Anda di halaman 1dari 8

Nama : Harjunadi

Kelas : RPL I B

Mata Kuliah : Antropologi

NIM :

KONSEP DASAR ANTROPOLOGI KESEHATAN

PROGRAM STUDY D III KEPERAWATAN

KOTA BUMI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut bahasa Yunani, Antropologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu, “Antrophos” yang berarati “Manusia” dan Logos berarti “akal”.
Dengan demikian Antrophologi adalah Ilmu yang berusaha mencapai
pengertian tentang mahluk manusia dengan mempelajari aneka warna
bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudayaannya.
Antropho;lgy adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia
sebagai makhluk masyarakat. Perhatian ilmu pengetahuan itu ditujukan
pada sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi dan nila-nilai yang
membuat pergaulan hidup yang satu KESEHATAN MERUPAKAN
SESUATU HAL yang sangat penting bagi setiap manusia. Manusia dapat
menjalankan berbagai aktifitas hidup dengan baik bila dalam kondisi sehat
pula. Kondisi fisik yang sehat dan segar akan berpengaruh pada
produktifitas dan efektifitas kegiatan manusia. Apabila seseorang terkena
penyakit, maka sangat diperlukan penanganan dan pengobatan yang benar
agar segera dapat pulih dan sehat kembali.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan
penegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengotabatan dan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang, dengan
bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang yang
mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan
lebih sederhana diajukan oleh Lary Green dan koleganya yang menulis
bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang
dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap prilaku yang
yang kondusif bagi kesehatan. Saat ini lebih dari 80 % rakyat Indonesia
tidak mampu nmendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan
dibidang kesehatan, seperti Askes, taspen, dan jamsostek. Golongan
masyarakat yang dianggap’teranaktirikan’ dalam hal jaminan kesehatan
adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam hal
pelayanan kesehatan mas;ah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam
manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok
manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi kesehatan menurut WHO dan Depkes RI ?
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan sehat menurut WHO dan
Depkes RI
3. Mengetahui definisi Keperawatan
4. Apa yang harus dimiliki oleh seorang Perawat
C. Tujuan
1. Bisa mendefinisikan kesehatan menurut WHO dan Depkes RI
2. Bisa mengetahui persamaan dan perbedaan menurut WHO dan Depkes
RI
3. Supaya perawat memahami definisi keperawatan
4. Perawat mengetahui apa yang harus dimiliki oleh seorang perawat
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI SEHAT MENURUT WHO DAN DEPKES RI
1. Sehat Menurut WHO

Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara
fisik maupun mental dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan (WHO,1974).

Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat


meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :

1. Memperhatikan individu sebagai suatu system yang menyeluruh.


2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal
dan eksternal
3.

Mikroba pathogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus bertemu


dengan penjamu yang rentan melalui dan menyelesaikan tahap-tahap sebagai
berikut :

a. Tahap I
Mikroba pathogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan
(pejamu/penderita) melalui mekanisme penyebaran (mode of
transmission). Semua mekanisme penyebaran mikroba pathogen tersebut
dapat terjadi di rumah sakit, dengan ilustrasi sebagai berikut.
1. Penularan langsung melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas,
keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain
melalui darah saat transfuse darah.
2. Penularan tidak langsung
Seperti yang telah diuraikan, penularan tidak langsung dapat terjadi
sebagai berikut.
a) Vehicle-borne
Yaitu penyebaran/penularan mikroba pathogen melalui benmda-
benda mati (Fotnite) seperti peralatan medis (Instrument), bahan-
bahan /material medis, atau peralatan makan/minum untk
penderita.
Perhatikan pada berbagai tindakan invasive seperti pemasangan
kateter, vena punctie, tindakan pembedahan (bedah minor,
pembedahan dikamar bedah), proses dan tindakan medis
obstetric/ginekologi, dan lain-lain.

b) Vector-borne
Yaitu penyebaran/penularan mokroba pathogen dengan perantara
vector seperti lalat. Luka terbuka (open wound), jaringan nekrotis,
luka bakar, dan gangrene adalah kasus-kasus yang renbtan di
hinggapi lalat.
c) Food-borne
Yaitu penyebaran /penularan mikroba pathogen melalui makanan
dan minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba pathogen
dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala dan keluhan
gastrointestinal, baik ringan maupun berat.
d) Water-borne
Kemungkinan terjadinya penularan/penyebaran penyakit infeksi
melalui air kecil sekali , mengingat tersedianya air bersih di rumah
sakit sudah melalui uji baku mutu.
e) Air-borne
Peluang terjadinya infeksi silang melalui media perantara ini cukup
kurang baik ventilasi dan pencahayaannya. Kondisi ini dapat
menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita yang banyak.
Dari semua kemungkinan penyebaran/penularan penyakit yang
telah diuraikan di atas, maka penyebab kasus infeksi nosokomial
yang sering dilaporkan adalah tindakan invasive melalui
penggunaan berbagai instrument medis (vehicle-borne).

b. Tahap II
Upaya berikutnya dari mikroba pathogen adalah melakukan infasi
kejaringan /organ pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk
untuk masing-masing penyakit (Port d’entrée) seperti adanya kerusakan
/lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung, rongga mulut, orificium
urethrae, dan lain-lain.

1. Mikroba mikroba pathogen masuk kejaringan /organ melalui ;lesi


kulit. Hal ini dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum
suntik. Mikrpoba pathogen yang dimaksud antara lain virus hepatitis B
(VHB).
2. Mikroba pathogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran
urogenital karena tindakan infasiv, seperti :
a) Tindakan kateterisasi, sistoskopi
b) Pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curettage)
c) Pertolongan persalinan per-vaginam patologis, baik dengan
bantuan instrument medis, maupuntanpa bantuan instrument medis.
3. Dengan cara inhalasi, mikroba pathogen masuk melalui rongga hidung
menuju saluran nafas. Partikel infeksiosa yang menular berada diudara
dalam bentuk aerosol. Penularan langsung dapat terjadi melalui
percikan ludah (Droplet nuclei) apabila terdapat indifidu yang
mengalami infeksi saluran nafas melakukan ekshalasi paksa seperti
batuk, bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat terjadi apabila
udara dalam ruangan terkontaminasi. Lama kontak terpapar (time of
exposure) antara sumber penularan dan penderita akan meningkatkan
resiko penularan. Contoh : Virus influenza dan Al. tuberculosis
4. Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk kedalam saluran cerna.
Terjadi pada saat makan dan minum dengan makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Contoh : salmonella, Shigella, Vibrio, dan
sebagainya.
c. Tahap III
Setelah memeperoleh akses masuk, mikroba pathogen segera melakukan
invasi dan mencari jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan
multiplikasi /berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap
jaringan, walaupun ada upayanperlawanan dari pejamu. Sehingga
terjadilah infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis dan ganguan
fisiologis/fungsi jaringan.
Reaksi infeksi yangb terjadi pada pejamu disebabkan oleh adanya sifat-
sifat spesifik mikroba pathogen.
a. Infeksitas
Kemampuan mikroba pathogen untuk berinvasi yang merupakan
langkah awal melakukan serangan ke pejamu melalui akses masuk
yang tepat dan selanjutnya mencari jaringan yang cocok untuk
melakukan multiplikasi.
b. Virulensi
Langkah mikroba pathogen berikutnya adalah ,melakukan tindakan
destruktif terhadap jaringan dengan menggunaklan enzim perusaknya.
Besar-kecilnya kerusakan jaringan ditentukan oleh potensi virulensi
mikroba patogen.
c. Antigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif, mikroba pathogen juga
memiliki kemampuan merangsang timbulnya mekanisme pertahanan
tubuh pejamu melalui terbentuknya anti bodi. Terbentuknya antibodi
ini akan sangat berpengaruh terhadap reaksi infeksi selanjutnya.
d. Toksigenitas
si enzim perusaknya, beberapa jenbis mikroba pathogen dapat
menghasilkan toksin yang sangat berpengaruh terhadap perjalanan
penyakit.
e. Patogenitas
Sifat-sifat infeksitas, virulensi serta toksigenitas mikroba pathogen
pada satu sisi, dan sifat antigenitas mikroba pathogen pada sisi yang
lain, menghasilkan gabungan sifat yang disebut patogenitas. Jadi sifat
patogenitas mikroba pathogen dapat dinilai sebagai “deralat
keganasan” mikroba pathogen atau respon pejamu terhadap masuknya
kuman ketubuh pejamu.
Reaksi infeksi adalah proses yang terjadi pada pejamu sebagai akibat
dari mikroba pathogen mengimplementasikan cirri-ciri kehidupannya
terhadap pejamu. Kerusakan jaringan maupun gangguan fungsi
jaringan akan menimbulkan manifestasi klinis, yaitu manifestasi klinis
yang bersifat sistemik dan manifestasi klinis yang bersifat khusus
(organic)
Manifestasi klinis sistemik berupa gejala (Symptom) seperti domain,
merasa lemah dan terasa tidak enak (Malaise) , nafsu makan menurun,
mual, pusing, dan sebagainya. Sedangkan manifestasi klinis khusus
akan memberikan gambaran klinik sesuai dengan organ yang
terserang. Contoh :
 Bila organ paru terserang, maka akan muncul gambaran klinik
seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, gelisah dan lainnya.
 Bila organ alat pencernaan makanan terserang maka akan
muncul gambaran klinikseperti mual, muntah, kembung,
kejang perut, dan sebagainya.

Mikroba pathogen yang telah terserang pada jaringan /organ yang


sakit akan terus berkembang biak, sehingga kerusakan dan
gangguan fungsi organ semakin meluas.

Demikian seterusnya dimana pada suatu kesematan, mikroba


pathogen keluar dari tubuh pejamu (Penderita) dan mencari
pejamu baru dengan cara menumpang produk proses metabolisme
tubuh atau produk proses penyakit dari pejamu yang sakit.

Anda mungkin juga menyukai