PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya
angka morbidity dan mortality di rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah
kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun negara maju. Saat ini, angka
kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan
rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya
angka kejadian infeksi nosokomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar
biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial sehingga pihakpenderita sangat
dirugikan (Darmadi, 2008).
Secara universal di seluruh dunia, 5%-10% pasien memperoleh infeksi
nosokomial, 20%-30% bagi pasien yang menjalani perawatan di unit perawatan
intensif (ICU) (Erasmus et al., 2010). Penelitian dari berbagai universitas di
Amerika Serikat menyebutkan bahwa pasien ICU mempunyai kekerapan infeksi
nosokomial 5-8 kali lebih tinggi.
Terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh banyak factor
(multifaktorial), baik faktor yang ada dalam diri penderita sendiri, maupun faktor
yang berada di sekitarnya. Setiap faktor-faktor tersebut hendaknya dicermati,
diwaspadai, dan dianggap berpotensi. Dengan mengenal factor faktor yang
berpengaruh merupakan modal awal upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial
1
1.1 RUMUSAN MASALAH
1.2 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
perawatan penyakit dalam,perawatan intensif, dan perawatan isolasi
(Darmadi,2008).
2.2 Etiologi Infeksi Nasokomial
Bakteri Persentase(%)
Enterobacteriaceae >40
S. aureus 11
Enterococcus 10
P. aeruginosa 9
Mikroorganisme Persentase(%)
S. aureus, Staphylococci koagulase
negatif,Enterococci 34
E. coli, P. aeruginosa, Enterobacter spp, &
K.pneumonia 32
C. difficile 17
4
Bakteri Gram negatif lain
(Acinetobacter,Citrobacter,Haemophilus) 7
3. Nosokomial Pneumonia
4. Nosokomial Bakteriemia
5
infeksi ini sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 50%. Infeksi ini dibagi
menjadi dua kategori utama:
a. Infeksi pembuluh darah primer(IADP), muncul tanpa adanya tanda infeksi
sebelumnya, dan berbeda dengan organisme yang ditemukan dibagian
tubuhnya yang lain.
b. Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme yang
sama dari sisi tubuh yang lain.
2.4 Cara Penularan Infeksi Nasokomial
Menurut WHO mekanisme transmisi patogen ke penjamu atau orang yang rentan
melalui tiga cara :
1. Transmisi dari flora normal pasien (endogenous infection)
Bakteri dapat hidup dan berkembang biak pada kondisi flora normal yang
dapat menyebabkan infeksi. Infeksi ini dapat terjadi bila sebagian flora
normal pasien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan, misalnya
infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter.
2. Transmisi dari flora pasien atau tenaga kesehatan (exogenous cross
infection)
6
dalam barang-barang seperti linen, perlengkapan dan persediaan yang
digunakan dalam perawatan atau perlengkapan rumah tangga, dalam
makanan, debu halus dantetesan yang dihasilkan pada saaat berbicara atau
batuk.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nasokomial
2. Faktor yang adadalam diri penderita seperti umur, jenis kelamin, kondisi
umum penderita, resiko terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai
beserta ko,plikasinya.
7
pengendalian infeksi dalam proses keperawatan. Perawat juga bertindak sebagai
pelaksana terdepan dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
nasokomial.
Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak dengan pasien, jenis dan
jumlah prosedur invasif, terapi yang diterima, lama perawatan, dan standar asuhan
keperawatan mempengaruhi resiko terinfeksi. Faktor standar asuhan keperawatan
yang mempengaruhi terjadinya infeksi nasokomial adalah klasifikasi dan jumlah
ketenagaan yang memiliki kemampuan dalam menjalankan dan mempraktikkan
teknik aseptik, peralatan dan obat yang sesuai, siap pakai dan cukup, ruang
perawatan yang secara fisik dan hygene yang memadai, aspel beban kerja dalam
pembagian jumlah penderita dengan tenaga keperawatan, dan jumlah pasien yang
dirawat.
8
4. Mengawasi pelaksanaan teknik pencegahan infeksi di daerah khusus
seperti ruang operasi, ruang perawatan intensif, ruang persalian dan ruang
bayi baru lahir.
3. Melapor pada dokter jika ada masalah terutama jika masalah adanya gejala
infeksi
9
6. Memastikan kepatuhan perawat terhadap peratutan pengendalian infeksi
lokal maupun nasional
2.Indikasi
a. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum dan sesudah melakukan
tindakan pada pasien, seperti memandikan pasien, mengganti balutan luka, kontak
10
dengan pasien selama pemeriksaan harian atau mengerjakan pekerjaan rutin
seperti membenahi tempat tidur.
b. Sebelum dan sesudah membuang wadah sputum, sekret ataupun darah.
c. Sebelum dan sesudah menangani peralatan pada pasien seperti infuse set,
kateter, kantung drain urine, tindakan operatif kecil dan peralatan pernafasan.
d. Sebelum dan sesudah ke kamar mandi.
e. Sebelum dan sesudah makan.
f. Pada saat tangan kotor.
g. Sebelum dan sesudah bertugas di sarana kesehatan.
3.Prosedur Standar
a.Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
b.Taruh sabun dibagian tengah tangan yang telah basah
c.Buat busa secukupnya
d.Gosok kedua tangan termasuk kuku dan sela jari selama 10-15 detik
e.Bilas kembali dengan air sampai bersih
f.Keringkan tangan dengan handuk atau kertas bersih atau tissu atau handuk katun
sekali pakai
g.Matikan kertas dengan tisu atau kertas
h.Pada cuci tangan aseptic diikuti larangan menyentuh permukaan tidak steril dan
penggunaan sarung tangan dan waktu untuk mencuci tangan antara 10-15 menit.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi nasokomial adalah infeksi yang didapat pasien di rumah sakit pada
saat pasien menjalani proses asuhan keperawatan. Infeksi nasokomial pada
umumnya terjadi pada pasien yang dirawat di ruang seperti di ruang anak,
perawatan penyakit dalam,perawatan intensif, dan perawatan isolasi. Dimana
penularannya melalui transmisi dari flora normal pasien (endogenous
infection),transmisi dari flora pasien atau tenaga kesehatan (exogenous cross
infection), transmisi dariflora lingkungan layanan kesehatan (endemic or epidemic
exogenous environmental infection) .
12
DAFTAR PUSTAKA
13