Anda di halaman 1dari 16

1|Manajemen Pasien Safety Infeksi Nosokomial

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staff Rumah
Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999).
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss
atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapatkan penderita saat sedang


dirawat dirumah sakit dengan ditemukan tanda-tanda klinis dan tidak sedang
dalam masa inkubasi penyakit, tanda-tanda klinis infeksi yang timbul
setidaknya 3x24 jam sejak dirawat dirumah sakit dengan masa perawatan
pasien lebih lama. Infeksi merupakan keadaan dimana organisme parasit
masuk dan bertahan hidup pada penjamu (host) dan menimbulkan respon
inflamasi. Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired
infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di rumah sakit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Infeksi nosokomial ?
2. Apa penyebab infeksi nosokomial ?
3. Apa sumber infeksi nosokomial ?
4. Jelaskan rantai penularan infeksi nosokomial !
5. Jelaskan klasifikasi infeksi nosokomial !
6. Apa Jenis-jenis infeksi nosokomial ?
7. Apa Tidakan pada infeksi nosokomial ?
8. Bagaimana Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial ?
9. Apa Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial ?
2|Manajemen Pasien Safety Infeksi Nosokomial

10. Apa Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di


Rumah Sakit ?
11. Apa Hambatan dalam Pelaksanaan Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian Infeksi
nosokomial
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penyebab infeksi
nosokomial
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sumber infeksi nosokomial
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami rantai penularan infeksi
nosokomial
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami klasifikasi infeksi
nosokomial
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Jenis-jenis infeksi
nosokomial
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Tidakan pada infeksi
nosokomial
8. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial
9. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Strategi Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial
10. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit
11. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Hambatan dalam
Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial
3|Manajemen Pasien Safety Infeksi Nosokomial

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Infeksi Nosokomial

”Health-care Associated Infections (HAIs)” merupakan komplikasi yang


paling sering terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai
Infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai Infeksi di rumah sakit
”Hospital-Acquired Infections”.

Infeksi nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infections


(HAIs) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien di
rawat di rumah sakit (WHO, 2004).

HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi


yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan
empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan
lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit.

Sumber lain mendefinisikan infeksi nosokomial merupakan infeksi yang


terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setelah dirawat 2x24
jam. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam
masa inkubasi. Infeksi nosocomial bukan merupakan dampak dari infeksi
penyakit yang telah dideritanya. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
penunggu pasien merupakan kelompok yang paling berisiko terjadinya
infeksi nosokomial, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas
kesehatan, dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke
pasien (Husain, 2008).
4|Manajemen Pasien Safety Infeksi Nosokomial

2. Penyebab
A. Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia
rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam
mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena
banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
 karakteristik mikroorganism
 resistensi terhadap zat-zat antibiotika
 tingkat virulensi
 banyaknya materi infeksius

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit


dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau
disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous
infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih
disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya
melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril.
Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan
oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang
sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal.

B. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh
manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam
melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa
kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai
toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. Contohnya: Escherichia
coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara
sporadik maupun endemik. Contohnya :
5|Manajemen Pasien Safety Infeksi Nosokomial

 Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan


gangrene
 Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di
kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang,
jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten
terhadap antibiotic
 Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli,
Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali
ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di
saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini
bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit
 Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka
bekas jahitan, paru, dan peritoneum.

C. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan
dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial
virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak
tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV
ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute
penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi
gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah.
Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah
cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan
varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.

D. Parasit dan Jamur


Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan
mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit
dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat
6|Manajemen Pasien Safety Infeksi Nosokomial

immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus


spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.

3. Sumber
Sumber infeksi dapat berupa kuman, virus, protozoa dan parasite yang
etrdapat di alam. Bahkan manusia sehat juga penuh dengan kuman yang
dianggap normal. Untuk penderita yang imunokompromi, kuman normal pun
dapat menjadi pathogen karena daya tahan tubuh yang berkurang.
Uliyah (2006) menyebutkan terdapat bebrapa sumber infeksi
nosokomial, antara lain:
 Pasien
Pasien merupakan unsur utama terjadinya infeksi nosocomial yang
dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas kesehatan,
pengunjung ata benda dan alat kesehatan lainnya.

 Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak
langsung, yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.

 Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke
dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya yang didapat dari dalam
rumah sakit ke luar rumah sakit.

 Sumber lain
Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakitr
yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit, atau
alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas
kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.
7|Manajemen Pasien Safety Infeksi Nosokomial

 Penderita
Penderita selalu menjadi sasaran bibit penyakit karena biasanya
keadaan tubuh yang lemah. Langkah pertolongan yang diberikan rumah
sakit dalam perawatan penderita serba sulit karena perawatan yang kurang
akan melemahkan daya tahan penderita. Dalam pengendalian infeksi
nosocomial, penderita harus menjadi objek yang paling utama: to do the
patient no harm. Kita harus cepat dalam menanggulangi atau mencegah
infeksi dari luar maupun dari dalam. Keadaan yang paling optimal adalah
kalau penderita dirawat secara khusus seperti di isolasi atau dilayani
khusus oleh perawat tertentu.

4. Rantai Penularan
Rantai penularan infeksi perlu diketahui untuk mengetahui dan
melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Apabila mata
rantai dirusak atau dihilangkan maka infeksi dapat dicegah. Komponen yang
bisa menyebabkan infeksi nosokomial yaitu:10,3228
 Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Pada manusia mikroorganisme dapat disebabkan
berupa bakteri, virus, jamur, ricketsia dan parasit.
 Reservoir adalah tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh dan
berkembang biak dan siap ditularkan pada orang. Reservoir yang paling
umum adalah manusia, binatang, tumbuh tumbuhan, tanah, air dan bahan-
bahan organik lainnya serta dapat ditularkan melalui makanan atau air
yang tercemar.
 Pintu Keluar (portal of exit) adalah jalan darimana infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernapasan, pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membrane mukosa, transplasenta dan darah
serta cairan tubuh lain. Setelah mikroorganisme meninggalkan reservoir
harus ada lingkungan yang cocok untuk dapat hidup sampai menginfeksi
orang lain.
8|Manajemen Pasien Safety Infeksi Nosokomial

 Cara Penularan (Transmisi) adalah cara penularan mikroorganisme dari


reservoir ke penjamu (Host). Kontak transmisi yang paling sering terjadi
pada infeksi nosokomial. Ada beberapa cara penularan yaitu:
1. Transmisi langsung yaitu penularan langsung oleh mikroba patogen ke
pintu masuk yang sesuai dari pejamu, seperti memandikan pasien,
membalikkan pasien saat memberikan posisi dan menyentuh
permukaan tubuh pasien.
2. Transmisi tidak langsung yaitu penularan mikroba 29 patogen yang
memerlukan adanya “ media perantara “ seperti jarum, peralatan
instrument yang terkontaminasi, tangan terkontaminasi tidak cuci
tangan, dan pemakaian sarung tangan yang tidak diganti diantara
pasien.
3. Percikan (droplet transmission) yaitu penularan mikroorganismen
melalui batuk, bersin, berbicara dan saat melakukan tindakan khusus.
4. Airbone Transmisi (melalui udara), transmisi terjadi ketika
menghirupudara yang mengandung mikroorganisme patogen.
Mikroorganisme yang ditransmisikan melaui udara seperti
mycobacterium tuberculosis, rubella dan varicella virus.
5. Food Borne (makanan), transmisi mikroorganisme yang ditularkan
melalui makanan alat kesehatan dan peralatan yang terkontaminasi
mikroorganisme patogen.
6. Blood Borne (melalui darah) infeksi dapat berasal dari HIV, hepatitis B
dan C, melalui jarum suntik yang terkontaminasi.
 Pintu Masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu bisa
melalui saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
selaput lender serta kulit yang tidak utuh (luka)
 Pejamu (host) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau
penyakit.
9|Manajemen Pasien Safety Infeksi Nosokomial

5. Klasifikasi Infeksi Nosokomial


Beberapa klasifikasi infeksi nosokomial berdasarkan tempatnya adalah
sebagai berikut:
o Infeksi Silang (cross infection).
Infeksi yang didapatkan dari orang lain atau penderita lain yang dirawat di
rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung. Infeksi
ditularkan dari penderita atau petugas kesehatan ke penderita lainnya.
o Infeksi Lingkungan (environmental infection)
Keadaan lingkungan yang selalu dituduh sebagai penyebab infeksi
nosokomial. Infeksi ini disebabkan karena kuman yang terdapat pada
benda atau bahan yang bersifat tidak bernyawa dilingkungan rumah sakit
seperti lingkungan kotor di rumah sakit dan alat-alat pemeriksaan
kesehatan.
o Infeksi Sendiri (self infection, auto infection)
Infeksi yang paling sering disebabkan oleh kuman yang terdapat pada
penderita itu sendiri. Perpindahan kuman dapat terjadi secara langsung
ataupun melalui benda yang dipakai sendiri oleh penderita seperti: linen
(kain) dan pakaian atau gesekan tangan sendiri.

6. Jenis – Jenis Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien berpedoman dengan
menggunakan kriteria yang dikeluarkan oleh CDC Atlanta.
a. Infeksi Luka Operasi (ILO)
Infeksi yang terjadi pada daerah luka operasi, terdiri dari 2 jenis
infeksi yaitu infeksi insisi superfisial yang terjadi pada daerah insisi dalam
waktu 30 hari pasca bedah meliputi kulit, subkutan dan jaringan lain diatas
fascia,dan infeksi insisi profunda yang terjadi pada daerah insisi dalam
waktu 30 hari sampai dengan satu tahun pasca pembedahan meliputi
jaringan lunak yang dalam dari insisi. Proses fisiologis penyembuhan luka
harus bisa dipahami oleh perawat dalam melakukan pengkajian luka
bersadarkan pengetahuan integritas kulit dan pencegahan infeksi.
Terjadinya infeksi luka operasi merupakan bentuk kelalaian klinik yang
10 | M a n a j e m e n P a s i e n S a f e t y I n f e k s i N o s o k o m i a l

disebabkan oleh mikroba yang menyerang penderita yang didapat selama


dirawat di rumah sakit.35 Pencegahan infeksi pada pasien bedah sangat
diperlukan. Salah satu upaya pencegahannya adalah pemutusan
transmisi/penularan yang merupakan cara paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya tergantung dari kepetuhan
petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Faktor
ketidakpatuhan perawat dalam melakukan perawatan luka post operasi
bisa ditunjukkan dengan belum menggunakan prosedur dengan benar
dalam melakukan perawatan luka seperti: melakukan perawatan luka
dengan satu set medikasi yang digunakan bersama-sama untuk beberapa
pasien dumulai dari perawatan luka yang steril, bersih sampai dengan luka
yang kotor. Perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan
tindakan medikasi, dan perwat tidak memperhatikan tehnik steril seperti
tidak memakai hanscun dalam perawatan luka.

b. Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Infeksi yang didapat sewaktu pasien dirawat atau sesudah pasien
dirawat. Saat masuk rumah sakit pasien belum mengalami infeksi atau
tidak dalam masa inkubasi.

c. Infeksi Saluran Pernapasan/Pneumonia (VAP)


Infeksi saluran napas bagian bawah yang didapat penderita selama
dirawat di rumah sakit. Tindakan medis yang dapat menyebabkan infeksi
nosokomial yaitu pemberian enteral feeding, prosedur suction dan
penggunaan alat-alat ventilator.

d. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) / Phlebitis


Infeksi yang terjadi selama pasien dilakukan pemasangan infuse
saat pasien dirawat di rumah sakit.
11 | M a n a j e m e n P a s i e n S a f e t y I n f e k s i N o s o k o m i a l

7. Tindakan Pencegahan Infeksi


Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
 Aseptik yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan
sejumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun
benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
 Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh
lainnya.
 Dekontaminasi yaitu tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas
pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Dekontaminasi
merupakan langkah awal dan sangat penting dalam penanganan peralatan,
perlengkapan, sarung tangan, dan semua benda yang terkontaminasi.
Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan, dan sarung
tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur
bedah/tindakan pembedahan. Tujuan dekontaminasi yaitu membuat benda-
benda lebih aman saat ditangani oleh petugas pada saaat dilakukan
pembersihan. Benda yang sudah terkontaminasi harus segera dilakukan
dekontaminasi. Pelaksanaan dekontaminasi bisa dilakukan dengan cara
sesegera mungkin merendam peralatan yang terkontaminasi ke dalam
larutan klorin 0,5% selama kurang lebih 10 menit. Petugas kesehatan harus
menggunakan alat pelindung diri yang memadai (sarung tangan tebal)
untuk meminimalkan resiko pajanan terhadap lapisan mukosa dan kontak
parentral melalui bahan yang terkontaminasi.
 Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua kotoran yang kasat mata
seperti darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dengan
sabun atau diterjen, air dan sikat. Tujuan dari pencucian untuk mambantu
menurunkan mikroorganisme dari permukaan benda dan mempersiapkan
permukaan benda untuk kontak dengan desinfektan atau bahan sterilisasi
12 | M a n a j e m e n P a s i e n S a f e t y I n f e k s i N o s o k o m i a l

sehingga proses disinfeksi dan sterilisasi menjadi lebih efektif. Pencucian


haru dilakukan dengan bersih dan teliti sehingga zat lain dan kotoran yang
terkontaminasi benar hilang dari permukaan. Peralatan yang sudah
diberihkan, dicuci, dibilas dan dikeringkang sebelum dilakukan proses
lebih lanjut.
 Sterilisasi yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,
jamur, parasit, dan virus) termasuk bakteri endospore dari benda mati.
Sterilisasi bisa dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu sterilsasi
secara fisik dengan menggunakan pemanasan kering, uap panas
berketekanan, radiasi dan filtrasi. Sterilisasi kimiawi bisa menggunakan
gas etilen oksida, dan kimia cair. Setrilisasi dianggap sebagai cara yang
paling mudah, efektif dan aman untuk mengelola alat kesehatan yang
berhubungan langsung dengan darah atau jaringan dibawah kulit.
 Desinfeksi yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan
dengan merebus atau menggunakan larutan kimia. Tindakan ini dapat
menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri
endospora. Beberapa faktor yang memperngaruhi efektifitas desinfeksi
yaitu proses pencucian yang dilakukan, adanya zat organik, tingkat
pencemaran, jenis mikroorganisme pada alat kesehatan, sifat dan bentuk
alat, lamanya terpajan oleh desinfektan, suhun dan PH saat proses
berlangsung. Apabila sterilisasi tidak dapat dilakukan atau sterilisator tidak
tersedia alternatife pengelolaan alat kesehatan bisa menggunakan
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT). Proses tersebut bisa membunuh semua
mikroorganisme termasuk virus hepatitis B dan HIV akan tetapi tidak bisa
membunuh endospora. Pelaksanaan Desinfeksi tingkat tinggi bisa
dilakukan dengan merebus dalam air mendidih selama 20 menit,
merendalam dalam desinfektan kimia seperti glutaraldehid, formaldehid
8%, DTT dengan uap (Steamer).
13 | M a n a j e m e n P a s i e n S a f e t y I n f e k s i N o s o k o m i a l

8. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial


Ada tiga program pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit yaitu:
1. Adanya sistem surveilan yang mantap. Survailen suatu penyakit adalah
tindakan pengamatan yang sistematik, dan dilakukan terus menerus
terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi tertentu
dengan tujuan untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian.
Tujuan dari survailen adalah untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi
nosokomial. Keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial bukan
ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh
kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita
secara benar.
2. Adanya peraturan yang jelas, dan tegas serta dapat dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi. Adanya peraturan yang
jelas, dan tegas serta dapat dilaksanakan merupakan hal yang sangat
penting untuk dipatuhi. Peraturan ini merupakan standar yang harus
dijalankan setelah dimengerti semua petugas.
3. Adanya program pendidikan yang terus menerus bagi semua petugas
rumah sakit dengan tujuan mengembalikan sikap mental yang benar dalam
merawat penderita. Perubahan perilaku petugas kesehatan mempunyai
peran yang sangat membantu keberhasilan dalam penerapan dan
pengendalian infeksi. Perubahan perilaku seseorang memerlukan proses
belajar.

9. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial


Menurut Darmono Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Nosokomial yaitu:
1. Meningkatkan daya tahan pejamu dengan melakukan pemberian imunisasi
aktif maupun pasif dan penyuluhan kesehatan.
2. Menginaktivasi agen penyebab infeksi melalui metode fisik seperti
pemanasan/sterilisasi, memasak makanan seperlunya, dan melaui metode
kimiawi seperti klorinisasi air dan desinfeksi.
14 | M a n a j e m e n P a s i e n S a f e t y I n f e k s i N o s o k o m i a l

3. Memutus mata rantai penularan dengan cara melaksanakan prosedur yang


telah ditetapkan dalam suatu “isolation precautions“ Kewaspadaan isolasi
yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan cara penularan.
4. Mengantisipasi tindakan pencegahan pasca pajanan terhadap petugas
kesehatan yang berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang ditular
melalui darah dan cairan tubuh lainnya dan luka tusuk jarum bekas pakai.

10. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah


Sakit
Menurut Scheckler, program pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial yang efektif di rumah sakit yaitu:
1. Mengelola data dan informasi penting, termasuk survailens
2. Mengatur dan merekomendasikan kebijakan dan prosedur
3. Intervensi langsung untuk memutus transmisi penularan penyakit

11. Hambatan dalam Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi Nosokomial
1. Ketidak patuhan petugas rumah sakit terhdap kebijakan dan standar
operasional prosedur tentang pencegahan dan pengendalian infeksi
nosocomial.
2. Tidak cukup dana untuk menjamin ketersediaan sarana prasara untuk
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi
3. Tidak didukung oleh sumber daya manusia yang memenuhi kriteri yang
telah ditetapkan
4. Kurang komitmen dari pimpinan
15 | M a n a j e m e n P a s i e n S a f e t y I n f e k s i N o s o k o m i a l

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapatkan penderita saat sedang
dirawat dirumah sakit dengan ditemukan tanda-tanda klinis dan tidak sedang
dalam masa inkubasi penyakit, tanda-tanda klinis infeksi yang timbul
setidaknya 3x24 jam sejak dirawat dirumah sakit dengan masa perawatan
pasien lebih lama. Infeksi merupakan keadaan dimana organisme parasit
masuk dan bertahan hidup pada penjamu (host) dan menimbulkan respon
inflamasi. Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired
infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di rumah sakit.
Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial
Menurut Darmono Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Nosokomial yaitu:
1. Meningkatkan daya tahan pejamu dengan melakukan pemberian imunisasi
aktif maupun pasif dan penyuluhan kesehatan.
2. Menginaktivasi agen penyebab infeksi melalui metode fisik seperti
pemanasan/sterilisasi, memasak makanan seperlunya, dan melaui metode
kimiawi seperti klorinisasi air dan desinfeksi.
3. Memutus mata rantai penularan dengan cara melaksanakan prosedur yang
telah ditetapkan dalam suatu “isolation precautions“ Kewaspadaan isolasi
yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan cara penularan.
4. Mengantisipasi tindakan pencegahan pasca pajanan terhadap petugas
kesehatan yang berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang ditular
melalui darah dan cairan tubuh lainnya dan luka tusuk jarum bekas pakai.

B. SARAN
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini,
baik pembaca maupun penyusun dapat memahami tentang Manajemen safety
pada pasien infeksi nosokomial.
16 | M a n a j e m e n P a s i e n S a f e t y I n f e k s i N o s o k o m i a l

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai