TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Pulmonary
2. Sistem Kardiovaskuler
c. Frekuensi Jantung
Tekanan vena sentral akan turun dalam trisemester ketiga hingga separuh
dari nilai sebelum hamil terjadi penumpukkan dan stasis darah vena.
Kompresi vena oleh uterus akan meningkatkan tekanan vena pelvis serta
periver dan kongesti darah vena dalam ekstermitas bawah, keadaan ini
bisa meningkatkan perdarahan dari edera jaringan lunak, fraktur pelvis,
dan bahkan cedera ringan pada ekstermitas bawah. Kompresi tersebut juga
dapat menimbulkan vena varikosa dan kram tungkai.
3. Sistem Hematologi
a. Volume Plasma
c. Leukositosis
d. Factor Koagulasi
4. Sistem Gastrointestinal
a. Dinding Abdomen
b. Isi Abdomen
5. Sistem urogenital
a. Kandung Kemih
3. Kekerasan Seksual
Lebih dari 5.700 kasus serangan seksual terhadap wanita yang terjadi di
Dallas Country selama 6 tahun, dan mendapatkan bahwa 2 % korban
adalah wanita hamil.Trauma fisik terkait lebih jarang dijumpai daripada
korban perkosaan yang tidak hamil, dan hanya sepertiga serangan terjadi
setelah kehamilan 20 minggu.Dari segi forensik, pengumpulan bukti tidak
mengalami perubahan. Dibandingkan dengan bukan korban, korban
perkosaan memperlihatkan peningkatan insidens penyakit menular
seksual, infeksi saluran kemih, vaginitis, pemakaian obat, dan rawat inap
berulang.
4. Kekerasan Fisik
Berupa tindakan seperti pemukulan, penyiksaan, dibebani kerja
berat.Kekerasan yang terjadi sekitar 7-11% dari wanita yang hamil.
Diperkirakan bahwa 5 juta wanita setiap tahun mengalami serangan fisik
oleh pasangan pria nya. Yang lebih mengerikan adalah bahwa wanita
hamil tidak kebal terhadap kekerasan semacam itu.Dalam sebuah survey
melalui surat baru-baru ini, Memastikan bahwa anggota ACOG secara
rutin menapis 27 % wanita tidak hamil untuk kekerasan rumah tangga
pada kunjungan pertama.Walaupun hanya sepertiga dari para dokter ini
yang pernah mendapat instruksi mengenai kekerasan rumah tangga saat
menjadi residen, dua pertiga telah belajar melalui pendidikan
berkelanjutan.Wanita yang mengalami penganiayaan fisik cenderung
dating terlambat untuk perawatan prenatal.Wanita yang mengalami
penganiayaan selama hamil juga beresiko lebih besar melahirkan bayi
berat lahir rendah serta menjalani seksio sesarea.
Faktor-faktor resiko untuk penganiayaan fisik pada kehamilan secara
umum dibagi menjadi tiga kategori yaitu Instabilitas Sosial mencakup
faktor-faktor seperti usia muda, tidak menikah, cerai, atau hidup terpisah,
tingkat pendidikan yang rendah atau menganggur dan kehamilan yang
tidak direncanakan. Gaya hidup yang tidak sehat mencakup diet yang
buruk, penyalahgunaan zat termasuk tembakau, alkohol, dan obat
terlarang, serta masalah emosi. Masalah kesehatan fisik mencakup
penyakit medis akut dan kronik serta penggunaan obat-obat dengan resep.
Sayangnya, wanita hamil yang teraniaya cenderung tetap tinggal bersama
penganiayaan, dan 60% melaporkan serangan fisik sebanyak dua kali atau
lebih selama hamil .
4. Serangan Langsung
Serangan langsung yang terjadi di abdomen bisa disebabkan dari
kekerasan yang dilakukan oleh orang terdekat.Memperlakukan wanita dengan
tidak layak merupakan resiko tinggi yang jarang diketahui.ACOG dan U.S
Preventive Services Task Force (USPSTF) merekomendasikan pemeriksaan
lengkap saat kekerasan dilakukan oleh orang terdekat. Setiap anggota keluarga
harus siap siaga terhadap kejadian yang menyerang bertubi-tubi dan akan
terjadi secara tepat dan tidak pasti. Serangan yang meluas dapat terjadi secara
bertubi-tubi pada ibu hamil dan menyerang abdomen dengan hantaman keras
dan tendangan.Perawatan prenatal meliputi pemeriksaan rutin saat terjadi
kekerasan yang dilakukan oleh orang terdekat dan identifikasi pasien harus
dilakukan.Pada pasien yang memiliki riwayat kekerasan yang dilakukan oleh
orang terdekat, pengkajian untuk keadaan depresi dan ingin mengakhiri hidup
harus dilakukan segera dan memprioritaskan keamanan pasien.
Indikator yang menjadi acuan ketika seseorang mengalami kekerasan
yang dilakukan oleh orang terdekat yaitu:
c. Berprilaku kasar
g. Menuntut orang terdekat untuk interview dan memeriksa serta memonopoli diskusi
5. Trauma Tumpul
Cedera intra-abdomen yang serius merupakan hal yang dikhawatirkan dan
mungkin berkaitan dengan peningkatan mencolok vaskularitas panggul dan
abdomen, perdarahan retroperitoneum lebih sering dijumpai dibandingkan dengan
pada wanita tidak hamil.Sebaliknya, cedera usus lebih jarang karena efek protektif
dari uterus yang berukuran besar.Mungkin juga terjadi cedera diafragma, lien, hati
dan ginjal (Flick dkk, 1999 ; Icely dan Chez, 1999).
2.3 WOC
Trauma minor
Merupakan trauma yang ringan yang terjadi pada kehamilan.Biasanya
disebabkan karena jatuh, pukulan langsung ke perut dan kecelakaan kendaraan
bermotor.Hal ini menyebabkan memar, laserasi dan konstusio.
Trauma mayor
Trauma sedang sampai dengan berat.Lebih sering menyebabkan kritis pada
kehamilan.Dampaknya dapat berupa patah pada tulang rusuk, patah tulang
panggul.Bahkan tidak jarang ibu hamil datang ke UGD sudah dalam kondisi
yang kritis.
1. Indikasi
a. Ruptur uteri
b. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada, misalnya pada
:
1) Atonia uteri
lainnya.
f. Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan kelainan darah.
g. Kanker leher rahim.
2. Kontraindikasi
a. Atelektasis
b. Luka infeksi
d. Tromoflebitis
e. Embolisme paru-paru.
Tanda yang utama adalah perdarahan vaginal, kontraksi rahim disertai dengan
keluarnya produk kehamilan.Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
ginekologis dan ultasonografi.Terapi tergantung kondisi klinis ibu dan hasil konsepsi,
secara umum tindakan kuretase cukup memadai. Trauma tumpul yang terjadi pada
umur kehamilan yang lebih tua bisa berakibat terjadinya
ruptur uterus, abruptio placentae, ketuban pecah dini, kelahiran preterm, kematian
ibu dan atau janin.
Tanda Gejala Trauma Fisik :
a. Adanya memar ,laserasi pada jaringan tubuh
b. Odeme,/pembengkakan daerah tertentu yang mengalami trauma/perlukaan.
c. Terjadi perdarahan, pecahnya ketuban, atau terjadinya kontraksi sebelum
waktunya.
d. Bisa saja terjadi syok neurologic,dan hipovolemic jika perdarahan tersebut tidak
segera ditangani.
e. Patah tulang/ fraktur, patah pada tulang rusuk, patah tulang
panggul.
Tanda Gejala Trauma Psikis :
a. Reaksi Cemas
Terjadinya takut,Cemas dan panic berlebihan ibu hamil pada hal-hal yang wajar.
terjadi di trimester 1 dalam kurun waktu yang singkat tanpa sebab yang jelas.
Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkanya karena
gejala klinik yang ada,sangat tidak spesifik (tremor,berdebar-debar,kaku
otot,gelisah,mudah lelah,insomnia)
Timbulnya gejala – gejala somatic akibat hiperaktifitas otonom
(palpitasi,sesak nifas,rasa dingin di telapak tangan,berkeringat,pusing,rasa
terganjal pada leher)
b. Reaksi Panik
Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang sangat hebat,terjadi dalam
periode yang relative singkat dan tanpa sebab sebab jelas.
Pasien mengeluhkan nafas sesak,telinga berdenging,jantung berdebar,mata
kabur,
Pemeriksaan fisik menunjukan gelisah dan ketakutan,muka pucat,pernapasan
pendek,takhikardia.
C. Reaksi hipersensitif
Ibu hamil menjadi lebih peka perasaanya seperti mudah tersinggung,
Mudah terpancing emosi marah,dan menangis
Kadangkala ibu lebih memilih menyendiri/
Akibat yang timbul dari sebuah trauma tergantung pada umur kehamilan,
jenis, intensitas (berat atau ringan) dan letak trauma. Trauma mayor dapat terjadi
karena beberapa kejadian seperti luka tusuk atau ledakan, luka tumpul yang keras
baik di luar regio abdomen maupun yang mengenai abdomen, pukulan yang
mengenai tulang belakang, luka bakar >20%, kecelakaan lalu lintas yang serius,
fraktur tulang panggul atau tulang panjang lebih dari dua. Keadaan seperti ini
sebagian besar terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian >3 meter,
terkena ledakan, atau terkena proyektil .Pada trauma minor perhatian utama adalah
pada kesejahteraan janin (fetal wellbeing). Bila rekaman kardiotokografi normal,
kondisi ibu stabil, tidak ada kontraksi, hasil pemeriksaan laboratrium juga dalam
batas normal, tidak ada perdarahan vaginal, tidak ada rembesan air ketuban maka ibu
dapat dipulangkan. Ibu harus segera dikonsutasikan dengan ahli obstetrik karena
risiko fetal demise, kelahiran prematur, placental abruption dan BBLR meningkat.
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga pelvis
serta
kreatinin darah.
6. Tes kehamilan
adenokarsinoma endometrium).
2.8 Penatalaksanaan
a. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan
sangatcermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter
bedah tidakmenganjurkan pencukuran pasien). Traktus intestinal dan kandung
kemih harusdikosongkan sebelum pasien dibawa keruang operasi untuk
mencegahkontaminasi dan cidera yang tidak sengaja pada kandung
kemih atau traktusintestinal.Edema dan pengirigasi antiseptic biasanya
diharuskan pada malam harisebelum hari pembedahan, pasien mendapat
sedative. Medikasi praoperasi yangdiberikan pada pagi hari pembedahan akan
membantu pasien rileks.
b. Postoperative
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Primary survey
3. Circulation( sirkulasi atau aliran darah ibu )jangan sampai menghambat vena
cava, posisikan untukmiring atau fowler. Juga yang perlu diwaspadai ialah
kontrol adanya problemperdarahan, karena memang perdarahan merupakan
angka kematian tertinggi untukkasus trauma pada wanita hamil.jika ada
perdarahan kita sebagai tenagakesehatan harus tanggap untuk segera memasang
infuse RL grojok,dan siapkantranfusi set untuk persiapan tranfusi darah jika
sewaktu-waktu dibutuhkan. Sertayang tidak kalah pentingnya adalah oksigenasi
set.Patokannya adalah dengan melakukan resusistasi atau menstabilkan
kondisisiibu seoptimal mungkin. Hal tersebut sudah akan menambah
jaminankeselamatanjanin dalam kandungan.
1. Uterus tumbuh dari berat 60-80 gram menjadi 900-1200 pada saat cukup
bulan .Ukuran organ ini akan membesar 10-20 kali lipat ukuran non-
gravid,kemudian tetap berada di dalam rongga pelvis sampai kehamilan berusia
12 minggu ketika uterus menjadi organ intra-abdomen.Ketik kehamilan berusia
20 minggu,fundus uteri sudah setinggi umbilikus pada kehamilan 36 minggu
mencapai tepi tulang iga(arkus kosta).Uterus merupakan organ dengan tekanan
yang pasif dan tanpa kemampuan autoregulasi.Vasokonstruksi pembuluh darah
uterus terjadi sebagai reaksi terhadap pelepasan katekolamin yang merupakan
mekanisme kompensasi pada awal renjatan.Vasokontruksi ini akan menimbulkan
penurunan aliran darah yang mencolok ke dalam tubuh janin,yaitu 20-
30%,sebelum perubahan pada tekanan darah ibu dapat terdeteksi.
2. Aliran darah uterus akan mengalami peningkatan yang mencolok (500%)dari
sebesar 2% curah jantung hingga mencapai kurang lebih-20% curah jantung atau
500-700ml/permenit pada kehamilan cukup bulan.Sebagai akibatnya,cedera pada
waktu hamil dapat menimbulkan kehilangan darah yang cepat dan berat.seluruh
volume darah akan beredar melalui uterus setap 8-11 menit sekali.
3. Placenta yang sdah mencapai maturitas berbentuk cakram dan pipih dengan
diameter sebesar 20 cm serta ketebalam 2,5 cm pada bagian tengahnya;beratna
mencapai-lebih 500 gram pada saat lahir. Placenta yang berada diantara sirkulasi
darah fetal dan maternal itu,berfungsi sebagai sumber hormon da memungkinkan
pengangkutan nutrien,zat-zat sisa,anti bodi,homon serta elektrolit. Obat-obatan
dan mikroorganisme infeksius dapat melintasi sawar placenta. Permukaan fetal
placenta tampak licin dan mengkilap karna adayna amnion dan korion yang
besambung dengan bagian tepi placenta dan membentuk kantong amnion.
Permukaan maternalnyaterlihat kasar dan menonjol membentuk 10-38 kotiledon
yang melekat pada dinding uterus. Pelepasan prematur satu atau lebih kotiledon
akan menimbulkan gawat janin dan hioksia janin(solusio placenta).
4. Funikulus umbilikalis (tali pusat) memiliki dua buah arteri dan satu vena
besar. Pembuluh arteri tersebut membawa darah yang tidak mengandung oksigen
dari janin ke placenta,sedangkan vena umbilikalis akan mengembalikan darah
yang sudah mengandung oksigen ke dalam tubuh janin. Pembuluh darah tersebut
dibungkus oleh jaringan ikat yang dinamakan wharton’s. Pada saat lahir,tali
pusat memiliki panjang 50 cm dan diameter 12 mm.selama perkembangan janin
tali pusat selalu kaku karena vena darah mengalir melaluinya. Jika aliran darah
ini tergantung oleh trauma atau kompresi,janin akan mengalami hipoksia dan
distres.
5. Kantong amnion atau kantong ketuban memberikan sebuah lingkungan yang
steril,dan mempertahankan suhu yang kostan bagi perkembangan
janin,mencegah pelekatan amnion pada embrio yang sedang
tumbuh,memungkinkan pertumbuhan janin yang simetris serta gerakan janin
yang bebas,berfungsi sebagai bantalan yang mengurangi gaya atau kekuatan
benturan pada janin. Dalam trimester ketiga,rasio antara ukuran janin dan
volume cairan amnion menurun sehingga meningkatkan insiden cedera pada
janin. Pada mulanya,kantong amnion berisi cairan yang diproduksi oleh dinding
selulernya,kendati sebagian besar cairan tersebut berasal dari darah maternal.
Pada kehamilan 37 minggu,terdapat kurang –lebih 1000 ml cairan yang bertukar
setiap 3 jam sekali melalui membran placenta. Janin memelan serta
mengabsorbsi sekitar 400 ml cairan amnion/hari dan pada kehamilan yang lanjut
akan mengekskresikan 500 ml urine/hari kedalam cairan amnion tersebut. Janin
yang mengalami distres akan mengekskresikan mekonium kedalam cairan
amnion sehingga cairan tersebut tampak berwarna hitam kecoklatan atau
memberikan penampakan seperti sup kacang polong.
2. Frekuensi pernafasan
3. Status jantung pembuluh dara
7. Nyeri abdomen
profesional biasanya
c. Manajemen Nyeri
Aktivitas :
Kaji secara
komphrehensif tentang
nyeri, meliputi: lokasi,
karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi,
kualitas,
intensitas/beratnya nyeri,
dan faktor-faktor
presipitasi
Observasi isyarat-isyarat
non verbal dari
ketidaknyamanan,
khususnya dalam
ketidakmampuan untuk
komunikasi secara
efektif
Berikan analgetik sesuai
dengan anjuran
Gunakan komunikasi
terapeutik agar pasien
dapat mengekspresikan
nyeri
Tentukan dampak dari
ekspresi nyeri terhadap
kualitas hidup: pola
tidur, nafsu makan,
aktifitas kognisi, mood,
relationship, pekerjaan,
tanggungjawab peran
Kaji pengalaman
individu terhadap
nyeri, keluarga dengan
nyeri kronis
Evaluasi tentang
keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri yang
telah digunakan
Berikan informasi
tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan
pencegahan
Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan (ex:
temperatur ruangan,
penyinaran, dll)
Ajarkan penggunaan
teknik non-farmakologi
(ex: relaksasi, guided
imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi panas-
dingin, massase, TENS,
hipnotis, terapi bermain,
terapi aktivitas,
akupresusure)
Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol
nyeri
Tingkatkan tidur/istirahat
yang cukup
Anjurkan pasien untuk
berdiskusi tentang
pengalaman nyeri secara
tepat
b. Pengaturan posisi
Aktivitas :
Aktivitas :
c. Perawatan luka
Aktivitas :
Monitor karakteristik
luka meliputi drainase,
warna, ukuran dan bau
Bersihkan luka dengan
NaCl (normal saline)
Pertahankan teknik steril
dalam perawatan luka
Inspeksi luka setiap
melakukan pergantian
dreesing
Bandingkan dan
laporkan adanya
perubahan pada luka
secara reguler
Atur posisi untuk
mencegah tekanan pada
daerah luka
Tingkatkan intake cairan
Ajarkan pada
pasien/anggota keluarga
tentang prosedur
perawatan luka
Ajarkan pada
pasien/anggota keluarga
tentang tanda dan gejala
infeksi
Dokumentasikan lokasi
luka, ukuran, dan
penampakannya.
4 Resiko syok Keseimbangan cairan Resusitasi cairan