Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera yang serius terhadap sel
atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan
normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit
ini merupakan penyakit menular atau contagius.

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam
asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek
asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan tenaga
kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula
untuk mengurangi risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum
ditemukan dengan cara pengobatannya, seperti misalnya HIV/AIDS.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu
gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat
di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi
endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara
infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit
dan dari satu pasien ke pasien lainnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pencegahan infeksi?
2. Bagaimana cara penularan mikroorganisme?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi?
4. Apa pengertian dari infeksi nosokomial?
5. Apa tindakan pencegahan infeksi?
6. Bagaimana Perlindungan dari Infeksi Dikalangan Petugas
7. Bagaimana Pencegahan dan Penanganan Infeksi Nosokomial pada Ibu Hamil
8. Apa 6 goals keselamatan pasien di rumah sakit (IPSG)
9. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan patient safety
10. Apa aspek hukum patient safety?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pencegahan infeksi
2. Untuk mengetahui Bagaimana cara penularan mikroorganisme
3. Untuk mengetahui Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi
4. Untuk mengetahui Apa pengertian dari infeksi nosokomial
5. Untuk mengetahui Apa tindakan pencegahan infeksi
6. Untuk mengetahui Bagaimana Perlindungan dari Infeksi Dikalangan Petugas
7. Untuk mengetahui Bagaimana Pencegahan dan Penanganan Infeksi Nosokomial
pada Ibu Hamil
8. Untuk mengetahui Apa 6 goals keselamatan pasien di rumah sakit (IPSG)
9. Untuk mengetahui Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan patient safety
10. Untuk mengetahui Apa aspek hukum patient safety

D. Manfaat penulisan
Agar mahasiswa dapat mencegah dan meminimalisir terjadinya infeksi dan
infeksi nosokomial pada klien.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang yang di
berikan kepada klien untuk melindungi petugas kesehatan itu sendiri.
Tujuan pencegahan infeksi :
1. Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya penyakit
infeksi
2. Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan
krontrasepsi metode AKDR, suntik, susuk, dan krontrasepsi mantap.
3. Menurunkan resiko tranmisi penyakit menular, seperti Hepatitis B dan HIV
AIDS, baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan.

B. Cara Penularan Mikroorganisme


Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh , baik pada manusia maupun
hewan, dapat melalui berbagai cara, di antaranya:
1. Kontak tubuh , penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit,sedang
secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi.
2. Makanan dan minuman, tersebar melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi seperti pada penyakit tifus abdominalis, penyakit infeksi cacing dan
lain-lain.
3. Serangga, contohnya penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk
anopheles dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat di tularkan oleh
lalat.
4. Udara, proses penyebarab kuman melalui udara dapat di jumpai pada penyebaran
penyakit sistem pernafasan.

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi


1. Sumber penyakit, sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan
cepat dan lambat.
2. Kuman penyebab, dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme, masuk ke dalam tubuh dan virulensianya.
3. Cara membebaskan sumber dari kuman , ini dapat menentukan apakah proses
infeksi cepat teratasi atau di perlambat seperti tingkat keasaman (Ph), suhu,
penyinaran (cahaya), dan lain-lain.
4. Cara penularan , dengan cara kontak langsung.
5. Cara masuknya kuman, proses penyebaran kuman berbeda bergantung pada
sifatnya.

3
6. Daya tahan tubuh, daya tahan tubuh yang baik dapat menyebabkan
memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan.

D. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam system
pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan,
baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain :
1. Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi)
2. Sumber infeksi
3. Perantara atau pembawa kuman,
4. Tempat masuk kuman pada hospes baru,
5. Daya tahan tubuh hospes baru,
6. Keadaan rumah sakit meliputi;
 Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan konstruksi
rumah sakit,
 Pemakaian antibiotik yang irasional,
 Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika,
tindakan invasif dan instrumentasi,
 Berat penyakit yang diderita.

E. Tindakan Pencegahan Infeksi


Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat di lakukan adalah
1. Aseptik yaitu tindakan yang di lakukan dalam pelayanan kesehatan.
2. Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian
dilakukan.
4. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda
asing seperti debu dan kotoran .
5. Desinfeksi yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan tindakan pada benda
mati dengan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyabab
penyakit.
6. Sterilisasi yaitu tindakan untuk menghilangngkan semua mikroorganisme
(bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk bakteri endospora.

4
F. Perlindungan dari Infeksi Dikalangan Petugas
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti
prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar
penerapan yaitu :
1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang.
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau
cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker,
sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit
dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari
pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan
tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan
penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip
yang benar.

G. Pencegahan dan Penanganan Infeksi Nosokomial pada Ibu Hamil


Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia secara
relatif murah, yaitu :
1. Menaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kebersihan dan
kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan.
2. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk
dekontaminasii dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti
dengan sterilisasi dan desinfeksi tingkat tinggi.
3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya
di mana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen
penyebab infeksi sering terjadi.

5
H. 6 goals keselamatan pasien di rumah sakit (IPSG)

1. Identifikasi Pasien Secara Tepat/Identify Patients Correctly.


Menggunakan minimal 2 identitas pasien dengan kombinasi sebagai berikut:
 Nama lengkap dan tanggal lahir, atau
 Nama lengkap dan nomor medical record, atau
 Nama lengkap dan alamat

2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif/Improve Effective Communication


 Melakukan proses feedback saat menerima instruksi per telepon
 Melakukan hand over saat serah terima pasien
 Melakukan critical result dalam waktu 30 menit
 Menggunakan singkatan yang dibakukan.

3. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang membutuhkan perhatian/Improve the safety of


High-Alert Medications
 Tidak menyimpan elektrolit konsentrasi tinggi diruang perawatan (termasuk potassium
chloride/KCL dan Sodium chloride/NaCl >0.9%)

4. Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur pembedahan/Ensure Correct-Site,


Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery
 Melakukan site marking
 Menggunakan dan melengkapi surgical checklist
 Melakukan time out

6
5. Mengurangi Risiko Infeksi/ Reduce the risk of health care-Associated Infections
Melakukan cuci tangan

 Sebelum kontak dengan pasien


 Sebelum melakukan tindakan aseptic
 Setelah kontak dengan cairan tubuh
 Setelah kontak dengan pasien
 Setelah kontak dengan lingkungan pasien

6. Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh/Reduce the risk of patient harm resulting from
falls
 Melakukan pengkajian awal dan berkala mengenai risiko pasien jatuh.
 Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi.

7
I. Langkah-langkah pelaksanaan patient safety
Pelaksanaan “Patient safety” meliputi :

1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2
May 2007), yaitu:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

2. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang
dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois,
USA, tahun 2002),yaitu:
1. Hak pasien
Standarnya adalahPasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan).
Kriterianya adalah :
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2. Mendidik pasien dan keluarga


Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien
adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

8
3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriterianya adalah:
1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,
memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standarnya adalah :
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui penerapan “7 Langkah
Menuju KP RS ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &
program mengurangi KTD.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan
kinerja RS & KP.

9
Kriterianya adalah :
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standarnya adalah :
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriterianya adalah :
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Standarnya adalah:
1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal & eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah :
1) disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk

10
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada

Tujuh langkah menuju keselamatan pasein RS (berdasarkan KKP-RS No 001-VIII-2005 )


sebagai panduan bagi staf rumah sakit

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan & budaya yang
terbuka dan adil”
Bagi Rumah sakit:

 Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan
kepada staf, pasien, keluarga
 Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
 Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
 Lakukan asesmen dg menggunakan survei penilaian KP

Bagi Tim:
 Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
 Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yg
tepat

2. Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen &focus yang kuat & jelas tentang KP
di RS anda”
Bagi Rumah Sakit:

 Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP


 Di bagian-2 ada orang yg dpt menjadi “Penggerak” (champion) KP
 Prioritaskan KP dlm agenda rapat Direksi/Manajemen
 Masukkan KP dlm semua program latihan staf

Bagi Tim:

 Ada “penggerak” dlm tim utk memimpin Gerakan KP


 Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP

11
 Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden

3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko,
serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg potensial brmasalah”

Bagi Rumah Sakit:


 Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
 Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
 Gunakan informasi dr sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan
kepedulian thdp pasien
Bagi Tim:
 Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
 Penilaian risiko pd individu pasien
 Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tsb

4. Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dg mudah dpt melaporkan
kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS”

Bagi Rumah sakit:


 Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dlm maupun ke luar yg
hrs dilaporkan ke KKPRS – PERSI
Bagi Tim:
 Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi tetap
terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting

5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara komunikasi yg


terbuka dg pasien”

Bagi Rumah Sakit


 Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien & keluarga
 Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insiden
 Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar selalu terbuka kpd pasien &
kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien

12
Bagi Tim:
 Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
 Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
 Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf anda utk
melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul”

Bagi Rumah Sakit:


 Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebab
 Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA)
atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup
semua insiden & minimum 1 x per tahun utk proses risiko tinggi
Bagi Tim:
 Diskusikan dlm tim pengalaman dari hasil analisis insiden
 Identifikasi bgn lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tersebut

7. Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien, “Gunakan informasi yg


ada ttg kejadian/masalah utk melakukan perubahan pd sistem pelayanan”

Bagi Rumah Sakit:


 Tentukan solusi dg informasi dr sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, audit
serta analisis
 Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan
klinis, penggunaan instrumen yg menjamin KP
 Asesmen risiko utk setiap perubahan
 Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
 Umpan balik kpd staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
Bagi Tim:
 Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
 Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
 Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg dilaporkan

13
J. Aspek hukum terhadap patient safety
Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut
UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit :
1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009 “Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus
mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”
b. Pasal 32n UU No.44/2009 “Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.
c. Pasal 58 UU No.36/2009
1. “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya.”
2. “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.”
2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
a. Pasal 29b UU No.44/2009 ”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UU No.44/2009 “Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di
RS.”
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009
d. “Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.”

3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit


Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit “Rumah Sakit Tidak bertanggung
jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis
yang kompresehensif. “

4. Hak Pasien
a. Pasal 32d UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional”
b. Pasal 32e UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang
efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”

14
c. Pasal 32j UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
d. Pasal 32q UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau
menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana”

5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien


Pasal 43 UU No.44/2009
1. RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa,
dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang
tidak diharapkan.
3. RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
4. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.

Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien.


Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
a. Assessment risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden
e. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Dibutuhkan
sebuah system yang mampu mengatasi hal tersebut. Patient Safety atau keselamatan pasien
adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem
ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. Saran
Bagi Tenaga Kesehatan dan Institusi Pelayanan Kesehatan agar selalu berpedoman pada
SOP dalam memberikan setiap tindakan medis agar terhindar dari hal – hal yang dapat
membahayakan keselamatan pasien, diri sendiri dan mencemarkan nama baik institusi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum


Kesehatan.
Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah
Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas University, Indonesia
Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005
Tim keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient Safety.
Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of National
Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara, Bandung 14-15 November
2006.
Yahya, Adib A. (2007) Fraud & Patient Safety. Proceedings of
PAMJAKI meeting “Kecurangan (Fraud) dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan” Hotel Bumi
Karsa, Jakarta 13 December 2007.
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : RenataKomalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, Dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.Jakarta : EGC.2005
Linda Tietjen, dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Abdul Bari Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

17

Anda mungkin juga menyukai