Infeksi RS sering terjadi pada pasien beresiko tinggi yaitu pasien dengan karakteristik
usia tua, berbaring lama, menggunakan obat imunosupresan dan atau steroid, imunitas
turun misalnya pada pasien yang menderita luka bakar atau pasien yang mendapatkan
tindakan invasif, pemasangan infus yang lama, atau pemasangan kateter urin yang lama
dan infeksi nosokomial pada luka operasi (Depkes RI, 2001).
Infeksi nosokomial dapat mengenai semua organ tubuh, tetapi paling banyak adalah
infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kemih, infesi luka operasi dan infeksi
aliran darah primer atau phlebitis (Depkes RI, 2003)
1
b. Penularan melalui common vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis common vehicle
adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan
sebagainya (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
c. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga
dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan.
Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas akan
membentuk debu yang dapat menyebar jauh (Staphylococcus) dan tuberkulosis (Uliyah
dkk, 2006; Yohanes, 2010).
d. Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara
eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganime yang
menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat. Penularan
secara internal bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi
perubahan biologik, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami
perubahan biologik, misalnya Yersenia pestis pada ginjal (flea) (Uliyah dkk, 2006;
Yohanes, 2010).
e. Penularan melalui makanan dan minuman
Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau minuman yang disajikan untuk
penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala baik
ringan maupun berat (Uliyah dkk, 2006).
2
Pada pasien dengan daya tahan yang kurang oleh karena penyakit kronik, usia tua, dan
penggunaan imunosupresan, mikroorganisme yang awalnya non-patogen dan hidup simbiosis
berdampingan secara damai dengan penjamu, akibat daya tahan yang turun, dapat
menimbulkan infeksi oportunistik. Maka infeksi nosokomial bisa merupakan suatu infeksi
oportunistik (Yohanes,2010).
3
Sebelum infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit adalah bagian rentang
terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit merupakan tempat masuk mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat masuk melalui rute yang sama untuk keluarnya mikroorganisme
(Perry & Potter, 2005).
e. Kepekaan dari host (host susceptibility)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.
Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan individu terhadap mikroorganisme
patogen. Semakin virulen suatu mikroorganisme semakin besar kemungkinan kerentanan
seseorang. Resistensi seseorang terhadap agen infeksius ditingkatkan dengan vaksin
(Perry & Potter, 2005).
4
1. perokok berat
2. Tidak sterilnya alat-alat bantu
3. Obesitas
4. Kualitas perawatan yang buruk
5. Penyakit jantung kronis
6. Penyakit Paru Kronis
7. Beratnya kondisi pasien
8. Kegagalan organ
9. Tingkat penggunaan antibiotika
10. Penggunaan ventilator dan intubasi
11. Penurunan kesadaran pasien
c. Infeksi aliran darah primer
Infeksi ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan infus, kateter jantung dan suntikan.
Virus yang dapat menular dari cara ini adalah virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan
HIV.
d. Infeksi luka operasi
e. Infeksi-infeksi lain
1. Infeksi pada tulang dan sendi : osteomielitis, infeksi tulang atau sendi
2. Infeksi sistem kardiovaskuler : infeksi arteri atau vena, endokarditis, miokarditis,
perikarditis
3. Infeksi sistem saraf pusat : meningitis, abses spinal, infeksi intra cranial
4. Infeksi mata, telinga, hidung dan mulut : konjungtivitis, otitis media, mastoiditis,
sinusitis, ISPA
5. Infeksi saliran pencernaan : GE, Hepatitis
6. Infeksi sistem pernafasan bawah : brokhitis, trakeobronkhitis, trakeitis
7. Infeksi sistem reproduksi : endometriosis
8. Tuberculosis
Penyebab utama adalah adanya strain bakteri yang multi drugs resisten. Bakteri
penyebab adalah Mycobacterium Tuberculosis
9. Diare dan GE
Mikroroganisme tersering berasala dar E. Coli, Salmonella, vibrio cholera dan
clostridium. Selain itu golongan virus lebih banyak disebabkan oleh golongan
enterovirus, adenovirus, rotavirus dan hepatitis A
RUANG ISOLASI
5
Oleh : Ns. Riesmiyatiningdyah, Skep.M.Kes
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu pemisahan
pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara,
contohnya tuberkulosis dan SARS, yang mengakibatkan kontaminan berat. Penularan yang
melibatkan virus, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat.
Penularan yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai
resistensi rendah seperti leukemia dan pengguna obat immunosupressan juga perlu diisolasi agar
terhindar dari infeksi.
2. Tujuan Isolasi
Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para petugas kesehatan
yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di tularkan melaluidarah yang dapat
menulari mereka melalui tertusuk jarum karena tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir. Alat-
alat yang dipakai untuk melindungi diri antara lain pemakaian sarung tangan, Lab jas, masker,
kaca mata atau kaca penutup mata.
6
isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit-penyakit menular khususnya yang
menular melalui udara sehingga kuman-kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara
luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi
dengan HEPA.
2. Ruang isolasi bertekanan positif
Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi dibandingkan
udara luar sehingga mennyebabkan terjadi perpindahan udara dari dalam ke luar ruang
isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang masuk ke ruangan isolasi
sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara luar. Ruang isolasibertekanan
positif ini digunakan untuk penyakit-penyakit immuno deficiency seperti HIV AIDS atau
pasien-pasien transplantasi sumsum tulang. Untuk memperoleh udara di ruang
isolasi sehingga menghasilkan tekanan positif di ruang isolasi digunakan udara luar
yang sebelumnya telah disterilisasi terlebih dahulu.
5. Pengelolaan Limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaan limbah medis
infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan, penampungan, pengangkutan,pengolahan
dan pembuangan
6. Macam-macam isolasi
1. Isolasi ketat
Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang sangat virulen
yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak langsung. Cirinya adalah
selain disediakan ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi mereka yang keluar
masuk ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung tangan. Ventilasi ruangan
tersebut juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan.
2. Isolasi kontak
Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang kurang
serius,untuk penyakit-penyakit yang terutama ditularkan secara langsung, diperlukan
kamar tersendiri, namun penderita dengan penyakit yang sama boleh dirawat dalam satu
kamar, masker diperlukan bagi mereka yang kontak secara langsung dengan penderita, lab
jas diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan tanah atau kotoran dan sarung tangan
juga diperluka
3. Isolasi pernafasan
Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara, diperlukan ruangan
bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang menderita penyakit yang sama boleh
dirawat dalam ruangan yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok
yang diperlukan, pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak dengan penderita.
4. Isolasi terhadap TBC (isolasi BTA)
Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif atau gambaran
radiologisnya menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan adalah kamar
khusus dengan ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai tambahan terhadap hal-
hal pokok yangdibutuhkan masker khusus tipe respirasi dibutuhkan bagi mereka yang
masuk ke ruangan perawatan, lab jas diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian
dan sarung tangan
5. Isolasi terhadap penyakit enterik
Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan langsung atau tidak langsung melalui tinja yang
mengandung kuman penyakit menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien lain dalam satu
kamar, tetapi dicegah kontaminasi silang melalui mulut dan dubur. Tindakan pencegahan enteric
dilakukan pada pasien dengan diare infeksius atau gastroenteritis yang disebabkan oleh kolera,
salmonella, shigella, amuba, campylobacter,Crytosporidium, Ecoli pathogen.
6. Isolasi Tindakan Pencegahan Sekresi
7
Tujuannya untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau tidak langsung
dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan yang terinfeksi. Pasien tidak
perlu ditempatkan di kamar tersendiri. Petugas yang berhubungan langsung harus memakai
jubah, masker, dan sarung tangan. Tangan harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan
atau sebelum merawat pasien lain. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan pada waktu
penggantian balutan. Tindakan pencegahan sekresi ini perlu untuk penyakit infeksi yang
mengeluarkan bahan purulen, drainasea atau sekresi yang infeksius.
8
9. Kriteria Pindah Dari Ruang Isolasi
Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatanbiasa :
1. Terbukti bukan kasus yang mengharuskan untuk dirawat di ruang isolasi.
2. Pasien telah dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk dirawat di ruang rawat
inap biasa oleh dokter.
3. Pertimbangan lain dari dokter