Anda di halaman 1dari 20

KONSEP MANAJEMEN

INFEKSI NOSOKOMIAL

KELOMPOK 7:
1. MUTIA ILMI
2. JULIEX AMELATESA
3. NOVIA SURYA ARDILA
Definisi Infeksi Nosokomial
• Infeksi adalah proses dimana seseorang rentan
(susceptible) terkena invasi agen patogen atau infeksius
yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit.
Yang dimaksud agen bisa berupa bakteri, virus, ricketsia,
jamur, dan parasit. Penyakit menular atau infeksius
adalah penyakit tertentu yang dapat berpindah dari satu
orang ke orang lain baik secara langsung maupun tidak
langsung.
• Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos
yang artinya penyakit dan komeo yang artinya merawat.
Nosokomion berarti tempat untuk merawat/rumah sakit.
Jadi, infeksi nososkomial dapat diartikan sebagai infeksi
yang terjadi di rumah sakit. Infeksi Nosokomial adalah
infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat
dilakukan perawatan di rumah sakit.
• Penderita yang sedang dalam proses asuhan
perawatan di rumah sakit, baik dengan penyakit
dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit
dasar lebih dari satu, secara umum keadaan
umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya tahan
tubuh menurun. Hal ini akan mempermudah
terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman, virus
dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh
penderita yang sedang dalam proses asuhan
keperawatan dengan mudah. Infeksi yang terjadi
pada setiap penderita yang sedang dalam proses
asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial.
Batasan-Batasan Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired
infection” apabila memenuhi batasan / criteria sebagai
berikut:
1. Apabila padawaktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-
tanda klinik infeksi tersebut.
2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalammasa
inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-
kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat.
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi
sebelumnya.
5. Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda
infeksi, tetapiterbukti bahwa infeksi didapat penderita pada
waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan
sebagai indeksi nosokomial
Rantai penularan
• Pada penyakit infeksi dikenal adanya istilah rantai penularan
(chain of transmission), yaitu proses berpindah atau
meyebarnya mikroba patogen dari sumber penularan (resevoir)
kepejamu (calon penderita) melalui mekanisme penularan.Kita
dapat memutuskan rantai penularan dengan mengenal dan
mengetahui sumber penularan serta mekanisme penularan,
sehingga penularan tidak terjadi. Cara-cara memutusakan
rantai penularan dengan memerhatikan tiga unsur dari rantai
penularan itu sendiri.
1. Sumber penularan: dengan cara mengeliminasi, membuang,
menjauhkan, memasang barier.
2. Mekanisme transmisi: mengenal cara-cara penularan, media-
media perantara, dan agen antimikrobail.
3. Bejamu atau calon penderita: memperpendek waktu
pemaparan, memasang barier atau isolasi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial
Secara umum faktor yang mempengaruhi terjadinya nosokomial
terdiri atas 2 bagian besar, yaitu :
• Faktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan
tubuh dan kondisikondisi lokal)
• Faktor eksogen (lama penderita dirawat,kelompok yang
merawat, alat medis, serta lingkungan)
Untuk mudahnya bagaimana seorang pasien mendapat infeksi
nosokomial selama dirawat di RS dapat diringkas sebagai berikut:
1. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui dirinya sendiri
(auto infeksi)
2. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui petugas yang
merwat di RS
3. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui pasien-pasien yang
dirawat ditempat / ruangan yang samadi RS tersebut.
4. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui keluarga pasien
yang bekunjung kerumah sakit tersebut.
5. Pasien mendapat infeksi niosokomial melalui peralatan yang
dipakai dirumah sakit tersebut.
6. Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui peralatan
makanan yang disediakan rumah sakit ataupun yang
didapatnya dari luar rumah sakit.
7. Disamping ke-6 cara-cara terjadinya infeksi nosokomial
seperti yang dinyatakan diatas, maka faktor lingkungan tidak
kalah penting sebagai factor penunjang untuk terjadinya
infeksi nosokomial, faktor lingkungan tersebut adalah :
• Air
• Bahan yang harus di buang ( Disposial)
• Udara
Penyebab Infeksi Nosokomial
• Agen Infeksi
• Bakteri
• Virus
• Parasit dan jamur
• Faktor alat
Proses Penularan Infeksi Nosokomial
• Langsung
Antara pasien dan personel yang merawat atau
menjaga pasien
• Tidak langsung
a) obyek tidak bersemangat atau kondisi lemah
b) lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak
didesinfeksi atau sterilkan (Sebagai contoh
perawatan luka pasca operasi)
c) penularan cara droplet infection di mana kuman
dapat mencapai ke udara (air borne)
d) Penularan melalui vektor, yaitu penularan melalui
hewan atau serangga yang membawa kuman
Tanda dan gejala Infeksi
1. Demam
2. bernapas cepat,
3. kebingungan mental,
4. tekanan darah rendah,
5. urine output menurun,
6. pasien dengan urinary tract infection mungkin ada
rasa sakit ketika kencing dan darah dalam air seni
7. sel darah putih tinggi
8. radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan
bernapas dan ketidakmampuan untuk batuk.
9. infeksi : pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan
pada kulit atau luka di sekitar bedah atau luka
• Dampak Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial memberikan dampak sebagai
berikut :
1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan
dapat menyebabkan cacat yang permanen serta
kematian.
2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan
prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara
yang tidak mampu dengan meningkatkan lama
perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-
obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta
tuntutan hukum.
Upaya Pencegahan Penularan
kasus infeksi nasokomial yang bersumber pada rumah sakit
dan lingkungannya, dapat pula dicegah dan dikendalikan
dengan memperhatikan tiga sikap pokok berikut.
1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab para petugas
(medica provider) bahwa dirinya dapat menjadi sumber
penularan atau media perantara dalam setiap prosedur dan
tindakan medis (diagnosis dan terapi), sehingga dapat
menimbulkan terjaidnya infeksi nasokomial.
2. Selalu ingat akan metode mengeliminasi mikroba
patogen melalui tindakan aseptik, disinfeksi, dan sterilisasi.
3. Disetiap unit pelayanaan perawatan dan unit tindakan
medis, khususnya kamar operasi dan kamar bersalin, harus
terjaga mutu sanitasinya.
Tindakan Pencegahan
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan perlindungan diri
4. Menggunakan teknik aseptik
5. Memproses alat bekas pakai dengan baik
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkugan
Diagnosis Infeksi Nosokomial
Dokter dapat mencurigai seorang pasien terkena infeksi
nosokomial berdasarkan tanda-tanda atau gejala yang
dialaminya. Diagnosis infeksi nosokomial dipastikan
dengan menemukan bakteri penyebab dari tempat yang
dicurigai mengalami infeksi. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan mengambil sampel urine, dahak, darah, atau
cairan lainnya (misalnya cairan luka operasi) untuk
dibiakkan atau dikultur dalam sebuah medium untuk
melihat adanya pertumbuhan bakteri. Pemeriksaan
kultur ini juga dapat dilakukan untuk jamur, bila
dicurigai penyebab infeksi nosokomial adalah jamur.
Selain pemeriksaan kultur, untuk mendiagnosis
infeksi nosokomial juga didukung dari
pemeriksaan lain seperti:
1. Analisis urine dan USG saluran kemih untuk
mendeteksi terjadinya infeksi saluran kemih.
2. Foto Rontgen dada untuk mendeteksi
pneumonia.
Pengobatan Infeksi Nosokomial
Sambil menunggu hasil kultur bakteri, pengobatan
awal untuk infeksi nosokomial adalah pemberian
antibiotik secara empiris, yaitu pemberian antibiotik
yang tidak spesifik sebelum ada hasil dari kultur.
Biasanya diberikan antibiotik dengan kemampuan
luas yang dapat menyerang hampir seluruh jenis
bakteri. Setelah ada hasil pemeriksaan, pemberian
antibiotik akan disesuaikan dengan jenis bakteri
secara lebih spesifik. Antijamur maupun antivirus
juga dapat diberikan bila dicurigai penyebabnya dari
jamur atau virus.
Seluruh alat yang menempel pada tubuh dan
mengakibatkan infeksi seperti kateter, selang
napas, selang infus, atau lainnya bila
memungkinkan segera dicabut. Terapi suportif
seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat
untuk mengatasi demam dapat diberikan.
Prosedur operasi debridement dapat dilakukan
untuk infeksi pada luka operasi, dengan cara
memmotong atau mengangkat jaringan yang
tidak sehat.
Penatalaksanaan Asuha Keperawatan
Pada dasarnya setiap penderita yang sedang dirawat
diruangan/ bangsal perawatan maupun dapat terjangkit
infeksi nosokomial, namun intesitas perhatikan lebih banyak
ditujukan kepada :
• Ruang/bangsal perawatan anak.
• Ruang/bangsal perawatan menular.
• Ruang/bangsal perawatan khsusus.
• Ruang/bangsal perawatan intensif.
Perhatian yang lebih lanjut tertuju pada penderita-penderita
yang rentan, disamping faktor penyakit yang diderita oleh
penderita (penyakit dasar-underlying disease), juga terhadap
masalah keadaan umum penderita, yang secara keseluruhan
dapat memperburuk keadaan. Beberapa kondisi dapat
memburuk keadaan umum penderita antara lain:
• Umur rentan (balita, usia lanjut).
• Adanya komplikasi dari penyakit dasar.
• Penyakit lain yang ikut menyertai penyakit dasar
(multipatologi).
• Panjangnya perjalanan penyakit dasar, sebelum
penderita masuk kerumah sakit.
Contoh kondisi-kondisi di atas merupakan faktor
predisposisi penderita. Sebagai ilustrasi adanya
kerawanan yang memungkinkan terjangkitnya infeksi
nosokomial pada masing-masing ruangan/bangsal
perawatan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai