Anda di halaman 1dari 15

Latar Belakang

Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem


Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat
mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah
sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat
menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving.
Public Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana
publik/masyarakat yang merupakan perpaduan dari unsur pelayanan ambulans gawat darurat,
unsur pengamanan (kepolisian) dan unsur penyelamatan. PSC merupakan penanganan
pertama kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS untuk menjamin
respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan, sebelum
dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju. (Sumber :  http://buk.depkes.go.id-dalam-sistem-
penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-bencana,02-10-2012).

Undang undang penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007  dalam Bab I Tentang


ketentuan umum Pasal 1 Ayat (10),”Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan  yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana
dan pra sarana”.

Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam kedaan emergency ) sehari hari adalah hak
asasi manusia hak setiap orang dan merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh semua
orang. (Seri PPGD cetakan ketiga Depkes RI 2004).

Pemerintah dan segenap masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan


meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Sampai saat ini pelayanan kesehatan dan
kegawat daruratan (dalam kedaan emergency) belum menjadi bagian utama dari agenda
pembangunan kesehatan di lain pihak sebenaranya pelayanan kesehatan emergency sudah
dilaksanakan secara sporadik dan tidak terstruktur dalam sistem pelayanan kesehatan.

Maraknya bencana yang terjadi di Indonesia beberpa tahun terakhir baik bencana alam
maupun bencana karena ulah manusia disamping terjadinya kegawata daruratan sehari hari
yang makin meningkat naik kuantitas kualitas dan intensitas kejadian. Hal ini menyadarkan
perlunya menata pelayanan kesehatan emergency secara efktif effisien, dan terstruktur.
Penanganan penderita gawat darurat dapat terlaksana dengan baik bila sistem penaggulangan
penderita gawat darurat terpadu (SPGDT) yang meliputi pelayanan gawat darurat Pra RS,
samapi rumah sakir (IGD), HCU, (kamar jenazah dan antar rumah sakit telah terbentuk.

Komponen komponen penting dalam sistem sistem penanggulangan gawat darurat terpadu
yaitu :

1.      Komponen pra rumah sakit, komponen rumah sakit antar rumah sakit.

2.      Komponen penunjang : komunikasi dan transportasi

3.      Komponen sumber daya manusia : petugas kesehatan (dokter, Perawat)  dan SDM Non
Kesehatan (awam umum, awam khsusus, Polisi, PMK, PMI)

4.      Komponen sektor sektor (sektor Kesehatan, dan Non Kesehatan) .

Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) terbentuk bila ada komitmen Dari
semua unsur unsur yang terlibat baik lintas sektor terkait maupun lintas program serta
dukungan penuh dari masyarakat dan profesi terkait.

Dengan terbentuknya sistem penaggulangan gawat darurat tepadu sebagai unsur penting
dalam gerakan masyarakat sehat dan aman atau safe communyu.

B. Tujuan sistem penaggulangan gawat darurat terpadu.

1.      Didapatkannya pola pikir /persepsi tentang sistem penanggulangan gawat darurat


terpadu

2.      Diperolehnya  kesamaan pola tindak dalam sistem penanggulangan gawat darurat


terpadu kasus kasus gawat darurat dalam keadaan sehari hari maupun dalam keadaan
bencana.

C. Safe communyti

o   Safe communyti adalah keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh, dan masyarakat
untuk masyarakat. Pemerintah dan tekhnorat merupakan fasilitator dan pembina.

o   Bencana adalah kejadian yang menyebabkan terjadinya banyak korban (pasien gawat


darurat) yang tidak dapat dilayani oleh unit pelayanan kesehatan seperti biasa, terdapat
kerugian materiil dan terjadinay kerusakan infrastrujtur fisik serta tergagnungnya kegiatan
normal, dalam msayarakat.

o   Pasien gawat darurat adalah pasien yang berada dalam ancaman kematian dan
memerlukan pertolongan segera   

o   Sistem penanggulangan  gawat darurat terpadu adalah adalah sistem penanggulangan


pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan Pra RS, pelayanan rumah sakit,
pelayanan anatar rumah sakit, pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan
pada time saving is life and limb saving  yang elibatkan pelayanan oleh masyarakat wam
umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan aabulan gawat darurat, dan pealayan
komunikasi.

Gerakan safe communyti

1.      Meningkatkan rasa cita cinta bernegara demi terjalinnya kesatuan dan persatuan bangas,
dimana rasa sehat dan aman merupakan keutuhan perekat bangsa.

2.      Mengusakan peningkatan serta pendayaan sumber daya manudia, sarana, dan prasarana
yang ada gunanya menjamin rasa sehat aman, yang merupakan hak azasi manusia.

3.      Memasyarakatkan sistem peanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) sehari hari


dan bencana secara effektif dan effisien.

4.      Meningkatkan peran seta masyarakat dalam SPGDT melalui pendidikan dan pelatihan

5.      Membentuk Brigade GADAR yang terdiri dari komponen lintas sektor baik medk,
maupun non medik, berperan dalam pelaksanaan SPGDT dalam melibatkan peran seta
masyarakat.

6.      Dengan terlaksana butir butir diatas diharapakan tercapai keterpafuan anatara


pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan kedaan sehat dan aman bagi bangsa dan
negara Indonesia, Safet communyti menghadapi GADAR sehari hari maupun bencana.

7.      Terlaksananya SPGDT menjadi dasar menuju Indonesia sehat dan safe communyti,
dalam safe communyti terdapat nilai hakiki kemanusiaan, yang terdiri dari, keadaan
aman,   sehat, sejahtera, dan kedilan.

D. Visi dan Misi Safe Communyti.

Menjadikan gerakan masyarakat yang mampu melindungi masyarakat dalam kedaan


kedarutatan sehari hari dan melindungi masyarakat dalam kedaan situasi bencana maupun
dampak akibat bencana  sehingga tercipta perilaku masyakara dan lingkungan disekitranya
untuk situasi sehat dan aman.

E. Misi gerakan Safe Communyti

1.      Mendorong terciptanya gerakan masyarakat untuk menjadi sehat, aman dan sejahtera.


2.      Mendorong kerjasama lintas sektor dan program dalam gerakan mewujudkan
masyarakat sehat dan aman.

3.      Mengembangkan standar nasional dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatn

4.      Mengusahakan dukungan pendanaan bidang kesehatan dari pemerintah bantuan luar


negeri dan bantuan lain dalam rangka pemertaan dan perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan terutama dalam kedaan darurat.

5.      Menata sistem pendukung pelayanan kesehatan pra rumah skit dan pelaynan kesehatan
rumah sakit dan seluruh unit pelayanan kesehatan di Indonesia.

F.Nilai nilai dasar.

1.      Safe communyti meliputi aspek care (pencegahan, penyiagaan dan mitigasi)

2.      Equity adanya kebersamaan dan insitusi pemerintah, kelompok organisasi profesi, san
masyarakat dalam gerakan safe commmunyti

3.      Partnership menggalang kerjasama lintas sektor dan masarakat untuk mencapai tujuan
dalam geakan SC

4.      Net Working membangun suatu jaring kerjasama salam suatu sistem dengan melibatkan
seluruh potensi yang terlibat dalam gerakan SC

5.      Sharing memiliki rasa saling membutuhkan dan kebersamaan dalam memecahkan


segala permasalahan dalam gerakan SC  

  G. Tujuan dan Maksud Safe Communyti.

Memberikan pedoman buku bagi daerah dalam melaksanakan gerakan safe communyti agar
tercipta masyarakat sehat aman dan sejahtera.

Tujuan :

1.      Menggerakkan partisipasi masyakat dalam gerakan safe commnuty dan menata perilaku
masyakarat dan lingkungan menuju perlaku sehat dan aman.

2.      Membangun sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang dapat


diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat.

3.      Membangun respon masyakarat pada pelayanan kesehatan dalam kedaan gawat darurat
melalui pusat pelayanan kesehatan terpadu anatara lain PSC (public safe commnuty centre
dan ptensi penyiapan fasilitas kesehatan serta masyakata dalam mengajadpi benaca.

4.      Memperoleh respon time kegawatdaruratan untuk menghindar kematian dan kecataan


yang seharusnya tidak perlu terjadi.
 H..Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu.

1.      Tujuan SPGDT

·         Didapatkan kesamaan pola pikir / persepsi tentang SPGDT.

·         Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan kasus gawat darurat dalam
keadaan sehari-hari maupun bencana.

1.      SPGDT merupakan sebuah sistem yang merupakan koordinasi berbagi unit kerja (Multi
Sektor)  dan didukung berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk
menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita gawat darurat sehari hari maupun dalam
keadaan bencana.

2.      Dalam sistem pelayanan pra rumah sakit dilakukan dengan membentuk /mendirikan
public safety centre yiaitu unit jerja yang memberikan layanan umum terutama yang bersifat
emergency (perlupertolongan segera) selain layanan pra rumah sakit dilakukan dengan
membentuk satuan khusus dalam penanganan bencana dikenal dengan BSB (brigade Siaga
Bencana) pelayanan ambulan dan sub sistem komunikasi.

3.      Sistem pelayanan medik di rumah sakit  diperlukan sarana dan pra sarana IGD, HCU,
ICU, Kamar Jenazah, dan penunjang antara lain Radiologi, Laboratorium.

4.      Diperlukan juga Hospital disaster plan  perencanaan daru suatu rumah sakit untuk
menghadapi kejafian bencana.pelatihan dan simulasi, pembiayaan sangat penting.

1)         Sistem Pra RS Sehari-hari :

a.    PSC, Poskesdes. Didirikan masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda.

b.    BSB. Unit khusus pra RS. Pengorganisasian dijajaran kesehatan.

c.    Pelayanan Ambulans. Koordinasi dengan memanfaatkan ambulans setempat.

d.    Komunikasi. Koordinasi jejaring informasi.

e.    Pembinaan. Pelatihan peningkatan kemampuan.

1.a.Sistem Pra RS pada bencana :

a.     Koordinasi jadi komando. Efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan komando

b.    Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. SDM, fasilitas dan sumber daya lain.

c.     Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi.

d.    Pelaporan, monitoring, evaluasi. Laporan dengan sistematika yang disepakati.

2)      Sistim Intra RS
a.     Sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang

b.    Hospital Disaster Plan, bencana dari dalam dan luar RS.

c.     Transport intra RS.

d.    Pelatihan, simulasi dan koordinasi untuk peningkatan kemampuan SDM.

Pembiayaan dengan jumlah cukup

·         SOP Minimal RS :

Sehari-hari dan Bencana (Hosdip, Hospital Diasater Plan) :

a.         Kegawatan dengan ancaman kematian

b.         True emergency

c.         Korban massal

a.       Keracunan missal :, Khusus :Perkosaan, KDRT, child abused, Persalinan Tidak


Normal, Kegawatan

3)      Sistim ANTAR RS

a.       Jejaring berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.

b.      Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS .

c.       SIM (Manajemen Sistem Informasi). Untuk menghadapi kompleksitas permasalahan


dalam pelayanan.

d.      Koordinasi dalam pelayanan rujukan, diperlukan pemberian informasi keadaan pasien


dan pelayanan yang dibutuhkan.

2.      Evakuasi :

a.    Tata cara tertulis. Harus memiliki Peta geomedik, Kondisi pasien Stabil dan optimal pra
dan selama evakuasi hingga tujuan.

b.    Kriteria : Fisiologis / Anatomis

c.    Mekanisme :Tahu Tujuan dan Prinsip rujukan.ABC stabil,Immobilisasi,Mekanika


mengangkat pasien.

Sarana-prasarana Evakuasi Minimal :

a)      Alat / Bahan / Obat Bantuan Hidup Dasar

b)      Cervical collar / splint

c)      Short serta Long Spine Board


d)     Wheeled serta Scoop Stretcher

Jenis Evakuasi :

1)      Darurat :

a)        Lingkungan berbahaya (misal kebakaran).

b)        Ancaman jiwa (misal perlu tempat rata dan keras untuk RJP).

c)        Prioritas bagi pasien ancaman jiwa

2)      Segera :

a)      Ancaman jiwa, perlu penanganan segera.

b)      Pertolongan hanya bisa di RS (misal pernafasan tidak adekuat, syok).

c)      Lingkungan memperburuk kondisi pasien (hujan, dingin dll).

3)      Biasa :Tanpa ancaman jiwa, namun tetap memerlukan RS

HAL-HAL YANG DIATUR KHUSUS

1)        Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan medik dari RS rujukan.

2)        Protap pelayanan gawat-darurat di tempat umum.

3)        Pedoman pelaporan Penilaian Awal/Cepat (RAH).

SPGDT SEHARI-HARI.

Time Saving is Life Saving .Response Time sesingkat mungkin.Merujuk The Right Patient to


The Right Place in The Right Time.

Public Safety Center : (Dinegara tertentu dikenal sebagai 911 indonesia 119)

Dilandasi aspek time management sebagai implementasi time saving is life and


limbsaving yang mengandung unsur quick respons dan ketepatan. Unsur kecepatan
dipenuhioleh subsistem transportasi dan komunikasi, unsur ketepatan dipenuhi oleh
kemampuanmelakukan pertolongan. Pelayanan gratis. Di RS, berlaku sistem
pembayaran.Untuk skala desa : Poskesdes.

Peran Dirjen Yanmed Kemenkes RI :

1)      Kualitas pelayanan & fasilitas pelayanan.

2)      Promotif, kuratif dan rehabilitatif continuum. Pencegahan primer (health promotion dan


specific protection). Pencegahan sekunder berupa deteksi dini dan pengobatan serta
pembatasan cacad. Pencegahan tertier berupa rehabilitasi medik maksimal.

Yanmed dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik spesialistik


Kebijakan Depkes-Pelayanan :

1)        Pedoman sertifikasi teknologi.

2)        Pedoman penerapan, penapisan dan pengembangan teknologi dan etika.

3)        Standar akreditasi sarana, prasarana.

4)        Standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

5)        Penetapan pedoman pembiayaan.

Paradigma yanmed :

1)      Pergeseran orientasi dari professional driven menjadi client driven.

2)      Pelayanan medik terintegrasi, holistic-continuum.

3)      Evidence based medicine : fakta yang benar.

4)      Medicine by law. Industri pelayanan medik mengandung unsur ekonomi,


sosial,profesional. Undang-undang perlindungan konsumen tidak dapat diterapkan.

Kebijakan Depkes - PSC :

1)        Menyediakan pelayanan prima pra RS.

2)        Mengusahakan geomedic mapping (sumber daya sarana dan prasarana, lokasi


permasalahan : mempermudah koordinasi dan penggerakan sumberdaya kesehatandan non
kesehatan).

3)        Komunikasi dan transportasi.

4)        Koordinasi dengan polisi/SAR-PMK, BNPB, BPBD I, BPBD II.

Strategi bentuk-kembang PSC :

1)        Administrasi dan manajemen.Pengembangan visi, misi, strategi, kebijakan dan


langkah-langkah.

2)        SDM.Memacu perencanaan pengadaan, pemanfaatan serta pengembangannya

3)        Teknologi.Pengembangan teknologi medik dan non medik dan penunjangnya.

4)        Pembiayaan.Public goods, public private maupun private goods : sistem prabayar.

Kata kunci pembentukan PSC :

1)      Save community.

2)      Time saving is life and limb saving.

3)      Preparedness, prevention, mitigation, quick response dan rehabilitation.


4)      Administrasi-manajemen, SDM, teknologi dan pembiayaan.

TANGGAP DARURAT BENCANA

a.       Korban massal.

Korban relatif banyak akibat penyebab yang sama dan perlu pertolongan segera dengan
kebutuhan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang tersedia.Tanpa kerusakan infra
struktur.

b.      Bencana.

Mendadak / tidak terencana atau perlahan tapi berlanjut, berdampak pada pola kehidupan
normal atau ekosistem, diperlukan tindakan darurat dan luar biasa menolong dan
menyelamatkan korban dan lingkungannya. Korban banyak, dengan kerusakan infra struktur.

c.       Bencana kompleks.

Bencana disertai permusuhan yang luas, disertai ancaman keamanan serta arus pengungsian
luas. Korban banyak, kerusakan infra struktur, disertai ancaman keamanan.

d.      Masalah saat bencana :

1)   Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai tugas rutin lain

2)   Keterbatasan peralatan / sarana. Pusat pelayanan tidak disiapkan untuk jumlah korban
yang besar.

3)   Sistem Kesehatan. Belum disiapkan secara khusus untuk menghadapi bencana.

e.       Fase pada Disaster Cycle :

1)   Impact / bencana.

2)   Acute Response / tanggap segera.

3)   Recovery / Pemulihan.

4)   Development / Pembangunan.

5)   Prevention / Pencegahan.

6)   Mitigation / Pelunakan efek bencana.

7)   Preparedness / Menyiapkan masarakat.

f.       Fase Acute Response  :

1)   Acute emergency response: Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi


definitif.

2)   Emergency relief: Makanan minuman, tenda untuk korban “sehat”.


3)   Emergency rehabilitation: Perbaikan jalan, jembatan dan sarana dasar lain untuk
pertolongan korban.

g.      Prinsip Safety :

1)      Do no further harm.

2)      Safety diri saat respons kelokasi. Pengaman, rotator, sirine, persiapan pada kendaraan,
parkir 15 - 30 m dari lokasi

3)      Safety diri ditempat kejadian. Minimal berdua. Koordinasi, cara mengangkat pasien,


proteksi diri.

4)      Safety lingkungan. Waspada.

h.      Protokol Safety :

1)   Khusus. Atribut, tanda pengenal, perangkat komunikasi khusus tim, jaring kerjasama
dengan keamanan, hanya daerah yang dinyatakan aman.  Hindari, ambil jarak dengan
kendaraan keamanan, pakai kendaraan kesehatan / PMI.

2)   Umum. Koordinasi dengan instansi setempat, KIE netralitas, siapkan jalur penyelamat,
logistik cukup, kriteria kapan harus lari

i.        Tim Tanggap Darurat

Petugas yang pertama datang / berada dilokasi menentukan Petugas dan Area :

1)   RHA

2)   Komando / komunikasi / logistik

3)   Ekstrikasi

4)   Triase

5)   Tindakan

6)   Transportasi

j.        Initial Assessment

Penilaian cepat & selamatkan hidup :Persiapan, Triase, Survei Primer, Resusitasi, Survei
Sekunder, Monitor & Re-evaluasi pasca Resusitasi, Tindakan Definitif

k.      Kematian segera

Gagal oksigenasi organ vital, Cedera SSP masif, Keduanya merupakan penyebab kematian
yang dapat diprediksi

l.        Tingkat Respons
1)   Respons tingkat I : dapat diatasi sistem setempat (propinsi)

2)   Respons tingkat II : dapat diatasi sistem regional

3)   Respons tingkat III : tidak dapat diatasi sistem regional

m.    Posko Gadar Bencana :

1)   Penyediaan posko pelyanan kesehatan oleh petugas yang berhadapan langsung dengan
masyarakat. Perhatikan sarat-sarat mendirikan posko.

2)   Penyediaan dan pengelolaan obat.

3)   Penyediaan dan pengawasan makanan dan minuman.

3. RAPID HEALTH ASSESSMENT (RHA) :

a.       Pengertian :Penilaian kesehatan cepat melalui pengumpulan informasi cepat dengan


analisis besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan untuk tindakan
penanggulangan segera.

b.      Tujuan RHA :

Penilaian cepat sesaat setelah kejadian untuk mengukur besaran masalah, hasilnya berbentuk
rekomendasi untuk keputusan penanggulangan selanjutnya. Khususnya menilai : jenis
bencana, lokasi, penduduk terkena, dampak yang telah / akan terjadi, kerusakan sarana,
sumberdaya, kemampuan respons setempat.

c.       Penyusunan instrumen :

Berbeda untuk tiap jenis kejadian, namun harus jelas tujuan, metode, variabel data, kerangka
analisis, waktu pelaksanaan dan instrumen harus hanya variabel yang dibutuhkan.

d.      Ruang lingkup : Medis, epidemiologis, lingkungan.

e.       Variabel :

Lokasi, waktu, jumlah korban dan penyebaran, lokasi pengungsian, masalah kesehatan dan
dampaknya (jumlah tewas-luka, kerusakan sarana,  endemisitas setempat, potensi air bersih,
kesiapan sarana, ketersediaan logistik, upaya yang telah dilakukan, fasilitas evakuasi,
kesiapan tenaga, geografis, bantuan diperlukan, kemampuan respons setempat, hambatan).

f.       Pengumpulan data :

1)   Waktu : Tergantung jenis bencana.

2)   Lokasi : Lokasi bencana, daerah penampungan, daerah sekitar sebagai sumber daya.

3)   Pelaksana / Tim RHA : Medis, epidemiologi, kesling, bidan/perawat, sanitarian yang bisa


bekerjasama dan  mempunyai kapasitas mengambil keputusan.
g.      Metode RHA:Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi langsung.

h.      Analisis RHA : Diarahkan pada faktor risiko, penduduk yang berisiko, situasi penyakit
dan budaya lokal, potensi sumber daya lokal, agar diperoleh gambaran terkait.

i.        Gambaran yang diharap :

1)      Luasnya lokasi, hubungan transportasi dan komunikasi, kelancaran evakuasi, rujukan


dan pertolongan, dan pelayanan.

2)      Dampak kesehatan (epidemiologi).

3)      Potensi sarana . Potensi daerah terdekat.

4)      Potensi sumber daya  setempat & bantuan.

5)      Potensi sumber air dan sanitasi.

6)      Logistik. Yang ada dan yang diperlukan.

j.        Rekomendasi :

Berdasar analisis. Segera disampaikan pada yang berwenang mana yang bisa diatasi sendiri,
mana yang perlu bantuan : Obat-bahan-alat, tenaga medik-paramedik-surveilans-sanling,
pencegahan-immunisasi, makanan minuman, masalah sanling, kemungkinan KLB,
koordinasi, jalur komunikasi, jalur koordinasi, bantuan lain.

4.      Triase

Memilah berdasar beratnya kelainan.Menentukan prioritas siapa yang ditolong lebih


dulu.Oleh petugas pertama tiba / berada ditempat. Untuk memudahkan survei
primer  dilakukan pada bencana / pra RS, sumber daya terbatas dengan cara tagging /
pelabelan / pemasangan pita warna, ditulis, dll.

a.         Prioritas hasil triase

0 =  hitam / deceased : fatal / tewas.

I  =  merah / immediate : perlu tindakan & transport segera untuk tetap hidup.

       II =  kuning / delayed : tak akan segera mati.

       III= hijau / minor : walking wounded.

b.        Jenis Triase

1)      METTAG : tagging, resusitasi ditempat  (lapangan / UGD).

2)      START : RPM 30 detik, tagging, resusitasi di ambulans.


3)      Umumnya kombinasi keduanya : RPM 30”, tagging, resusitasi di ambulans atau
lapangan, sesuai sarana & tenaga yang ada.

c. Algoritma Sistem START

5.      GEOMEDIC MAPPING

Manfaat :Keterpaduan konsep penyusunan pelayanan kesehatan dalam


bencana, Memudahkan mobilisasi sumberdaya (SDM, logistik medik, ambulans)

Tujuan penyusunan map

1)      Umum : Gambaran kekuatan sumberdaya (SDM, sarana-prasarana, fasilitas


kesehatan)dan lokasi potensi bencana untuk menunjamg SPGDT.

2)      Khusus :

a.       Identifikasi kekuatan dalam upaya preparednes

b.      Mengetahui Potensi bencana dan penanggulangannya

c.       Dapat mengambil langkah sesuai potensi yang ada

d.      Pedoman pada gawat darurat bencana

Kandungan map :

1)   Resource map : informasi sumber daya

2)   Hazard map : informasi jenis dan karakter hazard

3)   Vulnerability map : distribusi elemen masyarakat yang terancam

4)   Community & environtmental map : informasi mengenai komunitas

Prinsip mapping :

1)   Potensi ancaman gawat darurat

2)   Bagaimana penanggulangan potensi saat ini dan yang akan datang

3)   Simbol seragam agar tidak terjadi miskomunikasi

4)   Didistribusikan dan disosialisasikan

5)   Termasuk sarana transport dan komunikasi

6)   Tentukan koordinator intra dan lintas sektor serta pusat informasi bersama

7)   Tentukan kerjasama didaerah perbatasan


8)   Perbaharui setiap 6 bulan

9)   Perlu komitmen pihak terkait dalam kerjasama lintas sektor

6.      KOMUNIKASI PPGD :

Latar Belakang :KonsepTime saving is life & limb saving, adanya peningkatan kasus gawat
darurat, Perubahan epidemiologi penyakit, Potensi bencana yang tinggi, Kondisi geografis
kepulauan dll. Penghubung fase SPGDT (Pra, Intra dan Antar RS)

Manfaat :

1.    PPGD S/B (rujukan, konsultasi, pengetahuan, multi sektor dini)

2.    Mengatasi rasa terisolasi/tidak aman petugas

Masalah Pemilihan Perangkat keras Komunikasi :

1.    Fasilitas tidak memadai/merata dan tidak dijamin bebas gangguan

2.    Toleransi minimal kasus gawat darurat bila ada hambatan komunikasi

Pilihan:

1.    Utama: Fasilitas telekomunikasi umum

2.    Cadangan: Radio. Menjadi pilihan utama bila fasilitas telepon tidak ada

a.       Fasilitas umum gagal

b.      Dapat menghubungkan titik pelayanan terendah hingga teringgi

c.       Dapat mengatasi keadaan terburuk dari segi teknis

Prosedur Komunikasi Radio:

1.    Mengenal perangkat

2.    Mampu menyiapkan perangkat

3.    Pedoman berbicara serta tatacara berkomunikasi

Sistem Komunikasi PPGD:

1.    Jenis jaringan :Intra sektor sistem tertutup, lintas sektor sistem terbuka, sistem penunjang

2.    Bentuk jaringan :Intra Tim, lokal, regional, nasional

3.    Aspek Muatan : Gawat darurat : S/B/KLB; Normal : rujukan program, alat

4.    Aspek Teknis : Hardware sesuai, software Network, pelaporan, logbook, kode

5.    Pengembangan Teknis : Inter/intranet, teleconference, video-phone


6.    Aspek Pengembangan SDM : Perorangan : Teknis, prosedur, kemampuan koordinasi,
pelaporan

ASPEK LEGAL PELAYANAN GAWAT DARURAT - SAFE COMMUNITY

1.    Konsep/program PBB/WHO

2.    UU Kesehatan Np. 23/1992

3.    UU Kepolisian Negara RI No. 2/2002

4.    UU Penanggulangan Bencana No. 24/2007

5.    Peraturan Ka. BNPB No. 3/2008

6.    Perda Penanggulangan Bencana No. 5/2007

7.    Charitable immunity & Medical Necessity

8.    dll.

PENUTUP :

Indonesia : Super market bencana. Sistem Komando berdasar SPGDT S/B. Perlu
pengetahuan sempurna dan tingkatkan keterampilan dengan pelatihan untukberbagai jenis
bencana / kegawat-daruratan medis

Anda mungkin juga menyukai