Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR INFEKSI

HEALTHCARE ASSOCIATED INFECTIONS (HAIS) Adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
proses perawatan di rumah sakit atau Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana tidak
infeksi ataudalam masa inkubasi saat masuk rawat serta dapat muncul setelah pulang rawat
juga infeksi yang dapat terjadi pada petugas di fasilitas pelayanan kesehatan karena
pekerjaannya.

Definisi infeksi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme), dimana Terdapat respon imun, tetapi tidak disertaigejala klinik

1. Penyebab

Infeksi disebabkan oleh berbagai mikroorganisme: bakteri, virus, jamur, protozoa.


Organisme-organisme ini menyerang seluruh tubuh atau sebagian dari padanya. Infeksi
didefinisikan dimana seorang hospes yang rentang di masuki 0leh agen-agen patogen
(infeksius) yang tumbuh danmemperbanyak diri, menyebabkan bahaya terhadap hospes.
Agen-agen infeksius utama bakteri, virus, jamur dan parasut. Penting artinya untuk
membedakan antara kolonisasi dan infeksi. Kolonisasi terjadi bila mikiroorganisme masuk
ke dalam tubuh hospes, tumbuh dan memperbanyak diri, tetapi tidak menyebabkan
infeksi.

Secara spesifik penyebab infeksi yang terjadi di rumah sakit adalah reservoir, yaitu
tempat-tempat di mana agen-agen dapat hidup, tumbuh, berkembang biak, dan
berpindah ke hospes yang rentan. Reservoir yang umum adalah manusia dan binatang
(hospes), tanaman, air, dan zat organism atau benda-benda mati. Ruang rawat inap
sebagai salah satu fasilitas pelayanan rumah sakit tidak telepas sebagai sumber infeksi
nosokomial. Hal ini disebabkan karna perawatan pasien melibatkan banyak pihak seperti
dokter, perawat, peralatan medis dan petugas yang bekerja di perawatan rawat inap
menjadi faktor perantara terjadinya infeksi silang antara pasien disamping factor dari
lingkungan. Pada penelitian klinis, infeksi nosokomial terutama disebabkan oleh kotoran
urine,infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dari luka oprasi dan septikimia
(Herry,2006).

Pasien akan terpapar berbagai macam microorganisme selama ia dirawat di rumah sakit.
Kontak pasien dengan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan
gejala Klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:3 karakteristik
mikroorganisme yaitu Resitensi terhadap zat-zat antibiotic, tingkat virulensi dan
banyaknya materi infeksius.

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan
infeksi nosokomial, infeksi ini dapat di sebabkan oleh mikroorganisme yang di dapat dari
orang lain atau di sebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri. Kebanyakan infeksi
yang terjadi di rumah sakit ini kebanyakan di sebabkan oleh faktor eksternal, yaitu
penyakit yang penyebarannya melalui makanan, benda dan udara atau bahan-bahan yang
tidak steril. Penyakit yang di dapat di rumah sakit saat ini kebanyakandi sebabkan oleh
mikroorganisme yang umumnya selalu adA pada manusia sebelumnya tidak atau jarang
menyebabkan penyakit padA orang normal.

a. Bakteri

Bakteri dapat di temukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat.
Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi diri dari datangnya bakteri
pathogen. Tetapi dari beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut
mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia
coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri pathogen
lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemic.
Contohnya: AnaerobikGram-positif stapilococus aureus yang menjadi parasit di kulit
dan hidung, dapat menyebabkan gangguan pada paru, tulang, jantung dan infeksi
pembuluh darah serta seringkali sudah resisten terhadap antibiotic

b. Virus

Banyak kemungkinan infeksi nosokomial di sebabkan berbagai macam virus, termasuk


virus hepatitis A dan C dengan media penularan melalui tranfusi, dialysis, suntikan dan
endoskopi. Respyiratory syincityial virus (RSF), rota virus, dan entereviruses yang di
tularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute vacaal oral. Hepatitis dan HIV di
tularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan tranfusi darah. Rute penularan untuk
virus sama dengan mikroorganisme lainnya. Infeksi gastro intestinal, infeksi traktus
respiratorius, penyakit kulit dan dari dara.

c. Parasit dan jamur

Beberapa parasit seperti Giardia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun
anak-anak. Banyak jamur dan parasit banyak timbul dalam pembrian antibiotic.

2. Rantai Terjadinya Infeksi nasokomial

Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab yang ada pada sumber. Kuman, keliar dari
sumber tertentu kemudian dengan cara penularan tertentu misalnya melalui alat, lalu
masuk ke tempat tertentu di misalnya pada pasien lain. Karna banyak pasien di rumah
sakit rentan terhadap infeksi (terutama bila sistim kekebalan tubuhnya lemah), mereka
dapat tertular dan jatuh sakit.

3. Tanda-Tanda Infeksi, Adapun tanda-tanda terjadinya infeksi, meliputi:

a. Calor (panas)

Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab terdapat
lebih banyak darah di salurkan ke area yang terkena infeksi/fenomena panas local
karena jaringan-jaringan tersebut mempunyai suhu inti dan hyperemia lokal tidak
menimbulkan perubahan.

b. Dolor (rasa sakit)


Dolor dapat di timbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion
tertentu dapat merangsang ujung saraf. Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin
atau zat kimia biaktif lainya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu pembekakan yang
meradang mengakibatkan tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit.

c. Rubor (kemerahan)

Merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu
reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai darah tersebut melebar,
dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir ke dalam mikro sirkulasi lokal.
Kapilar-Kapilar yang sebelimnya kosong atau sebagian saja yang meregang, dengan
cepat terisi darah. Keadan ini yang dinamakan hyperemia atai kongesti.

d. Tumor (pembekakan)

Pembekakan di timbulkan oleh karena adanya pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah kejaringan intertisial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah
peradangan di sebut eksudat.

e.Functiolaesa

Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan sakit disertai
sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga organ tersebut
terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal. (Yudhityarasati,2007).

4. FAKTOR RISIKO LAIN TERJADI HAIs

a. Hand hygiene

b. Pemakaian Antibiotika berlebihan / tidak tepat

c. Pola kepekaan mikroba dan jenis agen penyebab berubah dari waktu ke waktu

5. UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI

a. Membatasi transmisi mikroorganisme

b. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan

c. Penggunaan antimikroba yang bijak

d. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan Tindakan invasive

e. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya

6. CARA MEMUTUS RANTAI PENULARAN INFEKSI

Cara memutus rantai penularan infeksi adalah dengan :

a. Personal hygiene, immunisasi, pengelolaan lingkungan, dekontaminasi alat, linen dan


limbah
b. Kebersihan Tangan, penggunaan APD yang tepat, pengemasan yang aman, dan
pembuangan limbah)

c. Kebersihan Tangan, isolasi pasien yang terinfeksi,control aliran udarah sesuai tranmisi

d. Misalnya teknik aseptic non-sentuh, APD yang tepat, perawatan alkes yang aman,

e. Mengurangi kerentanan pasien yang menerima perawatan kesehatan (pengobatan


penyakit yang mendasari, mengenali pasien berisiko tinggi)

f. identifikasi dan pengelolaan organisme yang cepat, pembersihan dan desinfeksi


lingkungan)

7. Contoh HAIs Dan Faktor risiko

a. IAD (infeksi aliran darah), Faktor risiko : Tidak mentaati bundles pemasangan IVCL
(central-line) Perawatan dressing tidak sesuai SOP Petugas tidak melakukan kebersihan
tangan

b. IDO (infeksi daerah operasi), Faktor risiko : Sistem aliran udara OK tidak memadai
Jumlah petugas melebihi persyaratan, frekuensi keluar masuk tinggi Peralatan non-steril
masuk OK (komputer, buku, kamera )

c. VAP (pneumonia akibat pemasangan ventilator), Faktor risiko : Tidak mentaati bundles
perawatan VAP Suctioning penghisapan lendir tidak memakai kateter suction dan Steril
Petugas tidak melakukan kebersihan tangan

d. ISK ( akibat pemasangan kateter), Faktor risiko : Ukuran kateter tidak sesuai akibatkan
trauma Perawatan daerah periuretral tidak dilakukan Kantong urin tergeletak di lantai
Terlambat dikosongkan bila sudah 2/3 penuh
KEWASPADAAN ISOLASI
Healtcare associated infection (HAIS) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama proses
perawatan di rumah sakit di mana tidak infeksi saat masuk perawat, serta dapat muncul
setelah pulang rawat, juga infeksi yang dapat terjadi pada petugas di fasilitas pelayanan
kesehatan karena pekerjaannya. Untuk menurunkan insiden rate infeksi berhubungan
dengan pelayanan kesehatan pada pasien, petugas dan pengunjung serta masyarakat sekitar
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya maka dilakukan program PPI yang
salah satunya adalah kewaspadaan isolasi. Kewaspadaan isolasi sendiri terbagi menjadi dua :

1. Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan standar berlaku untuk semua pasien tanpa memandang diagnosis atau
dugaan status infeksinya. Kewaspadaan standar harus digunakan dalam penanganan
darah, semua cairan atau zat tubuh lainnya, terlepas dari apakah mengandung darah yang
terlihat, kulit tidak utuh membran mukosa.

a. Kebersihan Tangan

Kebersihan tangan adalah suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan


menggunakan sabun atau antiseptik di bawah air yang mengalir atau antiseptik berbasis
alkohol untuk menurunkan atau menghilangkan MO di tangan. Kita adalah alat utama
kita untuk bekerja sebagai pelayanan kesehatan dan tangan adalah penghubung utama
Dalam rantai penularan, cara terbaik untuk mencegah penyebaran kuman di lingkungan
perawatan kesehatan komunitas adalah dengan melakukan hand hygiene. Untuk cuci
tangan 6 langkah menggunakan handrap bisa dilakukan selama 20-30 detik, jika tangan
terlihat kotor atau terkontaminasi selalu gunakan sabun dan air mengalir selama 40-60
detik.

b. Penggunaan APD

APD adalah perlengkapan atau alat yang berfungsi sebagai penyekat atau pembatas
antara petugas dan penderita, tujuan penggunaan APD adalah meningkatkan keamanan
staf di area pelayanan kesehatan. Penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian
risiko kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit pasien yang terluka. Prinsip
APD adalah menggunakan dengan benar melepas dengan benar dan mengumpulkan
atau membuang dengan benar.

c. Menyuntik yang aman

Rekomendasi untuk menyuntik yang aman adalah dengan menggunakan teknik aseptik
sebelum melakukan penyuntikan untuk menghindari kontaminasi peralatan injeksi
steril gunakan split steril, cairan infus dan resep adik administrasi yang hanya satu kali
digunakan, jangan berikan obat-obatan mau tidur untuk banyak pasien lalu jangan
simpan file multidose dengan label kadaluarsa simpan sesuai rekomendasi pabrik.

d. Etika Batuk dan Kebersihan Pernafasan


Tata cara batuk yang baik dan benar adalah dengan menutup hidung dan mulut dengan
tisu atau lengan baju. Jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang
lain.

e. Pengendalian Lingkungan

Suatu proses pembersihan menghilangkan menurunkan mikroorganisme di lingkungan


udara permukaan dan air termasuk resiko dampak konstruksi. Pengendalian lingkungan
terdiri dari konstruksi bangunan, sirkulasi udara, mutu air serta pembersihan
permukaan.

f. Penanganan Limbah

Penanganan limbah adalah proses mengelola limbah mulai dari identifikasi, pemisahan,
labeling pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan atau pemusnahan. Segera
buang limbah ke tempat yang sudah disediakan lalu buang limbah sesuai dengan Jenis
sampah dan jangan meletakkan benda tajam bekas pakai sembarang tempat serta
buang bekas benda tajam di tempat yang sudah tersedia.

g. Dekominasi Peralatan

Dekomenasi adalah melepaskan kotoran dan mikroorganisme patogen dari benda-


benda sehingga aman dipegang, untuk diproses lebih lanjut digunakan atau dibuang.
Dekomenasi terdiri atas pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi.

h. Pengelolaan Linen

Linen terbagi menjadi linen bersih, linen steril, linen kotor dan linen terkontaminasi.
Linen infeksius harus ditempatkan di tas atau wadah anti bocor dan diberi label yang
jelas, jika terdapat kotoran padat masukkan ke dalam ember tertutup dan buang
dengan hati-hati ke toilet. Jika memakai mesin cuci gunakan air hangat 60- 90 °C
dengan deterjen dan rendam ke dalam klorin 0,1% lalu keringkan.

i. Penempatan Pasien

Penempatan Pasien adalah proses atau cara menempatkan pasien di ruangan


perawatan yang diduga atau telah diidentifikasi dapat menularkan infeksi melalui
kontak, percikan ludah dan udara. Ventilasi harus berputar sebanyak 6 sampai 12 kali
per jam. Ventilasi sendiri terbagi menjadi :

1) ventilasi natural, menggunakan Jendela, pintu serta kipas angin

2) ventilasi mekanik menggunakan kipas angin dan exhaust fan atau menggunakan AC
dan exhaust fan.

3) ventilasi tekanan negatif menggunakan tekanan udara khusus

j. Pelindung kesehatan karyawan

Perlindungan kesehatan karyawan dengan :


1) penetapan zona resiko tinggi

2) pemeriksaan kesehatan bagi staf

3) vaksinasi pada staf yang beresiko

4) penanganan tertusuk jarum

k. Lumbal Puncture Procedures

Kenakan masker bedah saat memasang kateter ke kanal tulang belakang.

2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

1. Kontak

Langkah pencegahan dengan kamar tunggal lakukan 5 momen kebersihan tangan,


gunakan APD yang sesuai bagi staf, pembersihan peralatan dan sterilisasi yang sesuai
serta pembersihan lingkungan disempurnakan.

2. Percikan

Langkah pencegahan dengan pasien diletakkan di kamar tunggal, menggunakan APD


yang sesuai, pasien harus selalu di kamar (gerakan pasien terbatas).

3. Tranmisi udara

Langkah pencegahan transmisi udara hanya dilakukan untuk prosedur yang


menyebabkan aerosol. Cara pencegahannya adalah dengan meletakkan pasien di ruang
Tunggal dengan ventilasi bertekanan negatif setidaknya 160 L/s dan 12 pergantian/ jam
serta gunakan APD (masker) efisiensi tinggi.
PENCEGAHAN INFEKSI DENGAN IMPELMENYASI BUNDLE

Permenkes no. 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fsilitas Pelayanan Kesehatan.

1. Pencegahan IAD pada penggunaan central line

Central line adalah kateter intravascular yang berakhir di atau dekat jantung, di salah satu
pembuluh darah besar yang digunakan untuk infus, penarikan darah, atau pemantauan
hemodinamik, Pemasangan central line :

a. permanent central lines : Tunneled chateter, Implanted catheter (inclouding ports)

b. Tempeory central lines : non-tunneled, non-implanted chateter

c. Umbilical chateter

2. Infeksi Aliran Darah (IAD)

Infeksi aliran darah pada pasien dengan kateter vena sentral (CVC) setelah > 2 hari dan
tidak disebabkan oleh infeksi di tempat lain sehingga terdapat phatogen (mikroba yang
tidak termasuk kontaminan kulit) dari satu atau lebih kultur darah pasien. Gejala jika
terjadi infeksi aliran darah :

a. pada pasien > 1 tahun : demam (>38’C), menggigil, dan hipotensi (kekurangan darah)

b. pada pasien < 1 tahun : demam (>38’C), hipotermi (<36’C), apnoe, atau bradikardi

Pecegahan IAD (Infeksi Aliran Darah) :

a. melakukan prosedur kebersihan tangan dengan menggunakan sabun dan air atau cairah
antiseptic berbasis alcohol

b. menggunakan pelindung diri (APD)

c. antiseptic kulit

d. pemilihan lokasi insersi kateter

e. observasi rutin kateter vena sentral setiap hari

f. port injeksi intrafena

g. persiapan dan pengendalian mutu campuran larutan intravena


3. Pencegahan ISK pada penggunaan kateter urine

Gejala dan tanda ISK : demam (>38’C), nyeri suprapubic, Nyeri sudut kost vertebral,
Urinary frequency, dysuria

Factor resiko ISK :

a. factor pasien

b. factor dari luar pasien seperti : immunocompromised, penakit peyerta, usia skstrime,
jenis kelamin, kebersihan tangan, penggunaan tidak tepat dan banar, teknik sterilisasi
kurang dan pemakaian jangka lama .

Pencegahan dan pengendalian ISK dengan hand hygine, insersi kateter urine dengan
Teknik aseptic, kosongkan kantong urine secara teratur, dengan wadah yang berbeda
setiap pasien, selang drainase tidak menyentuh wadah yang tidak steril, gunakan APD
memanipulasi kateter urine, tidak ada pergantian rutin catheter atau urine bag, diganti
hanya ada indikasi klinis (infeksi, obstruksi) serta jangan membersihkan area priuretra
dengan antiseptic, cukup dibersihkan Ketika mandi

4. Pencegahan VAP pada penggunaan ventilasi mekanik

Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai
parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 2 hari, dan sebelum ditemukan
tanda infeksi saluran nafas. Gejala dan tanda klinis VAP : demam (>38’C) tanpa penyebab,
leukopenia (<4.000/mm3) atau leukositosis (>12.000/mm3), timbul onset baru sputum
purulent/perubahan sifat sputum, peningkatan FiO> 0,2 dari FiO2 sebelumnya,
peningkatan PEEP setiap hari > 3 cmH20 dari PEEP sebelumnya selama 2 hari berturut-
turut, adanya bukti radiologi infiltrasi baru/progresif, konsolidas,kavitasi

5. Pencegahan Infeksi Daerah Oprasi

Infeksi Daerah Oprasi (IDO) : infeksi yang terjadi setelah operasi di bagian tubuh tempat
operasi dilakukan. Infeksi dapat timbul berupa infeksi superfisial yang hanya mengenai
kulit, infeksi situs bedah lainnya lebih serius dan dapat melibatkan jaringan di bawah kulit,
organ, atau bahan implant. Terjadi dalam waktu 30 hari setelah operasi hanya melibatkan
kulit dan jaringan subkutan. Tanda dan gejala pasien IDO : ada drainas purulent, hasil
kultur teridentifikasi adanya microorganism, insisi superfisial yang sengaja dibuka oleh ahli
bedah/ dokter. Pencegahan/bundles surgical site infection saat pasca operasi dengan :

a. hindari pencukuran rambut

b. mandi pagi dan sore dengan antiseptic

c. surgical hand antiseptic

d rawat luka teksnik steril dengan caira nacl

e. Luka di tutup 24-48 jam, kevuali rembesan/infeksi


f. berikan nutrisi sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai