Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN PATIENT SAFETY

MANAJEMEN INFEKSI NOSOKOMIAL/HAI’s (Healthcare Associated infections)

A. DEFINISI
Infeksi Nosokomial (HAI’s) adalah : Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit
beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired
Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau
“HAIs” (HealthcareAssociated Infections) dengan pengertian yang lebih luas, yaitu
kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga
kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut Brooker (2008) adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi
pada pasien yang dirawat selama 72 jam (3 hari) dan pasien tersebut tidak
menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit.

B. Jenis dan faktor risiko HAI’s


1. Jenis HAI’s yang paling sering terjadi
a. Ventilator associated pneumonia (VAP)
b. Infeksi Aliran Darah (IAD)
c. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
d. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
2. Faktor risiko HAI’s
a. Umur: neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
b. Status imun yang rendah/terganggu (immuno-compromised): penderita dengan
penyakit kronik, penderita tumor ganas, pengguna obat-obat imunosupresan.
c. Gangguan/Interupsi barier anatomis:
 Kateter urin: meningkatkan kejadian infeksi saluran kemih (ISK).
 Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah operasi (IDO) atau
“surgical site infection” (SSI).
 Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian “Ventilator
Associated Pneumonia” (VAP).
 Kanula vena dan arteri: Plebitis, IAD
 Luka bakar dan trauma.
d. Implantasi benda Asing
 Pemakaian mesh pada operasi hernia.
 Pemakaian implant pada operasi tulang, kontrasepsi, alat pacu jantung.
 “cerebrospinal fluid shunts”.
 ⁻ “valvular / vascular prostheses”.
e. Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak bijak dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya bakteri resisten
terhadap berbagai antimikroba.

1
MANAJEMEN PATIENT SAFETY

C. Cara infeksi/penularan INOS/HAI’s


Interaksi antara pejamu (pasien, perawat, dokter, tenaga kesehatan lain), agen
(mikroorganisme pathogen) dan lingkungan (lingkungan rumah sakit, prosedur
pengobatan, dll) menentukan seseorang dapat terinfeksi atau tidak.

pejamu

agen lingkungan

Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah


1. Agen infeksi (infectious agent ) meruapakan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan
parasit. Dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis,
atau load).
2. Pejamu (reservoir) adalah tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak dan siap dituloarkan kepada orang. Reservoir yang paling umum
adaloah manusia, binatang, tumbuh2an, tanah, air dan bahan2 organik lainnya. Pada
manusia : permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
3. Pintu keluar (port of exit) merupakan jalan dimana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi: saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membran mukosa, tranplasenta dan darah serta cairan
tubuh lain.
4. Cara penularan (transmisi) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari
reservoir ke penderita (yang suseptibel)
5. Pintu masuk ( poer of entry) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui :saluran pernafasan, saluran pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka)
6. Pejamu rentan (host ptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit.

Mekanisme transmisi patogen ke pejamu yang rentan melalui 3 cara (WHO, 2002), yaitu:
1. Transmisi dari flora normal pasien (endogenous infection) Bakteri dapat hidup dan
berkembang biak pada kondisi flora normal yang dapat menyebabkan infeksi.
Infeksi ini dapat terjadi bila sebagian dari flora normal pasien berubah dan

2
MANAJEMEN PATIENT SAFETY

terjadi pertumbuhan yang berlebihan, misalnya: infeksi saluran kemih akibat


pemasangan kateter.

2. Transmisi dari flora pasien/tenaga kesehatan (exogenous cross-infection) Infeksi


didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan
flora normal seperti melalui kontak langsung antara pasien (tangan, tetesan air
liur, atau cairan tubuh yang lain), melalui udara (tetesan atau kontaminasi dari debu
yang berasal dari pasien lain), melalui petugas kesehatan yang telah terkontaminasi
dari pasien lain (tangan, pakaian, hidung dan tenggorokkan), melalui media
perantara meliputi peralatan, tangan tenaga kesehatan, pengunjung atau dari
sumber lingkungan yang lain (air dan makanan).

3. Transmisi dari flora lingkungan layanan kesehatan (endemic or epidemic


exogenous environmental infection) Beberapa jenis organisme yang dapat bertahan
hidup di lingkungan rumah sakit yaitu: dalam air, tempat yang lembab, dan terkadang
di produk yang steril atau desinfektan (pseudomonas, acinetobacter,
mycobacterium) ; dalam barang-barang seperti linen, perlengkapan dan
persediaan yang digunakan dalam perawatan atau perlengkapan rumah tangga;
dalam makanan; dalam inti debu halus dan tetesan yang dihasilkan pada saat
berbicara atau batuk.

Cara Terjadinya Transmisi Mikroorganisme di Rumah sakit

1. Contact transmission
Contact transmission adalah yang paling sering pada infeksi nosokomial, dibagi
dalam 2 grup:
 Direct contact (kontak langsung): transmisi mikroorganisme langsung
permukaan tubuh ke permukaan tubuh, seperti saat memandikan,
membalikkan pasien, kegiatan asuhan keperawatan yang menyentuh
permukaan tubuh pasien, dapat juga terjadi di antara dua pasien.
 Indirect contact(kontak tidak langsung): kontak dengan kondisi orang yang
lemah melalui peralatan yang terkontaminasi, seperti peralatan instrument
yang terkontaminasi : jarum, alat dressing, tangan yang terkontaminasi tidak
dicuci, dan sarung tangan tidak diganti di antara pasien.

2. Droplet transmission (percikan)


Secara teoritikal merupakan bentuk kontak transmisi, namun mekanisme transfer
mikroorganisme pathogen ke pejamu agak ada jarak dari transmisi kontak.
Mempunyai partikel sama atau lebih besar dari 5 mikron. Droplet transmisi dapat
terjadi ketika batuk, bersin, beribicara, dan saat melakukan tindakan khusus, seperti
saat melakukan pengisapan lendir, dan tidakan broschoskopi.Transmisi terjadi
ketika droplet berisi mikroorganisme yang berasal dari orang terinfeksi dalam
jarak dekat melalui udara menetap / tinggal pada konjunctiva, mukosa,
hidung, dan mulut yang terkena. Karena droplet tidak meninggalkan sisa di
udara, maka penangan khusus udara dan ventilasi tidak diperlukan untuk

3
MANAJEMEN PATIENT SAFETY

mencegah droplet transmisi. Contohnya :Difteria, Pertussis, Mycoplasma,


Haemophillus influenza type b (Hib), Virus Influenza, mumps, rubella

3. Air bone Transmission (melelui udara)


Transimisi melalui udara yang terkontaminasi dengan mikroorganisme pathogen,
memiliki partikel kurang atau sama dengan 5 mikron. Transmisi terjadi ketika
menghirup udara yang mengandung mikroorganisme pathogen. Mikroorganisme
dapat tinggal di udara beberapa waktu sehingga penanganan khusus udara
dan ventilasi perlu dilakukan. Mikroorganisme yang ditransmisi melalui udara
adalah mycrobacterium tubercolusis, rubeola, dan varicella virus.
4. Common Vehicle Transmission
Transmisi mikroorganisme melalui makanan, minuman, alat kesehatan, dan
peralatan lain yang terkontaminasi dengan mikroorganisme pathogen.
5. Vectorborne Transmission
Transmisi mikroorganisme melalui vector seperti nyamuk, lalat, tikus, serangga
lainya.

D. Manajemen INOS/HAI’s
Manajemen infeksi nosokomial merupakan suatu kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pembinaan dengan tujuan untuk menurunkan kejadian infeksi
nosokomial.

Tujuan pengendalian infeksi nosokomial ini terutama :


1. Melindungi pasien
2. Melindungi tenaga kesehatan dan pengunjun
3. Mencapai cost effective

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari :


1. Peningkatan daya tahan penjamu
Dapat berupa pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi hepatitis B), atau
pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum
termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi
Dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah
pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya.
Metode kimiawi termasuk klorinasi air, desinfeksi.
3. Memutus mata rantai penularan.
Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah penularan penyakit infeksi,
tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam melaksanakan
prosedur yang telah ditetapkan.
4. Tindakan pencegahan paska pajanan terhadap petugas kesehatan.
Berkaitan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan
tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau
pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B,
Hepatitis C, dan HIV.

4
MANAJEMEN PATIENT SAFETY

Kewaspadaan Isolasi (Isolations Precautions) dirancang untuk mengurangi risiko


terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang
diketahui maupun yang tidak diketahui. Yang terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi.

Kewaspadaan standar yang dilakukan kepada semua pasien tanpa memandang


pasien tersebut infeksius atau tidak.
1. Kebersihan tangan
2. Alat pelindung diri (APD) : Sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), face shield (pelindung wajah)
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan atau perlindungan petugas kesehatan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene respirasi atau etika batuk
9. Praktek menyuntik yang aman
10. Praktek untuk lumbal punksi

Kewaspadaan transimisi adalah kewaspadaan berdasarkan sumber infeksi : kontak,


droplet, airbone.
1. Contact Precautions
 Cuci tangan dengan bahan dasar alkohol atau sabun dan air
 Gunakan jubah ketika melakukan perawatan langsung
 Gunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan langsung
2. Droplet Precautions
 Cuci tangan dengan bahan dasar alkohol atau sabun dan air
 Gunakan masker dengan jarak 2 meter dari pasien
 Gunakan pelindung mata dengan jarak 2 meter dari pasien
3. Airbone Precautions
 Cuci tangan dengan bahan dasar alkohol atau sabun danair
 Tutup pintu, buka jendela jika memungkinkan
 Gunakan masker N95 ketika memasuki ruangan

Dampak yang dapat dirasakan apabila terjadi infeksi nosokomial adalah


sebagai berikut:
1. Bagi pasien
 Lama perawatanlebih panjang
 Pembiayaan meningkat
 Penyakit lainyang mungkin lebih berbahaya daripada penyakit dasarnya
2. Bagi staff: medis dan non medis
 Beban kerja bertambah
 Terancam rasa aman dalam menjalankan tugas / pekerjaan
 Memungkinkan terjadi tuntutan malpraktek

Anda mungkin juga menyukai