Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam kedaan emergency ) sehari hari adalah hak
asasi manusia hak setiap orang dan merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh semua
orang. (Seri PPGD cetakan ketiga Depkes RI 2004).
Maraknya bencana yang terjadi di Indonesia beberpa tahun terakhir baik bencana alam
maupun bencana karena ulah manusia disamping terjadinya kegawata daruratan sehari hari
yang makin meningkat naik kuantitas kualitas dan intensitas kejadian. Hal ini menyadarkan
perlunya menata pelayanan kesehatan emergency secara efktif effisien, dan terstruktur.
Penanganan penderita gawat darurat dapat terlaksana dengan baik bila sistem penaggulangan
penderita gawat darurat terpadu (SPGDT) yang meliputi pelayanan gawat darurat Pra RS,
samapi rumah sakir (IGD), HCU, (kamar jenazah dan antar rumah sakit telah terbentuk.
Komponen komponen penting dalam sistem sistem penanggulangan gawat darurat terpadu
yaitu :
1. Komponen pra rumah sakit, komponen rumah sakit antar rumah sakit.
3. Komponen sumber daya manusia : petugas kesehatan (dokter, Perawat) dan SDM Non
Kesehatan (awam umum, awam khsusus, Polisi, PMK, PMI)
Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) terbentuk bila ada komitmen Dari
semua unsur unsur yang terlibat baik lintas sektor terkait maupun lintas program serta
dukungan penuh dari masyarakat dan profesi terkait.
Dengan terbentuknya sistem penaggulangan gawat darurat tepadu sebagai unsur penting
dalam gerakan masyarakat sehat dan aman atau safe communyu.
C. Safe communyti
o Safe communyti adalah keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh, dan masyarakat
untuk masyarakat. Pemerintah dan tekhnorat merupakan fasilitator dan pembina.
o Pasien gawat darurat adalah pasien yang berada dalam ancaman kematian dan
memerlukan pertolongan segera
1. Meningkatkan rasa cita cinta bernegara demi terjalinnya kesatuan dan persatuan bangas,
dimana rasa sehat dan aman merupakan keutuhan perekat bangsa.
2. Mengusakan peningkatan serta pendayaan sumber daya manudia, sarana, dan prasarana
yang ada gunanya menjamin rasa sehat aman, yang merupakan hak azasi manusia.
4. Meningkatkan peran seta masyarakat dalam SPGDT melalui pendidikan dan pelatihan
5. Membentuk Brigade GADAR yang terdiri dari komponen lintas sektor baik medk,
maupun non medik, berperan dalam pelaksanaan SPGDT dalam melibatkan peran seta
masyarakat.
7. Terlaksananya SPGDT menjadi dasar menuju Indonesia sehat dan safe communyti,
dalam safe communyti terdapat nilai hakiki kemanusiaan, yang terdiri dari, keadaan
aman, sehat, sejahtera, dan kedilan.
5. Menata sistem pendukung pelayanan kesehatan pra rumah skit dan pelaynan kesehatan
rumah sakit dan seluruh unit pelayanan kesehatan di Indonesia.
2. Equity adanya kebersamaan dan insitusi pemerintah, kelompok organisasi profesi, san
masyarakat dalam gerakan safe commmunyti
3. Partnership menggalang kerjasama lintas sektor dan masarakat untuk mencapai tujuan
dalam geakan SC
4. Net Working membangun suatu jaring kerjasama salam suatu sistem dengan melibatkan
seluruh potensi yang terlibat dalam gerakan SC
Memberikan pedoman buku bagi daerah dalam melaksanakan gerakan safe communyti agar
tercipta masyarakat sehat aman dan sejahtera.
Tujuan :
1. Menggerakkan partisipasi masyakat dalam gerakan safe commnuty dan menata perilaku
masyakarat dan lingkungan menuju perlaku sehat dan aman.
3. Membangun respon masyakarat pada pelayanan kesehatan dalam kedaan gawat darurat
melalui pusat pelayanan kesehatan terpadu anatara lain PSC (public safe commnuty centre
dan ptensi penyiapan fasilitas kesehatan serta masyakata dalam mengajadpi benaca.
1. Tujuan SPGDT
· Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan kasus gawat darurat dalam
keadaan sehari-hari maupun bencana.
1. SPGDT merupakan sebuah sistem yang merupakan koordinasi berbagi unit kerja (Multi
Sektor) dan didukung berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk
menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita gawat darurat sehari hari maupun dalam
keadaan bencana.
2. Dalam sistem pelayanan pra rumah sakit dilakukan dengan membentuk /mendirikan
public safety centre yiaitu unit jerja yang memberikan layanan umum terutama yang bersifat
emergency (perlupertolongan segera) selain layanan pra rumah sakit dilakukan dengan
membentuk satuan khusus dalam penanganan bencana dikenal dengan BSB (brigade Siaga
Bencana) pelayanan ambulan dan sub sistem komunikasi.
3. Sistem pelayanan medik di rumah sakit diperlukan sarana dan pra sarana IGD, HCU,
ICU, Kamar Jenazah, dan penunjang antara lain Radiologi, Laboratorium.
4. Diperlukan juga Hospital disaster plan perencanaan daru suatu rumah sakit untuk
menghadapi kejafian bencana.pelatihan dan simulasi, pembiayaan sangat penting.
a. Koordinasi jadi komando. Efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan komando
b. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. SDM, fasilitas dan sumber daya lain.
c. Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi.
2) Sistim Intra RS
a. Sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang
· SOP Minimal RS :
b. True emergency
c. Korban massal
3) Sistim ANTAR RS
2. Evakuasi :
a. Tata cara tertulis. Harus memiliki Peta geomedik, Kondisi pasien Stabil dan optimal pra
dan selama evakuasi hingga tujuan.
Jenis Evakuasi :
1) Darurat :
b) Ancaman jiwa (misal perlu tempat rata dan keras untuk RJP).
2) Segera :
SPGDT SEHARI-HARI.
Public Safety Center : (Dinegara tertentu dikenal sebagai 911 indonesia 119)
Paradigma yanmed :
1) Save community.
a. Korban massal.
Korban relatif banyak akibat penyebab yang sama dan perlu pertolongan segera dengan
kebutuhan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang tersedia.Tanpa kerusakan infra
struktur.
b. Bencana.
Mendadak / tidak terencana atau perlahan tapi berlanjut, berdampak pada pola kehidupan
normal atau ekosistem, diperlukan tindakan darurat dan luar biasa menolong dan
menyelamatkan korban dan lingkungannya. Korban banyak, dengan kerusakan infra struktur.
c. Bencana kompleks.
Bencana disertai permusuhan yang luas, disertai ancaman keamanan serta arus pengungsian
luas. Korban banyak, kerusakan infra struktur, disertai ancaman keamanan.
1) Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai tugas rutin lain
2) Keterbatasan peralatan / sarana. Pusat pelayanan tidak disiapkan untuk jumlah korban
yang besar.
1) Impact / bencana.
3) Recovery / Pemulihan.
4) Development / Pembangunan.
5) Prevention / Pencegahan.
g. Prinsip Safety :
2) Safety diri saat respons kelokasi. Pengaman, rotator, sirine, persiapan pada kendaraan,
parkir 15 - 30 m dari lokasi
4) Safety lingkungan. Waspada.
h. Protokol Safety :
1) Khusus. Atribut, tanda pengenal, perangkat komunikasi khusus tim, jaring kerjasama
dengan keamanan, hanya daerah yang dinyatakan aman. Hindari, ambil jarak dengan
kendaraan keamanan, pakai kendaraan kesehatan / PMI.
2) Umum. Koordinasi dengan instansi setempat, KIE netralitas, siapkan jalur penyelamat,
logistik cukup, kriteria kapan harus lari
Petugas yang pertama datang / berada dilokasi menentukan Petugas dan Area :
1) RHA
3) Ekstrikasi
4) Triase
5) Tindakan
6) Transportasi
j. Initial Assessment
Penilaian cepat & selamatkan hidup :Persiapan, Triase, Survei Primer, Resusitasi, Survei
Sekunder, Monitor & Re-evaluasi pasca Resusitasi, Tindakan Definitif
k. Kematian segera
Gagal oksigenasi organ vital, Cedera SSP masif, Keduanya merupakan penyebab kematian
yang dapat diprediksi
l. Tingkat Respons
1) Respons tingkat I : dapat diatasi sistem setempat (propinsi)
1) Penyediaan posko pelyanan kesehatan oleh petugas yang berhadapan langsung dengan
masyarakat. Perhatikan sarat-sarat mendirikan posko.
b. Tujuan RHA :
Penilaian cepat sesaat setelah kejadian untuk mengukur besaran masalah, hasilnya berbentuk
rekomendasi untuk keputusan penanggulangan selanjutnya. Khususnya menilai : jenis
bencana, lokasi, penduduk terkena, dampak yang telah / akan terjadi, kerusakan sarana,
sumberdaya, kemampuan respons setempat.
c. Penyusunan instrumen :
Berbeda untuk tiap jenis kejadian, namun harus jelas tujuan, metode, variabel data, kerangka
analisis, waktu pelaksanaan dan instrumen harus hanya variabel yang dibutuhkan.
e. Variabel :
Lokasi, waktu, jumlah korban dan penyebaran, lokasi pengungsian, masalah kesehatan dan
dampaknya (jumlah tewas-luka, kerusakan sarana, endemisitas setempat, potensi air bersih,
kesiapan sarana, ketersediaan logistik, upaya yang telah dilakukan, fasilitas evakuasi,
kesiapan tenaga, geografis, bantuan diperlukan, kemampuan respons setempat, hambatan).
f. Pengumpulan data :
2) Lokasi : Lokasi bencana, daerah penampungan, daerah sekitar sebagai sumber daya.
h. Analisis RHA : Diarahkan pada faktor risiko, penduduk yang berisiko, situasi penyakit
dan budaya lokal, potensi sumber daya lokal, agar diperoleh gambaran terkait.
j. Rekomendasi :
Berdasar analisis. Segera disampaikan pada yang berwenang mana yang bisa diatasi sendiri,
mana yang perlu bantuan : Obat-bahan-alat, tenaga medik-paramedik-surveilans-sanling,
pencegahan-immunisasi, makanan minuman, masalah sanling, kemungkinan KLB,
koordinasi, jalur komunikasi, jalur koordinasi, bantuan lain.
4. Triase
I = merah / immediate : perlu tindakan & transport segera untuk tetap hidup.
b. Jenis Triase
5. GEOMEDIC MAPPING
2) Khusus :
Kandungan map :
Prinsip mapping :
6) Tentukan koordinator intra dan lintas sektor serta pusat informasi bersama
6. KOMUNIKASI PPGD :
Latar Belakang :KonsepTime saving is life & limb saving, adanya peningkatan kasus gawat
darurat, Perubahan epidemiologi penyakit, Potensi bencana yang tinggi, Kondisi geografis
kepulauan dll. Penghubung fase SPGDT (Pra, Intra dan Antar RS)
Manfaat :
Pilihan:
2. Cadangan: Radio. Menjadi pilihan utama bila fasilitas telepon tidak ada
1. Mengenal perangkat
1. Jenis jaringan :Intra sektor sistem tertutup, lintas sektor sistem terbuka, sistem penunjang
1. Konsep/program PBB/WHO
8. dll.
PENUTUP :
Indonesia : Super market bencana. Sistem Komando berdasar SPGDT S/B. Perlu
pengetahuan sempurna dan tingkatkan keterampilan dengan pelatihan untukberbagai jenis
bencana / kegawat-daruratan medis