayanan ambulan hanya berbasis di rumah sakit dan kurang
responsif. Menurut Pusponegoro (2016), kisaran waktu transpor pasien TKP sampai IGD yaitu
15 menit sampai 4 jam, dan bisa lebih lama. Padahal dibandingkan beberapa negara lain
mengharuskan ambulan ke tempat kejadian harus dalam waktu 4-6 menit, agar pasien dengan
masalah henti nafas dan henti jantung dapat diselamatkan (Pusponegoro & Sujudi, 2016).
Kemudian fasilitas pada ambulan puskesmas pada umumnya kurang lengkap (Suryanto et al.,
2018). Oleh karena itu, masalah tersebut dapat digambarkan oleh peningkatakn frekuensi
ambulan dan pelengkapan fasilitas ambulan. Kebijakan lainnya yaitu kurikulum keperawatan di
Indonesia pada pelayanan gawat darurat pre-hospital kurang sesuai sehingga dapat digambarkan
penambahan/ penyesuaian kuikulum sesuai dengan kondisi di lapangan.
Permsalahan pada bidang tenaga kesehatan yaitu kurangnya SDM tenaga kesehatan dan
kurangnya kompetensi serta pengetahuan tenaga kesehatan pre-hospital. Sehingga dapat
digambarkan oleh penambahan sdm tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan. Dengan
tercukupinya SDM tenaga kesehatan yang kompeten dapat menguatkan pelayanan kesehatan di
fase pre-hospital. Selanjutnya permasalahan pada organisasi pelayanan kesehatan yaitu
pelayanan pre-hospital di Indonesia kurang terorganisasi antara pusat dan pemerintahan lokal.
Sehingga pada setiap wilayah di Indonesia perlu dukungan dari pemerintah. Dukungan tersebut
dapat berupa penambahan frekuensi ambulan, dan pelengkapan fasilitas ambulan dengan alasan-
alasan yang sudah dijelaskan di atas.
……..

Anda mungkin juga menyukai