Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI


PENYAKIT POLIO
Untuk Memenuhi Tugas Belajar Mata Kuliah Mikrobiologi Yang Diampu Oleh
Dosen Wilis Sukmaningtyas,SST., S.Kep,Ns., M.Kes

Disusun oleh :
Kelas : 1C
Kelompok : 9
Nama :
1. Anisa (190106015)
2. Difa Amanda Djohansyah (190106036)
3. Lesy Lestishiyami (190106084)
4. Rizky Arianda Ketaren (190106131)
5. Ulul Ismi (190106153)

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

ii
DAFTAR ISI

HALAAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

C.Tujuan .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Polio ................................................................................................. 2

B. Bentuk dan Struktur Anatomi Virus Polio ................................................ 4

C. Replikasi........................................................................................................ 4

D. Gejala Klinik ................................................................................................ 4

E. Diagnosis Laboratoruim .............................................................................. 6

F. Tingkatan Penyakit Polio ............................................................................ 7

G. Mekanisme Penyebaran .............................................................................. 7

H. Pencegahan ................................................................................................... 8

I. Pengobatan ..................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 10

B. Saran.............................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular melalui
air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak balita.
Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru
dunia. Tapi pada 1988 muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004,
hanya 1.266 kasus polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia. Umumnya kasus
tersebut hanya terjadi di enam Negara. Kurang dari setahun ini, anggapan dunia bebas
polio sudah berakhir.
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus polio pertama selama satu
dasa warsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang disandang selama 10
tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit
ini. (Lebih lanjut baca "Polio: cerita dari Jawa Barat) Menurut analisa, virus tersebut
dibawa dari sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa daerah di
Indonesia dan menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi. Polio bisa mengakibatkan
kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat
apalagi di tempat-tempat yang kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio secara
global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera tersebar ke seluruh
pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga terutama daerah yang angka
cakupan imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut.
Banyak pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan menjadikan Indonesia
menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain, khususnya di Asia Timur. Wabah
polio yang baru saja terjadi di Indonesia dapat dipandang sebagai sebuah krisis
kesehatan dengan implikasi global.

B. Rumusan Masalah
1.Pengertian polio.
2.Jenis – jenis polio.
3.Mekanisme penyebaran polio.
4.Langkah pencegahan polio.

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1.Sebagai tugas orientasi mahasiswa baru.
2.Agar calon mahasiswa baru dapat mengetahui hal – hal yang berhubungan dengan
penyakit polio.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Polio
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV),
masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki
aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan
kadang kelumpuhan (paralisis).
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban.
Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui
mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat
menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam
hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi
pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama
berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Nama lain dari polio adalah Poliomieltis. Virus polio yang termasuk genus
Enterovirus famili Picornavirus.Virus ini tahan terhadap pengaruh fisik dan bahan
kimia. Selain itu, dapat hidup dalam tinja penderita selama 90-100 hari. Virus ini juga
dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-
kilometer dari sumber penularan.
Polio menyebar terutama melalui kontaminasi tinja, terutama di daerah dengan
sanitasi lingkungan buruk. Penularan juga terjadi melalui fekal-oral. Artinya
makanan/minuman yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk
ke mulut orang sehat lainnya. Sedangkan oral-oral adalah penyebaran dari air liur
penderita yang masuk ke dalam mulut manusia sehat lainnya. Ciri khas dari penderita
polio adalah kerusakan saraf. Kerusakan itu bermula dari virus yang mengalami
inkubasi selama 5-35 hari di dalam tubuh. Selanjutnya virus akan berkembang pertama
kali dalam dinding faring (leher dalam) atau saluran cerna bagian bawah. Dari saluran
cerna virus menyebar ke jaringan getah bening lokal atau regional. Akhirnya virus
menyebar masuk ke dalam aliran darah sebelum menembus dan berkembang biak di
jaringan saraf. Poliomielitis mempunyai tendensi lebih merusak sel saraf motorik pada
medulla spinalis dan batang otak. Seringkali polio menyebabkan kerusakan saraf tubuh
yang membuat pertumbuhan penderita menjadi asimetris. Sehingga cenderung

2
menimbulkan gangguan bentuk tubuh yang umumnya menetap bahkan bertambah
berat.
Polio meupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang
pada semua umur, namun yang paling rentan adalah pada anak-anak. Jenis- jenis polio
antara lain:
1. Polio Non-Paralisis
Menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitive. Terjadi kram otot
pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2. Polio Paralisis Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, dengan menghasilkan sel
tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
3. Polio Bulbar
Polio ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang. Gejalanya meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit BAB, nyeri
pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus ini menyerang dan
merusak jaringan saraf, sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Penyebaran virus polio dapat terjadi melaui kontak langsung dengan tinja penderita
polio atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus
polio.Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur ketika penderita batuk
atau bersin, namun lebih jarang terjadi.
Virus polio lebih mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan
vaksin polio, terlebih pada kondisi berikut ini:
 Tinggal didaerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas
 Sedang hamil
 Memiliki system kekebalan tubuh lemah, misalnya pada penderita AIDS
 Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio
 Pernah menjalani pengangkatan amandel
 Menjalani aktivitas berat atau mengalami stress setelah terpapar virus polio
 Bekerja sebagai petugas kesehatan yang melayani pasien polio
 Melakukan perjalanan ke daerah yang sedang mengalami wabah polio

3
B. Bentuk dan Struktur Anatomi Virus Polio
Virus polio merupakan virus RNA yang cukup sederhana yang berasal dari
keluarga Picornaviridae virus. Partikel virus polio pada dasarnya merupakan untai
RNA yang dikelilingi oleh kapsid. Kapsid memiliki reseptor pada permukaannya yang
membantu virus mengenali dan mengikat untuk menargetkan neuronmotor dalam
tubuh inang. Struktur virus polio pertama kali ditemukan pada tahun 1985 dan
merupakan salah satu struktur virus yang pernah ditemukan.

C. Replikasi
Tahap- tahap replikasi virus polio sebagai berikut:
1) Salah satu virus polio mendekati sel saraf melalui aliran darah
2) Reseptor- reseptor sel saraf menempel pada virus
3) Kapsid dari virus pecah untuk melepaskan RNA kedalam sel
4) RNA polio bergerak menuju sebuah ribosom stasiun pangkal protein pada sel
5) RNA polio menduduki ribosom dan memaksanya untuk membuat lebih banyak
RNA dan kapsid polio.
6) Kapsid dan RNA polio yang baru bergabung untuk membentuk virus polio yang
baru.
7) Sel inang membengkak dan meledak, melepaskan ribuan vrus polio baru ke aliran
darah.

D. Gejala Klinik.
Tanda klinik penyakit polio pada manusia sangat jelas. Sebagian besar (90%)
infeksi virus polio menyebabkan inapparent infection, sedangkan 5% menampilkan
gejala abortive infection, 1% nonparalytic, dan sisanya menunjukkan tanda klinik
paralitik.
Bagi penderita dengan tanda klinik paralitik, 30% akan sembuh, 30% menunjukkan
kelumpuhan ringan, 30% menunjukkan kelumpuhan berat, dan 10% menunjukkan
gejala berat serta bisa menimbulkan kematian. Masa inkubasi biasanya 3-35 hari.
Penderita sebelum ditemukannya vaksin terutama berusia di bawah 5 tahun. Setelah
adanya perbaikan sanitasi serta penemuan vaksin, usia penderita bergeser pada
kelompok anak usia di atas 5 tahun.
Tanda-tanda dan gejala-gejala dari polio berbeda tergantung pada luas infeksi.
Tanda-tanda dan gejala-gejala dapat dibagi kedalam polio yang melumpuhkan
(paralytic) dan polio yang tidak melumpuhkan (non-paralytic).

4
Pada polio non-paralytic yang bertanggung jawab untuk kebanyakan individu-
individu yang terinfeksi dengan polio, pasien-pasien tetap asymptomatic atau
mengembangkan hanya gejala-gejala seperti flu yang ringan, termasuk kelelahan,
malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan muntah. Gejala-gejala, jika hadir,
mungkin hanya bertahan 48-72 jam, meskipun biasanya mereka bertahan untuk satu
sampai dua minggu.
Paralytic polio terjadi pada kira-kira 2% dari orang-orang yang terinfeksi dengan
virus polio dan adalah penyakit yang jauh lebih serius. Gejala-gejala terjadi sebagai
akibat dari sistim syaraf dan infeksi dan peradangan sumsum tulang belakang (spinal
cord).
Gejala-gejala dapat termasuk:
 Sensasi yang abnormal
 Kesulitan bernapas
 Kesulitan menelan
 Retensi urin
 Sembelit
 Mengeluarkan air liur (ileran)
 Sakit kepala
 Turun naik suasana hati
 Nyeri dan kejang-kejang otot
 Kelumpuhan
Kira-kira 5%-10% dari pasien-pasien yang mengembangkan polio yang
melumpuhkan seringkali meninggal dari kegagalan pernapasan, karena mereka tidak
mampu untuk bernapas sendiri. Itulah sebabya mengapa sangat mendesak bahwa
pasien-pasien menerima evaluasi dan perawatan medis yang tepat. Sebelum era
vaksinasi dan penggunaan dari ventilator-ventilator modern, pasien-pasien akan
ditempatkan dalam "iron lung" (ventilator bertekanan negatif, yang digunakan untuk
mendukung pernapasan pada pasien-pasien yang menderita polio yang melumpuhkan).
 Gejala Klinik
Tanda klinik penyakit polio pada manusia sangat jelas. Sebagian besar (90%)
infeksi virus polio menyebabkan inapparent infection, sedangkan 5% menampilkan
gejalaabortive infection, 1% nonparalytic, dan sisanya menunjukkan tanda klinik p
aralitik. Bagi penderita dengan tanda klinik paralitik, 30% akan sembuh, 30%
menunjukkan kelumpuhan ringan, 30% menunjukkan kelumpuhan berat, dan 10%

5
menunjukkan gejala berat serta bisa menimbulkan kematian.Masa
inkubasi biasanya 3-35 hari.
Penderita sebelum ditemukannya vaksin terutama berusia di bawah 5 tahun.
Setelah adanya perbaikan sanitasi serta penemuan vaksin, usia penderita bergeser
pada kelompok anak usia di atas 5 tahun. Stadium akut sejak ada gejala klinis hingga
dua minggu ditandai dengan suhu tubuh meningkat, jarang terjadi lebih dari 10 hari,
kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan terjadi dalam seminggu
permulaan sakit. Kelumpuhan itu terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di
medula spinalis (tulang belakang) oleh invasi virus.
Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga menimbulkan deformitas
(gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat.
Sebagian besar kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4% akan
mengenai lengan. Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan waktu dua hari
hingga dua bulan.
Stadium subakut (dua minggu hingga dua bulan) ditandai dengan menghilangnya
demam dalam waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlau tinggi. Kadang, itu
disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh
dan biasanya salah satu sisi.
Stadium konvalescent (dua bulan hingga dua tahun) ditandai dengan pulihnya
kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan
setelah fase akut. Kemudian setelah usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi
perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau dua tahun lebih sejak gejala awal
penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan
kelumpuhan otot permanen.

E. Diagnosis Laboratoruim
Penyakit polio dapat didiagnosa dengan 3 cara yaitu:
1) Virall Solation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit
polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostic yang
jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorag
dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut
menggunakan oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah
virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.

6
2) Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita.jika pada
darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena
polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan akan
menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3) Cerebrospinal Fluid (CSF)
CSF didalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah sel
darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan
protein sebanyak 40-50 mg/100 ml.

F. Tingkatan Penyakit Polio


 Stadium akut
Sejak ada gejala klinis hingga dua minggu-- ditandai dengan suhu tubuh
meningkat, jarang terjadi lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan
muntah. Kelumpuhan terjadi dalam seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan itu
terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang belakang)
oleh invasi virus.
Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga menimbulkan deformitas
(gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih
berat. Sebagian besar kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4%
akan mengenai lengan. Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan waktu dua
hari hingga dua bulan.
 Stadium subakut (dua minggu hingga dua bulan)
Ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam atau kadang suhu
tidak terlau tinggi. Kadang, itu disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan.
Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi.
 Stadium konvalescent (dua bulan hingga dua tahun)
Ditandai dengan pulihnya kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi otot
pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Kemudian setelah usia dua tahun,
diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau dua
tahun lebih sejak gejala awal penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang
mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot permanen.

G. Mekanisme Penyebaran
Virus ditularkan infeksi droplet dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau
tinja penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia
melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari
mulut ke mulut). Fekal-oral berarti minuman atau makanan yang tercemar virus polio

7
yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sementara itu,
oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat
lainnya.
Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap
formaldehide dan larutan chlor. Suhu tinggi cepat mematikan virus, tetapi pada
keadaan beku dapat bertahan bertahun-tahun.
Ketahanan virus di tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan
mikroba lainnya. Virus itu dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan,
bahkan berkilo-kilometer dari sumber penularan. Meski penularan terutama akibat
tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang infeksius, virus itu hidup
di lingkungan terbatas. Salah satu inang atau mahluk hidup perantara yang dapat
dibuktikan hingga saat ini adalah manusia.

H. Pencegahan
Dalam World Health Assembly 1988 yang diikuti sebagian besar negara di
dunia, dibuat kesepakatan untuk melakukan eradikasi polio (Erapo) tahun 2000.
Artinya, dunia bebas polio pada 2000. Program Erapo pertama yang dilakukan adalah
melakukan imunisasi tinggi dan menyeluruh. Kemudian, diikuti Pekan Imunisasi
Nasional yang dilakukan Depkes 1995, 1996, dan 1997. Imunisasi polio yang harus
diberikan sesuai rekomendasi WHO adalah sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval
6-8 minggu.
Kemudian, diulang usia 1,5 tahun, dan 15 tahun. Upaya ketiga adalah
survailance accute flaccid paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh
layuh pada usia di bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan
karena polio atau bukan.
Tindakan lain adalah melakukan mopping-up. Yakni, pemberian vaksinasi
massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak usia di bawah lima
tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.

I. Pengobatan
Untuk pasien polio dokter akan menyarankan pasien untuk memperbanyak
istirahat dan memperbanyak konsumsi cairan untuk meredakan gejala yang muncul.
Pengobatan bertujuan untuk meredakan gejala, mempercepat proses penyembuhan, dan
mencegah komplikasi. Obat-obatan yang umunya digunakan adalah:
 Analgetika
Digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Contoh obatnya
Ibuprofen.
 Antibiotika
Digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa menyertai polio, seperti
infeksi saluran kemih. Contohnya ceftriaxone.

8
 Antispasmodika
Digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot. Contoh obatnya tolterodinedan
scopalamin. Selain itu, juga bisa dikompres menggunakan air hangat juga dapat
digunakan untuk meredakan ketegangan otot.

Dokter juga biasanya memberikan alat bantu pernafasan pada pasien jika polio yang
menyebabkan gangguan pernafasan. Terkadang, operasi juga akan dilakukan untuk
melakukan perbaikan kelainan bentuk lengan dan tungkai. Sebenarnya, sampai saat ini
belum ada pengobatan efektif untuk menangani polio. Untuk mencegah hilangnya
fungsi otot lebih lanjut, penderita perlu menjalani fisoterapi

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.Masih terdapat Negara – Negara di dunia yang mempunyai virus polio liar yang akan
menjadi ancaman bagi Negara – Negara yang rentan ( cakupan imunisai rendah ).
2.Cakupan imunisasi polio masih belum merata di beberapa desa.
3.Tiga factor resiko utama terjadinya KLB yaitu :
Ø Tingkat imunitas masyarakat rendah.
Ø Sanitasi yang tidak baik.
Ø Adanya kemudahan transportasi.

B. Saran
Ø Meningkatkan komitmen politik dalam upaya kesehatan masyarakat.
Ø Meningkatkan kehandalan infrastruktur kesehatan.
Ø Meningkatkan peran seluruh masyarakat, professional maupun media dalam
mensukseskan upaya Indonesia menghentikan penyebaran virus polio.

10
Daftar pustaka

1.Wikipedia
2. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=153

11

Anda mungkin juga menyukai