Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR INFEKSI NESOKOMIAL

TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI SILANG

Dosen Pembimbing:

Hepta Nur Anugrahini, S.Kep, Ns

Disusun Oleh:

Laiul Fitriyani

P27820118049

II Reguler B

PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS SUTOMO

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. Definisi

Nosokomial diambil dari bahasa yunani, yaitu kata nasos yang memiliki arti
penyakit, dan komeo yang berarti merawat. Nosokomion dapat diartikan sebagai
tempat untuk merawar atau rumah sakit. Sehingga infeksi nosokomial dapat
diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit (Darmadi,
2008).

Infeksi nosokomial yaitu suatu infeksi yang diperoleh dari rumah sakit dan
menunjukkan gejala infeksi baru setelah 72 jam pasien berada di rumah sakit serta
infeksi tersebut tidak ditemukan atau diderita pada saat pasien masuk ke rumah
sakit.

Infeksi nosokomial dapat terjadi pada pasien, tenaga kesehatan,dan juga


setiap orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan
kesehatan ini dapat ditularkan dari petugas kesehatan,orang sakit,pengunjung
yang berstatus karier atau karena kondisi dari rumah sakit itu sendiri.

B. kriteria

Infeksi dapat terjadi dimana-mana dan setiap saat.kreteria sebuah infeksi


dapat dikatakan “mungkin terjadi disarana pelayanan kesehatan”adalah sebagai
berikut.

1. Sewaktu pasien masuk rumah sakit:

 tidak ditemukan tanda-tanda klinis infeksi tesebut.


 Tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
 Walaupun sudah ada tanda-tanda klinis infeksi tersebut. Pada waktu
pasien masuk kerumah sakit, terbukti infeksi tersebut ditemukan ketika
dirawat dirumah sakit yang sama pada waktu sebelumnya dan dan belum
dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

2. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residu) infeksi sebelumnya.


3. Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul setelah penderita dirawat 2 x 24
jam. Angaka tersebut bukan angka mutlak, jad dapat kurang atau lebih dari itu,
tergantung pada masa inkubasi kuman.

C.Faktor yang memengaruhi proses infeksi

1. Penularan secara kontak langsung


Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung,kontak tidak langsung,
dan droplet. Kontak langsung dapar terjadi jika sumber infeksi
berhubungan langsung dengan penjamu (penderita).
2. Penularan kontak tidak langsung
Penularan ini terjadi jika penularan membutuhkan objek perantara atau
benda mati. Hal ini dapat terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi oleh infeksi,contohnya kontaminasi peralatan medis
disebabkan oleh mikroorganisme.
3. Penularan melalui common vehicle
Penularan ini disebabkan oleh benda mati yang telah terkontaminasi oleh
kuman, dan dapat menyebabkan penyakit lebih dari satu penjamu
(penderita). Contoh darah, cairan intravena,obat obatan dan sebainya.
4. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi apabila mikroorganisme mempunyai ukuran yang
sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup
jauh dan melalui saluran pernafasan. Contoh tuberculosis (Tb) dan sel
kulit yang terlepas.
5. Penularan dengan perantara vector
Penularan ini terjadi dengan cara eksternal maupun internal. Disebut
penularan secara eksternal apabila hanya terjadi pemindahan secara
mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vector. Contoh
salmonella oleh lalat.
6. Sumber penyakit
Sumber penyakit dapat berpengaruh apakah infeksi berjalan dengan cepat
atau lambat.
7. Cara tunggu sumber dari kuman
Cara tunggu kuman bisa menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi
atau diperlambat,seperti tingkat kesamaan (pH),suhu,penyinaran(cahaya)
dan berbaring-baring.
8. Daya tahan tubuh
Apabila daya tahan tubuh yang baik bisa lambat proses infeksi atau cepat
proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya,daya tahan tubuh yang
buruk dapat memperburuk infeksi.
9. Faktor dari penderita (instrinsik faktor)
Terjadi akibat faktor umur,,jenis gender,kondisi umum penderita,risiko
terapi atau adanya penyakit yang mengharuskan ia berbaring yang
menyertai penyakit dasar bersama komplikasinya.
10. Faktor keperawatan
Dapat terjadi seperti berapa lamanya selama hari perawatan menurut
standar pelayanan perawatan dan juga padatnya penderita dalam saru
ruangan.

D. Proses Terjadinya Infeksi Nosokomial


1. Tahap pertama
Mikroba patogen bergerak menuju ke penjamu atau penderita dengan
mekanisme penyebaran (mode of transmission) yang terdiri dari penularan
langusung dan tidak langusng. Tahap langsung penularan langsung oleh
mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari
penjamuataupenderita,contoh sentuhan,ciuman,gigitan,batuk,berbicara.
Tahap tidak langsung penularan mikroba patogen yang penularannya
melalui barang barang udara, makanan,minuman,vektor.
2. Tahap kedua
Upaya dari mikroba patogen untuk menginvasi ke jaringan/organ
penjamu dengan cara mencari akses masuk seperti adanya kerusakan
atau lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung,mulut,orifisium
uretra,dan sebagainya.
3. Tahap ketiga
Mikroba patogen berkembang biak (melakukan multiplikasi) disertai
dengan tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada yang
mengakibatkan perubahan morfologis,dan gangguan fisiologis
jaringan.
4. Vector borne
Sebagai media perantara penularan dengan vektor (serangga),yang
memindahkan mikroba patogen ke penjamu dengan cara mekanis yaitu
pada kaki serangga melekat kotoran atau dahak (mikroba patogen) lalu
hinggap pada makanan atau minuman , dimana akan masuk
keseluruhan cerna penjamu. Biologis sebelum ke tubuh penjamu,
mikroba meningkat siklus perkembangbiakan dalam tibuh vektor
serangga dipindahkan ke tubuh penjamu melaui gigitan.
5. Makanan
Makanan dan minuman adalah media anatar yang cukup efektif untuk
lanjut mikroba patogen ke penjamu,yaitu melalui pintu masuk
(pelabuhan d’entre) saluran cerna.
6. Terbawa air
Hal ini terjadi secara kuantitatif juga kualitatif terutama untuk
kebutuhan rumah sakit.
7. Tahap akhir penyakit
Perjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5 alternatif:
 Sembuh sempurna: penderita sembuh beropearsi sempurna
artimya bentukan fungsi sel/jaringan/organ/organ tubuh
kembali seperti sediakala.
 Sembuh dengan obat: penderita pulih dari penyakitnya belum
dikembalikan keberdaan kecacatan. Cacat dapat berbentuk
cacat fisik,mental,sosial.
 Pembawa : perjalanan penyakit seolah olah berhenti,dengan
ditandai dengan menghilangnya tanda dan fakta penyakit. Pada
kondisi agen penyebab penyakit masih ada dan masih potensial
sebagai sumber penularan.
 Kronis: perjalnan penyakit bergerak cepat dengan tanda dan
gejala yang tetap atau tidak berubah (stagna).
 Meinggal dunia: akhir perjalanan penyakit dengan adanya
kegagalan fungsi-fungsi organ.
E. Dampak Infeksi Nosokomial
 Dapat menyebabkan cacat fungsional, setres emosional,dan dapat
meneybabkan cacat yang permanen hingga kematian.
 Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi
HIV/AIDS yang tinggi.
 Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai negara yang tida
mampu,dengan meningkatkan lama perawatan di rumah
sakit,pengobatan dengan obat-obat mahal,dan penggunaan layanan
lainnya.
 Morbiditas dan moralitas semakin tinggi.
 Adanya tuntutan secara hukum.
 Penurunan citra rumah sakit.
F. Pengelolaan Infeksi Noskomial
 Akibat banyaknya pasien yang dirawat dapat menjadi sumber
infeksi bagi lingkungan dan pasien lainnya.
 Kontak langusng dengan antara pasien yang menjadi sumber
infeksi dengan pasien lainnya.
 Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang tercemar kuman
dengan pasien.
 Penggunaan alat/peralatan medis yang tercemar oleh kuman.
 Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang dideritanya.

Masuknya mikroba atau transmisi mikroba ke penderita tentunya


berasal dari sekitar penderita, dimana penderita menjalani proses
asuhan keperawatan seperti:
 Penderita lain, yang juga sedang dalam proses perawatan.
 Petugas pelaksana (dokter,perawat).
 Peralatan medis yang digunakan.
 Tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat.
 Tempat atau kamar penderita menjalani tindakan medis akut
seperti kamar operasi, dan kamar bersalin.
 Makanan dan minuman yang disajikan
 Lingkunganrumah sakit secara umum.
G. Pencegahan Infeksi Nosokomial
Pencegahan memiliki arti yaitu jangan sampai timbul.
 Adanya sistem surveilan yang mantap
Surveilan suatu penyakit yaitu tindakan pengamatan yang
sistemik,dan dilakukan terus menerus terhadap penyakit tersebut
yang terjadi pada suatu populasi tertentu dengan tujuan untuk dapat
melakukan pencegahan,dan pengendalian. Jadi tujuan surveilan itu
sendiri ialah untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi
nosokomial.
 Adanya peraturan yang jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi
Dengan adanya peraturan maka ini merupakan standar yang harus
dijalankan setelah dimengerti semua petugas.standar ini meliputi
standar diagnosis ataupun standar pelaksanaan tugas. Dalam
pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini perat
perawat sangar besar sekali.
 Aseptik
Tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini
dikenakan untuk berpikir semua usaha yang dilakukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang
kemungkinan besar terus terjadi infeksi. Tujuan akhirnya adalah
mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik
pada permukaan benda hidup maupun mati agar alat-alat kesehatan
dapat digunakan dengan aman.
 Antiseptik
Upaya penundaan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan
tubuh lainnya.
 Dekontaminasi
Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat dibawa oleh
petugas kesehatan dengan aman, terutama petugas pembersihan
medis sebelum pencucian dilakukan. Contoh meja
pemeriksaan,alat-alat kesehatan dan sarung tangan yang sudah
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh saat tindakan
dilakukan.
 Pencucian
Tindakan menghilangkan semua darah,cairan tubuh,atau setiap
benda asing seperti debu dan kotoran.
 Sterilisasi
Yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk bakteri endospore dari
benda mati.
 Desinfeksi
Tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua)
mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi
tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau melarutkan larutan
kimia.

Cara penundaan infeksi (kewaspadaan isolasi)


 Mencuci tangan
Mencuci tangan diharap dilakukan pada udara yang mengalir dan
dengan menggunakan sabun yang di gosokkan selama 15 sampai
20 detik mencuci tangan dengan sabun biasa dan dengan udara
yang bersih termasuk sama efektifnya mencuci tangan dengan
sabun antimikroba. Kondisi yang mengharuskan petugas kesehatan
menggunakan sabun antiseptik ini yaitu saat akan melakukan
tindakan invasif, sebelum kontak dengan pasien.
 Penggunaan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang
telah dilah atau bahan sintetik yang tidak tembus oleh cairan.
a) Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan ynag dapat menularkan
penyakit dan dapat menyimpan pasien dari mikroorganisme
yang berada di tangan petugas kesehatan.
Tiga alasan mengapa petugas kesehatan harus
menggunakan sarung tangan:
 Mengurangi risiko petugas terkena infeksi dari
pasien.
 Mencegah penularan flora kulit petugas kepada
pasien.
 Mengurangi pencemaran tangan petugas kesehatan
dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari
satu pasien lainnya.

b) Makser
Untuk menhindari percikan darah atau cairan tubuh
dpindahkan ke hidung atau mulut petugas kesehatan dan
untuk menahan cipratan yang keluar saat petugas kesehatan
berbicara,bersin dan batuk.

Fungsi masker sebagai berikut:


 Melindungi kulit petugas dari kontak dengan bahan
infeksius yang berasal dari pasien (sekresi saluran
pernapasan,pancaran darah,atau cairan tubuh
lainnya).
 Menahan percikan lendir atau ludah yang keluar
sewaktu petugas berbicara,batuk atau bersin
(penularan melalui percikan).
 Mencegah penularan melalui udara.
c) Pelindung mata dan wajah
Pelindung ini harus digunakan untuk prosedur yang
memiliki jauh percikan darah atau cairan tubuh .
perlindungan harus jernih tidak mudah berembun, tidak
menyebabkan kandistorsi dan berada penutup
disampingnya.
d) Pemakaian gaun penutup
Gaun penutup digunakan untuk menutupi baju. Gaun ini
melindungi tangan dan tubuh petugas kesehatan yang
terbuka dan mencegah pakaian terkena darah,cairan tubuh
dan materi berpotensi infeksi lainnya.
e) Gaun bedah
Digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme
yang terdapat di abdomen dan lengan petugas sewaktu
pembedahan. Selanjutnya gaun bedah berperan untuk
melindungi tangan dan tubuh petugas kesehatan dari
paparan darah,cairan tubuh,dan materi infeksius lainnya
yang berasal dari pasien.
f) Celemek
Terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang
bagian depan tubuh petugas kesehatan agar terhindar dari
paparan darah atau cairan tubuh, tapi juga mencegah perut
operator bedah dan petugas lainnya menjadi usmber
pencemaran ke pasien. Celemek harus dikenakan dibawah
gaun pelindung kompilasi melakukan perawatan langsung
pada pasien.
g) Alas kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari perlukaan benda
tajam,benda berat atau cairan yang menetes jatuh ke kaki.

 Praktik keselamatan kerja


Praktik keselamatan kerja berhubungan dengan penggunaan
instrumen tajam seperti jarum suntik,dll.
 Perawatan pasien
Perawatan pasien yang sering dilakukan mencakup tindakan
pemakaian kateter urin,penggunaan alat intravaskular,transfusi
darah,pemasangan selang nasogastrik,penggunaan ventilator dan
perawatan luka bekas operasi.
 Antiseptik
Antiseptik dapat digunakan untuk mencuci tangan teruma ketika
setelah melakukan tindakan bedah, pembersihan kulit sebelum
tindakan beda atau tindakan invasif lainnya. Instrumen yang
kotor,sarung tangan bedah dan barang-barang berbaring yang
digunakan kembali bisa diproses dengan
dekontaminasi,pembersihan dan sterilisasi atau disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) untuk mengendalikan infeksi.
 Dekontaminasi
Dekomentasi pembersihan adalah doa tindakan penolakan dan
kendali yang sangat efektif beritirahat risiko penularan infeksi.
Proses pembersihan penting dilakukan karena tidak ada prosedur
sterilisasi dan DTT yang efektif tanpa melakukan pembersihan
sebelumnya terlebih dahulu. Pemeberihan ini dilakukan dengan
menggunakan cairan dan udara untuk membunuh mikroorganisme.
H. Tindakan untuk mengurangi risiko infeksi
 Cuci tangan sebelum tindakan.
 Pakai sarung tangan bersih untuk pemasangan kateter vena perifer,
dan untuk tindakan pemasangan kateter jenis lainnya harus
menggunakan sarung tangan steril.
 Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.
 Seleksi tempat penusukan (insersi) dan dipindah-pindah.
 Perawatan tempat pemasangan dan penggantian pembalut.
 Penggantian cairan dan set infus.
I. Pencegahan infeksi tempat pembedahan
a) Infeksi tempat pembedahan (ITP)
Infeksi pada insisi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari setelah
operasi atau dalam waktu 1 tahun apabila terdapat alat yang ditanam
(implan).
b) Infeksi tempat pembedahan (ITP) organ atau ruang
Bagian tubuh manapun selain bagian insisi dinding tubuh yang dibuka atau
ditangani selama operasi.
J. Mengurangi risiko infeksi tempat pembedahan
a) Membatasi arus lalu lintas ( jumlah orang diruang bedah) selama tindakan
pembedahan berlangsung
b) Memakai pakaian bedah dari satu pembedahan di ruang yang sama
termasuk petugas.
c) Menutup insisi bersih yang dijahit pada pembedahan lebih dari 48 jam.
d) Menganjurkan pasien untuk mandi atau bersiram setelah pembedahan
tanpa mencuci muka.
Infeksi Silang

A. Definisi

Infeksi merupakan reaksi tubuh atas masuknya mikroorganisme sebagai penyebab


penyakit.

Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain,yang
umumnya melalui suatu perantara. Media perantara penularan mikroorganisme
penyebab infeksi dapat terjadi melaui cara kontak langsung dengan contohnya
melalui cairan mulut dan darah.

B. Tujuan Pencegahan Infeksi


a) Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya
penyakit infeksi
b) Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan
kontrasepsi metode AKDR,suntik,susuk.
c) Menurunkan resiko tranmisi penyakit menular, seperti hepatitis B dan HIV
AIDS, baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan.
C. Cara Penularan Mikroorganisme
a) Kontak tubuh
Penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit,sedangkan
secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi.
b) Makanan dan minuman
Penyebaran melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi pada
penyakit tifus abdominalis,penyakit infeksi cacing dan lain-lain.
c) Serangga
Dapat terjadi akibat penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk
anopheles dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang disebabkan
oleh lalat.
d) Udara
Penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran
penyakit sistem pernapasan.
D. Rantai Infeksi Pada Infeksi Persilangan
a) Agen infeksius
Infeksi ini terjadi karena adanya mikroorganisme,seperti
bakteri,virus,jamur dan protozoa. Organisme residen berkembang di
lapisan kulit superfisial , tetapi 10 ± 20% mendiami lapisan epidermal.
Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang tersebut kontak
dengan orang atau objek dalam aktivitas.
b) Reservoar
Tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak
berkembang biak. Reservoar yang paling umum adalah tubuh manusia.
Karena berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga
tubuh.
c) Portal keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan
berkembang ,mereka menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke
pejamu lain dan menyebabkan penyakit.
d) Cara penularan
Penyakit infeksi tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum melalui
cara yang spesifik, namun mikroorganisme yang sama dapat ditularkan
melalui satu rute.
e) Portal masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan
yang digunakan untuk keluar, contoh pada saat jarum yang terkontaminasi
mengenai kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh. Setiap obstruksi
aliran urine memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra.
f) Hospes rentan
Seseorang jika terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung
pada derajat ketahanan individu terhadap patogen, meskipun seseorang
secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang
besar,infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap jumlah
mikroorganisme tersebut.
E. Proses Infeksi

Infeksi terjadi secara progresif,berat ringannya penyakit klien tergantung pada


tingkat infeksi. Patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu. Proses
infeksi memiliki beberapa tahapan yaitu:

a) Periode inkubasi
Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya gejala
utama.
b) Tahap prodomal
Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik (malaise,demam
ringan,keletihan).
c) Tahap sakit
Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih spesifik
terhadap jenis infeksi.
d) Tahap pemulihan
Interpal saat munculnya gejala akut infeksi, lama penyembuhan tergantung
pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien.
F. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi
a) Sumber penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau
lambat
b) Kuman penyebab
dapat menentukan jumlah mikroorganisme,kemampuan mikroorganisme
masuk kedalam tubuh dan virulensianya.
c) Cara membebaskan sumber dari kuman
Menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat seperti
tingkat leasaman (pH),suhu,penyinaran (cahaya),dan lain-lain.
d) Cara penularan
Dengan cara kontak langsung.
G. Tindakan Pencegahan Infeksi
a) Aseptik
Tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.
b) Antiseptik
Upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pembunuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
c) Dekontaminasi
Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman,terutama petugas pembersihan medis sebelum
pencucian dilakukan.
d) Pencucian
Tindakan menghilangkan semua darah,cairan tubuh,atau setiap benda
asing seperti debu dan kotoran.
e) Desinfeksi
Tindakan pada benda mati dengan menghilangkan tindakan pada benda
mati dengan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme
penyebab penyakit.
f) Sterilisasi
Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri,jamur,parasit dan virus) termasuk bakteri endospora.
H. Perlindungan dari Infeksi Dikalangan Petugas
a) Mencuci tangan untuk menghindari infeksi sialng.
b) Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah
atau cairan tubuh lain.
c) Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan
penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah
pasien.
d) Melakukan dekontaminasi,pencucian dan sterilisasi intrumen dengan
prinsip yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, S &Putri,MH.2011. Pengendalian Infeksi Silang di Klinik Gigi.
Jakarta : EGC
Rohani&Setio,H.2010.Panduan Praktik Keperawatan. Klaten : PT Intan
Sejati
Salawati,L,2012, PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI
RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT,Pengendalian
Nosokomial,vol.12 no.1,hh 47-51
Nurseha,D,2013, PENGEMBANGAN TINDAKAN PENCEGAHAN
INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT
BERBASIS HEALTH BELIEF MODEL, Pengendalian Tindakan
Pencegahan Infeksi Nosokomial,vol.8 no.1,hh 64-71
Sule,MM,Minjtjelungan,CN,2015, PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI SILANG PADA TINDAKAN
EKSTRASI GIGI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PSPDG
FK UNSRAT, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Silang,Tindakan Ekstraksi Gigi,vol.3 no.2,hh 587-594
Siampa,FA,Samad,Rasmidar,2014, PENERAPAN PROTEKSI DOKTER
GIGI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP INFEKSI
SILANG, Infeksi Silang,Proteksi Dokter Gigi,vol.3 no.1,hh 75-81

Anda mungkin juga menyukai