Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MIKROBIOLOGI

TOPIK 4
PATOGENITAS MIKROORGANISME

DISUSUN OLEH
NAMA : FUAN MAHARANI
NIM : G70121121
KELAS C :C

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
1. Patogenitas
Patogenitas adalah kemampuan atau kapasitas dari suatu pathogen untuk
menimbul suatu penyakit.
Patogenisitas bakteri merupakan kemampuan suatu bakteri patogen dalam
menimbulkan penyakit. Menurut Russo et. al, (2006) menyatakan bahwa
patogenisitas setiap agen patogen juga sangat berkaitan dengan kemampuannya
dalam memproduksi enzim, toksin dan dalam mengatasi sistem kekebalan
inangnya
2. Postulach Koch
Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriterita yang dirumuskan
Robert Koch pada tahun 1884 dan diterbitkan pada 1890. Postulat Koch
berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi
patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu.

Menurut Bollard (1993), pada tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan


metoda laboratorium dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk
membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu.
Kriteria tersebut dikenal sebagai Postulat Koch. Terdapat 4 kriteria yang
dirumuskan, yaitu :
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit
yang ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni
di laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat
menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah
terinfeksi tersebut.
Keempat kriteria harus terpenuhi untuk menentukan sebab-musabab antara parasit dan
penyakit. Menurut Suada dan Suniti (2014), metode Postulat Koch dapat dilakukan
untuk membuktikan suatu patogen menyebabkan penyakit dengan menerapkan isolasi,
inokulasi, reisolasi, dan identifikasi mikroba yang berasosiasi. Setelah diketahui
mikroba sebagai penyebab maka kemudian mikroba tersebut diidentifikasi secara
molekuler.
Postulat Koch dapat digunakan dan diterapkan pada berbagai bidang aplikatif sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing. Postulat Koch dapat diterapkan pada berbagai
bidang, diantaranya bidang mikrobiologi, bidang pertanian, bidang peternakan, dan
bidang pangan. Contoh penerapan postulat koch dalam bidang pertanian yaitu ketika
terdapat serangn oleh patogen pada pertanaman agroforestry, kemudian dalam bidang
mikrobiologi dapat digunakan untuk mengetahui peranan mikroba sebagai penyebab
penyakit yang diterangkan jelas dengan postulat tertentu (Saleh dan Nasir 2003
Menurut Suada dan Suniti (2014), metode Postulat Koch dapat dilakukan untuk
membuktikan suatu patogen menyebabkan penyakit dengan menerapkan isolasi,
inokulasi, reisolasi, dan identifikasi mikroba yang berasosiasi.
Secara garis besar, mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentan
(suspectable host) dapat terjadi melalui dua cara.
1. Transmisi langsung (direct transmission)
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk (port d’ entrée) yang sesuai
dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya
droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara, atau saat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.

2. Transmisi tidak langsung (indirect transmission)


Penularan mikroba pathogen melalui cara ini memerlukan adanya “ media perantara”
baik berupa barang / bahan, udara, air, makanan / minuman, maupun vektor.

a. Vehicle-borne
Dalam kategori ini, yang menjadi media perantara penularan adalah barang / bahan
yang terkontaminasi seperti peralatan makan dan minum, instrumen bedah / kebidanan,
peralatan laboratorium, peralatan infus / transfusi.

b. Vector-borne
Sebagai media perantara penularan adalah vektor (serangga), yang memindahkan
mikroba patogen ke pejamu dengan cara sebagai berikut.
i. Cara mekanis
Pada kaki serangga yang menjadi vektor melekat kotoran / sputum yang mengandung
mikroba patogen, lalu hinggap pada makanan / minuman, dimana selanjutnya akan
masuk ke saluran cerna pejamu.

ii. Cara biologis


Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus perkembangbiakan dalam
tubuh vektor / serangga, selanjutnya mikroba berpindah tempat ke tubuh pejamu
melalui gigitan.

c. Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang terbukti cukup efektif untuk
menjadi saran penyebaran mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk (port
d’ entrée) saluran cerna.

d. Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama untuk
kebutuhan rumah sakit, adalah suatu hal yang mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek
fisik, kimiawi, dan bakteriologis, diharapkan telah bebas dari mikroba patogen sehingga
aman untuk dikonsumsi manusia. Jika tidak, sebagai salah satu media perantara, air
sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk (port
d’ entrée) saluran cerna maupun pintu masuk lainnya.

e. Air-borne
Udara bersifat mutlak diperlukan bagi setiap orang, namun sayangnya udara yang telah
terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dapat dideteksi. Mikroba
patogen dalam udara masuk ke saluran napas pejamu dalam bentuk droplet nuclei yang
dikeluarkan oleh penderita (reservoir) saat batuk atau bersin, bicara atau bernapas
melalui mulut atau hidung. Sedangkan dust merupakan partikel yang dapat terbang
bersama debu lantai / tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di
dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan / bangsal / kamar
perawatan, atau pada laboratorium klinik

3. Mekanisme dan Tipe Infeksi Mikroba


Mekanisme transmisi mikroba patogen atau penularan penyakit infeksi
pada manusia sangat jelas tergambar dalam uraian di atas, dari reservoir ke
pejamu yang peka atau rentan. Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang
peka (suspectable host) akan berinteraksi dengan mikroba patogen, yang secara
alamiah akan melewati 4 tahap :

1. Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih berada dalam kondisi yang relatif sehat, namun
kondisi tersebut cenderung peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang
mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku /
kebiasaan hidup, sosial-ekonomi, dan lain-lain. Faktor– faktor predisposisi
tersebut akan mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba
patogen) untuk dapat berinteraksi dengan pejamu.

2. Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba pathogen akan mulai beraksi, namun
tanda dan gejala penyakit belum tampak (subklinis). Saat mulai masuknya
mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala
penyakit dikenal sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda
dengan penyakit lainnya; ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula yang
sampai bertahun-tahun.

3. Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi-fungsi organ yang dapat memunculkan
tanda dan gejala (signs and symptomps) dari suatu penyakit. Dalam
perkembangannya, penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap awal,
tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan
aktivitas sehari– hari dan masih dapat diatasi dengan berobat jalan. Pada tahap
lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena penyakit
bertambah parah baik secara objektif maupun subjektif. Pada tahap ini penderita
sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari– hari dan jika berobat,
umumnya harus melakukan perawatan.

4. Tahap Akhir Penyakit


Perjalanan semua jenis penyakit pada suatu saat akan berakhir pula.
Perjalanan penyakit tersebut dapat berakhir dengan 5 alternatif.

a. Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi sel / jaringan /
organ tubuh kembali seperti semula saat sebelum sakit.
b. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat
dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
c. Pembawa (carrier)
Perjalanan penyakit seolah– olah berhenti, ditandai dengan menghilangnya
tanda dan gejala penyakit. Pada tahap ini agen penyebab penyakit masih ada dan
masih memiliki potensi untuk menjadi suatu sumber penularan.
d. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau
tidak berubah (stagnan).
e. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi-fungsi organ yang
menyebabkan kematian.

4. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh organisme,


seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Beberapa organisme ini hidup di dalam
tubuh manusia dan memberikan manfaat. Namun, pada kondisi tertentu,
organisme ini justru dapat menyebabkan penyakit.

Penyakit infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung dengan individu yang
terinfeksi, gigitan hewan, serta tanah atau air yang terkontaminasi. Penyebaran
penyakit ini juga bisa terjadi melalui kontak tidak langsung, misalnya
menyentuh benda yang baru dipegang oleh orang yang terinfeksi.

Penyakit infeksi kadang menimbulkan gejala ringan yang dapat diatasi dengan
perawatan mandiri di rumah. Namun, beberapa kasus infeksi dapat berbahaya
sehingga memerlukan perawatan intensif.

Jenis dan Penyebab Penyakit Infeksi


Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit yang menyerang
tubuh. Masing-masing organisme ini bisa menimbulkan masalah kesehatan yang
berbeda. Berikut ini adalah penjelasannya:
Infeksi bakteri (bacterial infection)
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan bentuk dan ukuran yang
beragam. Bakteri dapat ditemukan di tanah, air, hingga di dalam tubuh manusia.
Beberapa jenis bakteri bahkan dapat hidup di suhu yang ekstrem atau terpapar
radiasi.

Bakteri ada yang hidup di dalam organ pencernaan atau di permukaan kulit dan
tidak berbahaya. Namun, ada juga bakteri yang dapat menyebabkan penyakit
infeksi jika masuk ke dalam tubuh. Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri:
• Infeksi saluran kemih (ISK)
• Keracunan makanan akibat bakteri coli, Salmonella, atau Shigella
• Gonore
• Klamidia
• Sifilis
• Tuberkulosis
• Pneumonia
• Kolera
• Botulisme
• Tetanus
Infeksi virus (viral infection)
Virus adalah organisme yang berukuran lebih kecil dari bakteri. Virus terdiri
atas sepotong materi genetik yang dilapisi oleh cangkang protein. Beberapa jenis
virus bahkan memiliki pelindung di permukaan tubuhnya.
Virus bersifat parasit dan membutuhkan sel inang untuk hidup. Setelah
memasuki sel inang, virus akan mulai bereproduksi sehingga dapat
menyebabkan sel inang mati.
Beberapa contoh penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus adalah:
• COVID-19
• Influenza
• Campak
• Rubella
• Cacar air
• Polio
• Human immunodeficiency virus (HIV)
• Human papillomavirus (HPV)
• Hepatitis
• Demam berdarah
• Rabies
• Meningitis
• Ebola

Infeksi jamur (fungal infection)


Jamur adalah organisme yang dapat ditemukan di banyak tempat, termasuk di
tanah atau di ruangan lembap seperti kamar mandi. Bahkan, jamur juga bisa
ditemukan di tubuh manusia. Jamur berukuran sangat kecil dan tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.

Tidak semua jamur menyebabkan penyakit infeksi. Namun, ada beberapa


penyakit akibat jamur yang dapat merugikan manusia, yaitu:
• Infeksi jamur vagina
• Kurap
• Kutu air
• Aspergillosis
• Histoplasmosis
• Infeksi kriptokokus
• Otomikosis

Infeksi parasit (parasitic infection)


Parasit adalah organisme yang menumpang hidup sekaligus mendapatkan
makanan atau nutrisi lainnya dari tubuh inang. Ada tiga jenis parasit yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, yakni protozoa, cacing, dan ektoparasit.
Beberapa contoh penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit adalah:
• Malaria
• Toksoplasmosis
• Trikomoniasis
• Giardiasis
• Infeksi cacing pita
• Infeksi cacing gelang
• Kutu rambut
• Kudis

Faktor risiko penyakit infeksi


Semua orang berisiko terserang penyakit infeksi. Namun, ada beberapa
kelompok orang yang lebih rentan terkena penyakit ini, yaitu:
• Ibu hamil
• Anak kecil
• Orang lanjut usia
• Penderita penyakit tertentu, seperti asma, penyakit jantung, dan diabetes
• Penderita penyakit autoimun yang menggunakan obat imunosupresif
• Penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, misalnya HIV/AIDS
• Penderita jenis kanker tertentu
• Orang yang sering bepergian jauh
DAFTAR PUSTAKA

Ahyar dan Muzir. (2019) Kamus Istilah Ilmiah. Sukabumi : CV Jejak

Barhum, L. Verywell Health (2021). An Overview of Infection: Types, Symptoms,


Causes, Diagnosis, Treatment, and Prevention.

Bollard T, Braille. 1993. A simple greenhouse climate control model incorporating


effects on ventilation and evaporative cooling. Agricultural and Forest Meteorology
65(1) : 145 – 157.

Cleveland Clinic (2021). Diseases & Conditions. Infectious Diseases.

Department of Health. State of Rhode Island (2021). Infectious Disease. Disease


Prevention.

Gao, D. (2019). Travel Frequency and Infectious Diseases. SIAM Journal on Applied
Mathematics, 79(4), pp. 1581– 1606.

Grennan, D., Varughese, C., & Moore, N. (2020). Medications for Treating Infection.
JAMA, 323(1), pp. 100– 100.

Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Infectious disease.

National Health Services UK (2020). Health A to Z. Antifungal medicines.

National Institute of Health. Medline (2021). Infectious Disease.

Saleh, Nasir. 2003. Ekobiologi dan Optimalisasi Pengendalian Penyakit Virus Belang
pada Kacang Tanah Melalui Pengelolaan Tanaman Secara Terpadu. Malang(ID) :
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Suada IK, Suniti NW. 2014. Isolasi dan identifikasi patogen getah kuning manggis
melalui pendekatan postulat koch dan analisis secara molekuler. J. HPT Tropika. 14(2)
: 142 – 151.

Anda mungkin juga menyukai