Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH MIKROBIOLOGI FARMASI

“PATOGENISITAS MIKROORGANISME”

DISUSUN OLEH:

ALIF RAIHAN BOLONG


G70122110
KELAS A

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
PATOGENITAS MIKROORGANISME

Patogenisitas adalah suatu kemampauan mikroorganisme patogen yang mnyebabkan penyakit dalan host atau tubuh.
Sedangkan virulensi merupakan tingkat patogenesis, patogen jugan dapat masuk ke dalam host melalui beberapa cara, yaitu.
a. Membran mukosa, terjadinya penetrasi melalui membran mukosa dari:
 Saluran nafas
 Saluran cerna
 Saluran urogenital
b. Conjuctiva.
c. Kulit, melalui terbukanya bagian kulit seperti folikel rambut, kelenjar rambut, contoh infeksi hookwar, dan inferksi jamur.
d. Parenteral, melalui secara langsung fungsi jaringan kulit ataau membran mukosa sebagai barier untuk penetrasi atau luka.
Contoh tusukan, injeksi, gigitan, luka atau pembedahan

Virulen terkadang diartikan sebagai patogenesis. Mikroorganisme patogen dengan virulen Yang tinggi, lebih mudah akan
menyebabkan penyakit. Ada dua hal yang harus berhubungan dengan virulensinya yaitu, infeksifitas, termasuk dalam
kemampuan untuk berkolonisasi dan invasi ke dalam sel hospes, tingkat keparahan penyakit.

Infeksi berawal dari proses infeksi dan diikuti dari beberapa mekanisme yang berkelanjutan, sehingga menimbulkan gejala
dan manifestasi klinik penyakit. Mikroorganisme patogenik, wajib mempunyai kemampuan penyebaran dari satu individu ke
individu lain, melakukan infeksi, sampai dengan mengganggu keseimbangan imunitas hospen, dan menimbulkan kerusakan
jaringan.

POSTULAT KOCH

Pada tahun 1880, Heinrich Hermann Robert Koch memanfaatkan kemajuan metode laboratorium dan menentukan kriteria
yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroorganisme spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. Kriteria ini
dikenal dengan postulat Koch. Postulat Koch tersebut antara lain meliputi:

1. mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkannya,


2. mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium,
3. biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada hewan yang sesuai dapat menimbulkan penyakit, dan
4. mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari hewan yang telah terinfeksi tersebut.

kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai jenis bakteri penyebab penyakit dalam kurung waktu yang cukup
singkat, yaitu kurang dari 30 tahun. Ada beberapa bakteri yang merugikan, misalnya bakteri yang merusak bahan pangan, dan
tanaman budi daya, serta bakteri bersifat patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia

MEKANISME DAN TIPE INFEKSI MIKROBA

Proses infeksi adalah interaksi mikroorganisme patogen dengan makroorganisme di bawah kondisi lingkungan dan sosial
tertentu. Konsep “Penyakit infeksi” adalah gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme -seperti bakteri, virus, jamur,
atau parasit. Banyak mikroorganisme hidup di dalam dan di tubuh kita. Mikroorganisme ini biasanya tidak berbahaya atau
bahkan membantu, tetapi dalam kondisi tertentu, beberapa mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit. Beberapa penyakit
menular dapat ditularkan dari orang ke orang. Infeksi dapat menimbulkan gejala klinis ataupun mungkin asimtomatik, yang
dikenal sebagai pembawa (pembawa parasit, bakteri, virus). Manifestasi infeksi secara klinis dapat berlangsung dengan cara
yang khas ataupun tidak khas (atipikal). Pasien dengan bentuk infeksi yang khas menunjukkan semua gejala spesifik untuk
penyakit tertentu. Manifestasi klinis penyakit infeksi biasanya digolongkan sebagai ringan, sedang, dan berat; dan sesuai
dengan durasinya, penyakit bisa digolongkan.

Kombinasi rute di mana mikroorganisme patogen ditularkan dari individu yang terinfeksi ke individu sehat lainnya disebut
mekanisme transmisi infeksi. Empat mekanisme penularan infeksi dibedakan berdasarkan lokalisasi primer dari agen patogen
dalam tubuh individu: (1) fecal-oral (lokalisasi usus); (2) lintas udara (lokalisasi saluran udara); (3) transmisif (lokalisasi
dalam sistem sirkulasi darah); (4) kontak langsung (penularan infeksi melalui kontak langsung dengan orang lain atau objek
lingkungan). Penularan infeksi dari satu individu ke individu lain terjadi dalam tiga fase : (1) ekskresi dari individu yang
terinfeksi; (2) keberadaan agen infeksi di lingkungan; (3) masuk ke dalam individu yang sehat. Mekanisme ketika agen
patogen diekskresikan dari individu yang terinfeksi (fase pertama) tergantung pada lokus infeksi pada individu yang terinfeksi
atau karier. Jika mikroorganisme patogenhidup di mukosa pernapasan (influenza, campak, pertusis) mereka dapat dikeluarkan
dari pasien hanya dengan udara respirasi atau dengan tetesan lendir nasofaring. Jika infeksi terlokalisasi di usus,
mikroorganisme patogen dapat dikeluarkan bersama feses (disentri). Sedangkan mikroorganisme patogen dalam darah dapat
menginfeksi arthropoda/serangga penghisap darah.

Tipe infeksi mikroba


a. Udara merupakan faktor penularan pada infeksi pernafasan. Kontaminasi terjadi terutama di ruang tertutup di mana pasien
berada. Dari sumber infeksi, mikroorganisme masuk ke udara bersama dengan droplet sputum. Mereka dikeluarkan dalam
jumlah besar selama bersin, batuk, dan percakapan. Tetesan dahak mengandung mikroorganisme patogen dan sering tetap
berada di udara selama berjam-jam (cacar, cacar air, campak) dan kadang-kadang dapat dibawa dari satu ruangan ke
ruangan yang lain melalui aliran udara dan mengendap pada objek lingkungan.
b. Tanah terkontaminasi oleh kotoran manusia dan hewan, berbagai limbah, manusia dan hewan yang mati. Kontaminasi
tanah merupakan faktor epidemiologi yang penting karena tanah adalah habitat dan lokasi perkembangbiakan lalat, hewan
pengerat, dll. Telur dari beberapa cacing (ascarides, Trichuris trichiura, cacing tambang) diinkubasi di tanah.
Mikroorganisme patogen tanah dapat masuk ke udara, sayuran, buah yang dimakan manusia tanpa dimasak . Sangat
berbahaya menggunakan kotoran hewan maupun manusia untuk menyuburkan tanah di mana sayuran maupun buah-
buahan seperti mentimun, tomat , dan sayuran lainnya yang ditanam. Tetanus, gangren, dan antraks ditularkan melalui
tanah. Peran ini dimainkan oleh berbagai objek lingkungan.

PENYAKIT INFEKSI

Terdapat berbagai macam cara untuk mendiagnosis penyakit infeksi, mulai dari diagnosis klinis langsung hingga
menggunakan metode molekuler yang canggih. Namun, kombinasi penggunaan kultur mikrobiologi,
histopatologi/sitopatologi, dan metode molekuler dapat memberikan diagnosis yang akurat dan tepat untuk banyak penyakit
menular. Seorang dokter membutuhkan semua temuan klinis, radiografi, dan laboratorium untuk membuat diagnosis yang
akurat dan tepat waktu, terutama dalam patologi penyakit infeksi. Diagnosis histopatologi dan sitopatologi penyakit infeksi
merupakan proses yang progresif dan berurutan, dimulai dari yang umum ke yang spesifik berdasarkan hasil dari kombinasi
metode diagnostik. Meskipun masih banyak digunakan metode klasik untuk diagnosis penyakit infeksi, seperti pemeriksaan
kasar spesimen, irisan beku, aspirat smear, atau hematoxylin dan eosin (H & E) –dan metode pewarnaan, namun jumlah
informasi yang diperlukan untuk diagnosis dan pengobatan penyakit infeksi dapat jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan
untuk penyakit-penyakit non-infeksi. Status imunitas individu juga penting, karena beberapa manifestasi infeksi berkaitan
dengan status kekebalan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Sri Harti, A. (2015). Mokrobiologi Kesehatan. Yogyakarta : cv. Andi offset

Sri Murwani. (2015). Dasar Dasar mikrobiologi Veterier. Malang :UB Press

Joegijantoro, R. (2019). Penyakit infeksi. Malang : Intimedia

Anda mungkin juga menyukai