Anda di halaman 1dari 17

Pemeriksaan fisik jantung

Atrium Kanan
Ventrikel kanan
Ventrikel Kiri
Atrium kiri

a. Inspeksi (periksa pandang)


Menentukan :
-

Bentuk prekordium

Denyut pada apeks jantung

Denyut nadi pada dada

Denyut vena

Bentuk prekordium

Normal kedua belah dada simetris


Bila cekung / cembung sesisi berarti ada ppnyakit jantung / paru sesisi
Cekung
Pada perikarditis menahun, fibrosis / atelektasis paru, skoliosis, kifoskoliosis, akibat beban yang
menekan dinding dada (pemahat, tukang kayu, dll.)
Cembung atau menonjol
Pada pembesaran jantung, efusi perikard, efusi fleura, tumor paru, tumor mediastinum, skoliosis, atau
kifoskoliosis.Penonjolan akibat efusi fleura/ perikard merupakan penonjolan daerah intern
kostalis.Penonjolan akibat kelainan jantung menahun / bawaan merupakan penonjolan iga.

Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau dalam posisi sedikit
dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan misalnya pada stenosis mitral dan pemeriksa
berdiri disebelah kanan penderita.
Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan
asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil.Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan
kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paru-paru menutupi jantung,
sehingga pungtum maksimumnya menghilang, suatu variasi yang khususnya ditemukan pada penderita
emfisema paru. Oleh kerena itu menghilangnya pungtum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa
jantung tidak bergerak bebas. Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser pungtum maksimum kearah
kiri, sehingga akan berada diluar garis midklavikula dan kebawah. Efusi pleura kanan akan
memindahkan pungtum maksimum ke aksila kiri sedangkan efusi pleura kiri akan menggeser kekanan.
Perlekatan pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks akan menyebabkan terjadi
pemindahan yang sama. Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan, meningkat pada berbagai keadaan
seperti hipertiroidisme, anemia, demam.

Denyut di apeks jantung (ictus cordis)


Pada umumnya denyut jantung tampak didaerah apeks.Pemeriksaan dilakukan sambil
penderita berbaring atau duduk dengan sedikit membungkuk. Normal dewasa : terletak di ruang sela iga
ke 4 kiri 2 3 cm dari garis mid klavikularis. Daerah yang berdenyut seluas kuku ibu jari. Normal anak :
terletak diruang sela iga ke 4 kiri. Bila denyut berada di belakang tulang iga payudara besar, dinding
toraks tebal, emfisema, efusi perikard maka denyut terseebut tak tampak.
Denyut apeks tergeser ke samping kiri pada keadaan patologis, misalnya : penyakit jantung,
skoliosis/kifoskoliosis, efusi fleura, pneumothorak, tumor mediastinum, abdomen membuncit (asites,
hamil, dll.)
Denyut nadi pada dada
Timbul denyutan di sela iga 2 kanan aneurisme aorta.
Timbul denyutan di sela iga 2 kiri :dilatasi arteri pulmonalis (PDA, aneurisme a. pulmonalis), aneurisme
aorta desenden.
Retraksi (tarikan kedalam) di prekordium seirama dengan systole pada perikarditis adesiva, insufisiensi
tricuspid/aorta.
Denyut vena
Vena didada dan punggung tak tampak denyutannya.Yang kelihatan berdenyut hanya vena jugularis
interna dan eksterna.

b. Palpasi (periksa raba)

Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan dilakukan perabaan
diatas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of masksimal impulse , normal terletak pada ruang sela
iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk
dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular,
sedang pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan
normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1-2 cm2.
Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic lift, systolic heaving,
dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba lebih melebar. Getaranan bising yang ditimbulkan
dapat teraba misalnya pada Duktus Arteriosis Persisten (DAP) kecil berupa getaran bising di sela iga kiri
sternum

Urutan palpasi
Teliti denyutan dan getaran (thrill) di prekordium
Teliti pergerakan trakea

Denyut Apeks
Normal di sela iga ke 5 (2-3 cm medial garis mid klavikularis). Bisa tak teraba oleh karena kegemukan,
dinding thoraks tebal, emfisema,dll.

Meningkat bila curah jantung besar misalnya pada insufisiensi aorta / mitral
Sedikit meningkat pada hipertensi dan stenosis aorta.
Getaran (thrill)
Bising jantung yang keras (derajat IV/6 atau lebih) akan teraba sebagai getaran pada palpasi.
Lokasi di sela iga 2 kiri sternum, misalnya pada pulmonal stenosis.
Lokasi di sela iga 4 kiri sternum misalnya pada Ventrikular Septal Depect.
Lokasi di sela-sela iga 2 kanan sternum (basis) misalnya pada Aortik stenosis
Lokasi di apeks - diastole : pada Mitral Stenosis, sistol : Mitral Insufisiensi.
Getaran tersebut lebih mudah diraba bila penderita membungkuk kedepan, dengan napas ditahan waktu
ekspirasi, kecuali getaran MS yang lebih mudah teraba bila penderita berbaring pada sisi kiri.
Gerakan Trakea
Anatomi trakea berhubungan dengan arkus aorta, karenanya trakea perlu diperiksa. Pada aneurisma
aorta denyutnya akan menjalar ke trakea, dan denyutan ini dapat diraba.
Cara : pemeriksa berdiri dibelakang penderita dan kedua jari telunjuk diletakkan pada trakea sedikit
dibawah krikoid. Kemudian larings dan trakea diangkat ke atas oleh kedua telunjuk itu.Jika ada
aneurisma aorta, tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk bahwa trakea dan laring
tertarik ke bawah.

c. Perkusi (periksa ketuk)

Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis
parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran
besarnya jantung.Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke kanan.Dilatasi ventrikel
kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah.Pinggang jantung merupakan batas pekak
jantung pada RSI III pada garis parasternal kiri.
Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung koroner,
infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, regurgitasi tricuspid, insufisiensi aorta,
ventrikel septal defect sedang, tirotoksikosis, Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung
merata atau menonjol kearah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke
lateral kanan dan/atau ke kiri atas. Pada perikarditis pekat jantung absolut melebar ke kanan dan ke
kiri.Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang
berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.

d. Auskultasi (periksa bunyi)

Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi (getaran
suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian hemodinamik darah dalam
jantung.

Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece. Macammacam ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk mendengar bunyi
dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi
yang lebih rendah.
Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :
a) Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
b) Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.
c) Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan bermacam-macam jenis
vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi yang terdengar. Selain bunyi jantung pada
auskultasi dapat juga terdengar bunyi akibat kejadian hemodemanik darah yang dikenal sebagai desiran
atau bising jantung
Waktu kedua atrium kontraksi darah dialirkan ke dua ventrikel, disebelah kanan melewati katup
tricuspid, sedang disebelah kiri melewati katup mitral.Kemudian kedua ventrikel berkontraksi dan darah
dipindahkan dari ventrikel kanan ke a. pulmonalis, sedang dari ventrikel kiri ke aorta.Permulaan
kontraksi ventrikel (sistolik) terjadi waktu katup mitral dan tricuspid menutup, dimana kedua katup ini
terbuka selama atrium berkontraksi.Permulaan relaksasi ventrikel (diastole) terjadi waktu katup aorta
dan pulmonal menutup, yang selama ventrikel berkontraksi tetap terbuka.
Arteri karotis berdenyut segera setelah sistolik ventrikel, kemudian disusul oleh denyutan a.
radialis.Jadi hendaknya denyut a. karotis yang dijadikan pegangan untuk menentukan sistolik ventrikel.
Katup pulmonal
Persambungan iga 3 kiri dengan sternum
Katup aorta
Pada sternum, lebih rendah dan lebih medial daripada katup pulmonal.
Katup mitral
Pada sternum, dekat batas atas sendi antara iga 4 dengan sternum.
Katup tricuspid
Pada sternum (arah menyilang sternum), sesuai garis penghubung proyeksi katup mitral dengan sendi
antara sternum dengan iga kanan ke 5.
Bila ada kelainan jantung proyeksi katup berpindah, misalnya stenosis mitral maka katup mitral
bergerak ke kiri bawah.
Proyeksi katup bukan menunjukkan tempat bunyi jantung yang terdengar paling keras, meskipun bunyi
bunyi jantung di bangkitkan di sekitar katup - katup jantung.
Bunyi jantung dibangkitkan oleh kattup :
Mitral : paling jelas terdengar di apeks
Trikuspid : di sternum dekat sendi sternum sela iga 5 kanan
Aorta : pada sendi antara sternum sela iga 2 kanan / apeks
Pulmonal : pada sela iga 2 kiri dekat tepi sternum
Tekhnik auskultasi :

Sebelumnya kita harus mengetahui bahwa stethoscope terdiri dari 2 bagian yakni bell dan
diapragma.Kualitas stetoskope yang baik mempunyai dua saluran terpisah yang menghubungkan bagian
kepala stetoskope ke masing masing bagian telinga.
Bell :
Untuk mendengarkan suara yang nadanya rendah.Misalnya BJ 3, BJ 4, bising mid diastole mitral /
tricuspid.
Tempelkan dengan penekanan yang ringan saja pada dinding dada.
Diapragma :
Merupakan kepala yang bermembran, digunakan untuk mendengarkan suara yang nadanya tinggi,
misalnya bunyi jantung 1 dan 2, OS (opening snap), bunyi ejeksi (ejection sound), pericardial friction
rub, bising sistolik dan awal sistolik.
Penting dipahami :
1) BJ 1 dan BJ 2 yang normal
2) Belajar memusatkan pendengaran pada BJ 1 dan BJ 2 sendiri sendiri, sehingga dapat dibedakan
apakah bunyi itu terdengar sebagai satu suara atau terpisah.
3) terganggu oleh bunyi jantung
Bunyi jantung :
BJ 1 : ditimbulkan oleh penutupan katup mitral dan tricuspid
BJ 2 : ditimbulkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonal
Normal BJ 1 lebih keras dari BJ 2, tetapi BJ 1 nadanya rendah sedang BJ 2 nadanya tinggi.
Intensitas bunyi jantung 1:
Mengeras pada takhikardi oleh karena macam macam sebab (MS dan lain-lain)
Melemah pada miokarditis, kardiomiopati, infark miokard, efusi perikard, empisema tumor yang
menyelimuti jantung, MI.
Di apeks (daerah katup mitral) BJ 1 lebih keras daripada BJ 2.
Didaerah katup aorta dan pulmonal BJ 2 lebih keras daripada BJ 1.
Untuk membedakan BJ 1 dan BJ 2 :
Perbedaan intensitas sesuai dengan lokasi tersebut diatas.
Singkronisasinya dengan denyut a. karotis.
Intensitas bunyi jantung 2
BJ 2 mengeras pada hipertensi sistemik, hipertensi pulmonal.Tetapi keadaan dinding dan arus aliran
darah dalam arteri bersangkutan ikut menentukan.Bila dinding lentur dan arus aliran darah ke a.
pulmonalis tak deras oleh karena stenosis, maka BJ 2 dapat melemah meskipun ada hipertensi.

BJ 3 dan BJ 4 yang fisiologik :


BJ 3 : terdengar samar-samar pada awal fase diastolic (BJ 2) normal pada orang muda, karena getaran
pada otot-otot dan korda tendine katup mitral/tricuspid waktu ventrikel terisi darah yang deras.
BJ 4 : Umumnya tak terdengar.

Letaknya pada akhir fase diastolic (presistolik), jadi sesaat sebelum BJ 1, timbul diantara gelombang P
dan kompleks QRS dan disebabkan oleh kontraksi otot atrium.
BJ 1 yang terpisah :
BJ 1 oleh karena penutupan Mitral dan Trikuspid; BJ 2 oleh karena penutupan katup aorta dan
pulmonal.Bila ada selisih waktu yang cukup lama antara penutupan kedua katup yang bersangkutan,
maka BJ 1 dan BJ 2 terdengar terpisah.

1. Pemeriksaan Dada Bagian Anterior


Ketika diperiksa dalam posisi terlentang, pasien harus berbaring dengan nyaman
lengannya sedikit diabduksikan.

sementara kedua

1. INSPEKSI
Amatilah bentuk dada pasien dan gerakan dinding dada.
Perhatikan:
1.
2.
3.
4.

Deformitas atau asimetri


Retraksi abnormal ruang sela iga bawah pada saat inspirasi
Tertinggalnya atau terganggunya bagian dada yang bersifat local pada gerakan respirasi
PALPASI

Palpasi memiliki empat manfaat yang ptensial


1.
2.
3.
4.
5.

Identifikasi daerah-daerah yang nyeri ketika ditekan


Penilaian terhadap abnormalitas yang terlihat
Penilaian lebih lanjut terhadap ekspansi dada
Penilain fremitus taktil
PERKUSI

Lakukan perkusi dada bagian anterior dan lateral, dengan sekali lagi membandingkan kedua sisi dada.
Jantung dalam keadaan normal akan menghasilkan daerah redup disebelah kiri os sternum dari sela iga
ke-3 hingga ke-5. Lakukan perkusi paru kiri disebelah lateral daerah redup ini.

1. AUSKULTASI
Dengarkan dada disebalah anterior dan lateral ketika pasien melakukan perrnapasan dengan mulut
terbuka yang agak lebih dalam dari pada pernapasan normal. Bandingkan daerah-daerah paru yang
simetris, dengan menggunakan pola yang dianjurkan untuk perkusi dan lanjutkan pemeriksaan
auskultasi ini kedaerah-daerah disekitarnya.Dengarkan bunyi perrnapasan dengan memperhatikan
intensitasnya dan mengenali setiap variasi dari pernapasan vesicular yang normal.Biasanya bunyi
pernapasan lebih keras pada lapang paru anterior atas.Bunyi pernapasan bronkovesikular dapat terdengar
pada saluran napas yang besar, kususnya pada sisi sebelah kanan.
Kenali setiap bunyi tambahan, tentukan waktu terdengarnya dalam siklus respiratori, dan tentukan lokasi
bunti tersebut pada dinding dada.Jika diperlukan dengarkan bunyi suara yang ditransmisikan.

B.

PEMERIKSAAN DADA BAGIAN POSTERIOR


1. INSPEKSI

Dari posisi garis tengah di belakang tubuh pasien, perhatikan bentuk dada dan cara dada bergerak yang
meliputi:
1. a. Deformitas atau ketidaksimetrisan (Asimetri)
b. Retraksi ruang sela iga yang abnormal pada saat inspirasi. Retraksi tampak paling jelas pada ruang
sela iga bagian bawah.Sering disertai retraksi supraklavikula.
1. c. Gangguan gerak pernapasan pada salah satu atau kedua sisi atau tertinggalnya (terlambatnya)
gerak pernapasan yang unilateral

2. PALPASI
Ketika melakukan palpasi dada, fokuskan perhatian anda terhadap nyeri tekan dan abnormalitas pada
kulit yang berada diatasnya, ekspansi respiratorius, dan fremitus.
a. Tes ekspansi dada.
Letakan ibu jari kedua tangan disekitar ketinggian iga ke-10 dengan jari-jari tangan yang memegang
secara longgar dinding dada (rib cage) sebelah lateral dan sejjar dengan dinding tersebut.
b.Lakukan palpasi untuk merasakan fremitus taktil
Femitus merupakan getaran atau vibrasi yang ditransmisikan melalui percabangan bronkopulmonalis ke
dinding dada yang dapat dirasakan dengan palpasi ketika pasien berbicara .untuk mendeteksi
fremitus,gunakan permukaan ventral( bagian tulang telapak tangan atau pangkal jari tangan) atau
permukaan ulnar tangan anda untuk mengoptimalkan sensitivitas getaran pada tulang-tulang tangan.
Minta pasien untuk mengulangi perkataan tujuh-tujuh.
c. Lakukan palpasi dan bandingkan daerah simetris paru dengan pola yang terlihat dalam foto.
Kenali dan tentukan lokasi setiap daerah dengan getaran fremitus yang bertambah,berkurang,atau tidak
teraba. Fremitus secara tipikal lebih menonjol di daerah interskapular dibandingkan pada lapang paru
bawah,dan seringkali lebih menonjol pada sisi kanan dibandingkan pada sisi kiri. Getaran ini
menghilang dibawah diafragma.
1. PERKUSI
Perkusi merupakan salah satu teknik pemeriksaan fisik yang paling penting.Perkusi dada menggunakan
dinding dada serta jaringan dibawahnya sebagai landasan ketukan agar menghasilkan bunyi yang dapat
didengar dan getaran yang dapat dirasakan.Ketika mempraktikan perkusi, dengarkan perubahan bunyi
yang ditimbulkan oleh perkusi pada berbagai tipe material atau berbagai bagian tubuh.

1. Lakukan hiperekstensi jari tengah tangan kiri anda yang dikenal sebagai jari tangan pleksimeter.
Buat sendi interfalangeal distal menekan kuat pada permukaan yang akan di perkusi. Perhatikan
bahwa ibu jari,jari telunjuk,jari manis dan jari kelingking tidak menyentuh permukaan dada yang
akan di perkusi.
2. Posisikan lengan kanan bawah anda cukup dekat dengan permukaan yang akan di perkusi,
sementara tangan anda di fleksikan kearah dorsal. Jari tengah harus dalam keadaan fleksi yang
parsial, rileks dan siap untuk mengetuk.
3. Dengan gerakan pergelangan tangan yang cepat tetapi rileks ( tidak kaku), ketuklah jari
pleksimeter dengan jari tengah tangan kanan anda atau jari pleksor. Arakan ketukan itu pada
sendi dan interfalangeal distal.
4. Angkat jari tangan anda yang mengetuk dengan cepat untuk menghindari peredaman terhadap
getaran yang telah anda buat. Gerakan terjadi pada pergelangan tangan. Gerakan mengetuk itu
harus terarah, cepat, tetapi rileks( tidak kaku) dan sedikit memantul.

Bunyi Perkusi dan Karakteristiknya


Intensitas
relative
Pekak(flatness)

Pelan

Nada
Relative
Tinggi

Durasi
Relative
Singkat

Contoh
Lokasi
Paha

Redup (dullness)+ Sedang


Sedang
Sedang
Sonor(resonance) Keras
Rendah
Lama
Hipersonor
Sangat keras Lebih rendah Lebih lama
(hyperresornance)

Hepar
Paru yang normal
Tidak ditemukan
pada keadaan
normal

Keterangan table :
a.) Pekak adalah suara perkusi jaringan yang padat seperti pada :
(a) Adanya cairan di rongga pleura
(b) Perkusi daerah jantung
(c) Perkusi daerah hepar
b.) Redup adalah suara perkusi jaringan yang lebih padat/ konsolidasi paru-paru seperti pneumonia
c.) Sonor adalah suara perkusi jaringan yang normal
d.) Hipersonor/tympany adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berrongga kosong seperti :
(a) Daerah caverne-caverne paru
(b) Penderita asma kronik terutama dengan bentuk dada barrel-chest akan terdengar seperti ketukan
benda-benda kosong.

1. AUSKULTASI
Auskultasi paru merupakan teknik pemeriksaan yang paling penting dalam menilai aliran udara melalui
percabangan trakeobronkial.
Auskultasi meliputi:
1. Mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh pernapasan
2. Mendengarkan setiap bunyi tambahan
3. Jika terdapat kecurigaan akan abnormalitas, mendengarkan bunyi yang di timbulkan oleh suara
atau bisikan pasien ketika suara tersebut ditransmisikan melalui dinding dada.
1. a.
Bunyi Napas (Bunyi Paru)
Bunyi napas yang normal adalah:
1. Vesicular atau pelan dan bernada rendah. Bunyi ini terdengar selama inspirasi, kemudian
berlanjut tanpa henti sepanjang ekspirasi, dan ahirnya terdengar semakin samar-samar sekitar
sepertiga perjalanan sepanjang ekspirasi.
2. Bronchovesikular dengan bunyi inspirasi dan ekspirasi yang lebih-kurang sama panjangnya dan
terkadang dipisahkan oleh interfal yang sunyi(tanpa suara). Perbedaan nada dan intensitas sering
lebih mudah terdekteksi pada saat ekspirasi.
3. Bronchial atau bunyi yang keras dan bernada lebih tinggi dengan interval tanpa suara yang
singkat diantara bunyi inspirasi dan ekspirasi. Bunyi ekspirasi berlangsung lebih lama dari pada
bunyi inspirasi.
Berikut adalah beberapa bunyi tambahan pada paru-paru :

1. Krekels : di dengar terutama saat inspirasi, bisa didengarkan pada paru bagian bawah. Di
bedakan menjadi berikut ini :
2. Halus : Terdengar kering, nadanya tinggi, durasinya pendek. Suara terdengar seperti rambut yang
di tarik di antara dua jari.
3. Kasar : Terdengar basa, nadanya rendah, duarsinya lebih lama. Suaranya terdengar seperti air
yang baru keluar dari wadah setelah sumbatannya lepas.
a.) Ronchi ; Terutama terdengar saat inspirasi diatas trakea dan bronkus secara terus menerus,
nadanya rendah, terdengar seperti suara musik.
b.) Mengi (wheezing) : terdengar terutama saat ekspirasi disemua lapang paru (bisa bernada rendah
atau tinggi)
c.) Pleural friction rub: terdengar saat inspirasi atau ekspirasi pada paru-paru bagian anterior sebagai
suara gesekan yang sangat kasar.
d.) Stridor: terdengar secara terus menerus pada fase inspirasi seperti suara kerokan yang kasar.

1. b.

Karakteristik bunyi napas

Lamanya bunyi Intensitas


bunyi
ekspirasi
*
Vesicular
Bunyi inspirasi pelan
berlangsung lebih
lama dari pada
bunyi ekspirasi
bronkovesikular Lama
sedang
berlangsungnya
bunyi inspirasi
dan ekspirasi
lebih kurang
sama

bronkial

Bunyi ekspirasi keras


berlangsung lebih
lama dari pada
bunyi inspirasi

trakeal

Lama
Sangat
berlangsungnya keras
bunyi inspirasi
dan ekspirasi
lebih kurang
sama.

1. c.

Nada bunyi Lokasi bunyi


ekspirasi terdengaar
secara normal
Relative Hamper
rendah
diseluruh
kedua lapang
paru
sedang
Sering pada
ruang sela iga
pertama dan
kedua
disebelah
anterior dan
pada daerah
interskapular
Relative Pada daerah
tinggi
manubrium
jika benarbenar
terdengar
Relative Di daerah
tinggi
trakea pada
leher

Bunyi tambahan (Adventitious sounds)

Pendeteksian bunyi tambahan-cracles (yang terkadang disebut rales), mengi dan rhonchi-mrupakan
bagian penting pada pemeriksaan karena bunyi tambahan ini sering mengghasilkan diagnosis kelainan
jantung dan paru.

1. d.

Jenis-jenis bunyi tambahan yang paling sering ditemukan


1. BUNYI DISKONTINU (CRECLES ATAU RALES)

Merupakan bunyi yang intermiten (terputus-putus),nonmusical dan singkat-sepertititik-titik disepanjang


waktu crakles halus merupakan bunyi yang pelan, bernada tinggi dan sangat singkat (5-10 mdet).
Crakles kasarmerupakan bunyi yang lebih keras bernada lebih rendah dan terdengr lebih lama (20-30
mdet)

1. BUNYI KONTINU
Terdengar selama >250 mdet, terutama lebih lama dari pada crakles-mirip garis-garis pendek
disepanjang waktu tetapi tidak selalu bertahan diseluruh siklus respirasi.Berbeda dengan crakles, bunyi
ini bersifat musical.
Mengi merupakan bunyi mengi yang relative bernada tinggi(sekitar 400Hz atau lebih) dan memiliki sifat
seperti bunyi peluit atau bunyi bergetar.
Ronchi merupakan bunyi yang relative bernada rendah (sekitar 200 Hz atau kurang) dan memiliki sifat
seperti bunyi dengkuran.
1. Bunyi suara yang ditransmisikan.
Jika terdengar bunyi pernapasan bronkovesikular atau bronchial yang lokasinya abnormal , lanjutkan
pemeriksaan untuk menilai bunyi suara yang ditransmisikan.

1. C. PEMERIKSAAN JANTUNG
Pada sebagian besar pemerriksaan jantung, pasien harus berbaring terlentang Setara tubuh bagian atas
ditinggikan dengan menaikan kepala ranjang atau meja-periksa sehingga sudut sekitar 300.Ada dua
macam posisi yang diperlukan:
1. Posisi berbaring miring ke kiri
2. Posisi membungkuk ke depan.
Pemeriksa harus berdiri di sisi kanan pasien
Urutan pemeriksaan jantung
Posisi pasien

Pemerikssaan

Berbaring terrlentang dengan kepala ranjang


dinaikan hingga sudut 300

Lakukan inspeksi dan palpasi diderah prekordial:


ruang sela iga ke-2; ventrikel kanan; dan
ventrikel kiri termasuk iktus kordis (diameter,
lokassi, amplitudo, durasi)

Posisi dekubitus lateral-kiri

Lakukan palpasi iktus kordis jika sebelumnya


tidak berhasil terdeteksi. Dengarkan pada daerah
apeks dengan menggunakan bagian
sungkup/corong dari tetosko[p (bell)

Berbaring terlentang dengan kepala ranjang


dinaikan pada sudut300

Dengarkan pada daerah tricuspid dengan


menggunakan bagian sungkup dari stetoskop.
Dengarkan pada semua daerah auskultassi
dengan menggunakan bagian membrane dari
stetoskop

Duduk dengan tubuh miring kedepan sesudah


menarik napas secara penuh

Debgarkan disepanjang tepi os sternum dan pada


daerah apeks

Penting pula untuk mengidentifikasi lokassi anatomic hasil-hasil temuan dan saat terjadinya dalam
siklus kardiak.
1. Perhatikan lokasi anatomik bunyi jantung dalam pengerrtian ruang sela iga dan jaraknya
terhadap linea midsternalis, linea midklavikularis atau linea aksilaris. Linea midsternalis akan
memberikan titik nol yang paling andal untuk pengukuran.
2. Kenali saat terjadinya impuls atau bunyi jantung dalam kaitannya dengan siklus kardiak. Saat
terdengarnya bunyi jantng sering kali dapat ditentukan hanya melalui auskultasi.
Pemeriksaan jantung meliputi inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi
1. INSPEKSI
Pengamatan pertama mencari ictus cordis, yaitu denyutan dinding thorax karena pukulan ventrikel kiri
pada dinding thorax. Bila normal akan berada di ICS-5 pada linea medioclavikularis kiri selebar 1 cm
saja. Inspeksi ictus cordis sulit didapat pada pasien-pasien yang gemuk, berotot besar atau kelenjar
mammaeyang besar. Dengan mengetahui letak ictus, secara tidak langsung bias diperroleh gambaran
tentag ada tidaknya pembesaran jantung (pembesaran jantung ictus cordis bias sampe berada di linea
axilaris anterior). Ictus cordis yang sangat nyata/=kuat sesuai juga dengan meningkatkan kerja ventrikel
kiri seperi pada seorang yang sedang sangat berdebar ketakutan atau hipertensi sistolik.
Bulging precodial (daerah precordial yang lebih menonjol dari dinding thorax yang lain). Menunjukan
kemungkinan pembesaran ventrikel kanan atau aneurysma pangkal aorta.
1. PALPASI
1. Pada ictus cordis meraba ictus cordis dengan telapak jari II-III-IV(seringkali juga ictus
tidak tampak namun bias teraba). Dirasakan kekuatan pukul dan ditentukan lebarnya ictus
cordis yang normal tidak lebih dari 1 cm persegi.
Kalau teraba lebuh lebar dan pukulannya kuat serta letaknya bergeser kekiri hal ini sesuai dengan
Hipertrifi Ventrikel Kiri (misalnya karena Hipertensi yang lama). Sedangkan Hipertrofi Ventrikel Kanan
akan menimbulkan gerakn naik turun didaerah linea sternalis kiri. Keadaan ini disebut Rigth Ventricular
Lift/=Heaving.

Hitung frekuensi jantung/= hear rate(HR)


Pada palpasi dihitung frekuensi jantung (HR) selama 1 menit penuh serta diamati teratur tidaknya
denyut jantung. Kemudian membandinkan HRdengan frekuensi nadi yang telah kita hitang sebelumnya
(atau lebih tepat bersamaan waktu bila ada pemeriksaan lain yang membantu). Bila ternyata ada
perbedaan jumlah denyut nadi dengan HR . Hal ini sesuai dengan adanya Fibrilasi Atrium .

1. Memeriksa ada tidaknya thrill, yaitu getaran ictus cordis, tidak lain ini adalah murmur (pada
auskultasi) derajat 5-6 yang karena kers/kasarnya dapat kita raba.
Ictus kordis atau apical impulse (PMI, Point Of Maximal Impuls)- Daerah ventrikel kiri.
Ictus kordis merepresentasikan pulsasi dini ventrikel kiri yang cepat pada saat denyutan ini bergerak ke
anterior ketika terjadi kontraksi dan menyentuh dinding dada. Pada keadaan yang jarang
dijumpai,seorang pasien dapat memiliki dekstrocardial- jantung yang berada di sebelah kanan dengan
demikian ictus cordis akan di temukan pada sisi kanan. Jika tidak dapat menemukan ictus kordis,
lakukan perkkusi untuk menentukan pekak jantung serta hati dan untuk menemukan bunyi timpani
lambung.Pada situs inversus, ketiga struktur ini berada pada sisi yang berlawanan dengan keadaan
normalnya. Jantung yang berada disisi kanan dengan hati dan lambung yang letaknya normal biasanya
menyertai penyakit jantung kongenital
1. PERKUSI
Pada pemeriksaan perkusi ditentukan batas-batas jantung, karena daerah jantung terdengar
pekak.Dengan demikian, dapat ditentukan ukuran jantung apakah lebih besar dari pada batas-batas
normal ataukah tidak membesar.Pembesaran jantung yang dapat diperiksa dengan perrkusi adalah
pembesaran ventrrikel kiri, yaitu dapat membessar kekiri agak ke bawah.
Pembesaran ventrikel kanan kurang dapat ditentukan dengan perkusi karena pembesarannya lebih ke
arah antero posterior. Perkusi pada pasien gemuk atau sangat berotot akan menyulitkan penetuan batasbatas jantung dengan baik.
1. AUSKULTASI
Auskultasi jantung yaitu mendengar bunyi jantung dengan alat stetoskop.Untuk itu, diperlukan suasana
yang tenang agar bunyi jantung terdengar baik.Kesalahan terbanyak pada auskultasi adalah ingin
mendengar sekaligus/seketika semua bunyi-bunyi jantung yang semestinya satu demi satu sesuai dengan
tempatnya, bunyi jantung mana yang kita perhatikan.Mula-mula gunakanlah sisi membrane dengan
tekanan kuat untuk mendengar nada-nada yang lebih tinggi, kemudian sisi bell dengan tekanan ringan
untuk mendengar nada-nada yang lebih rendah.
a. ) Bunyi jantung (BJ)
BJ I. adalah bunyi menutupnya katup mitral dan tricuspidalis
BJ II. Adalah bunyi menutupnya katup aorta dan pulmonalis
Maka kita berupaya mendengar bunyi ke empat katup itu sesuai dengan tempat penjaran bunyi bunyi
tersebut di dinding thorax.Perlu diketahui bahwa penjalaran bunyi jantung sesuai dengan arah aliran
darahnya. Oleh karena itu, tempat tempat mendengar BJ tidak persis sama dengan proyeksi anatomik
katup katup jantung.
Ada lima tempat mendengar BJ untuk empat buah katup :
(a.) Katup Aorta/A di ICS-2 Linea Sternalis Kanan di sini terutama disimak BJ II-A.
(b.) Katup Pulmonalis/P di ICS-2 Linea Sternalis Kiri dan ICS-3 Linea Sternalis Kiri, di sini terutama
disimak BJ II-P.
(c.) Katup Tricuspidal/T di ICS-4 Linea Sternalis Kiri, di sini terutama disimak BJ I-T.
(d.) Katup Mitral/M di ICS-5 Linea Medio-Clavicularis Kiri (atau diapex ictus cordis), di sini terutama
disimak BJ I-M.

Pada keadaan normal BJ II (A dan P) dan BJ I (T dan M) adalah bunyi tunggal karena menutupnya
katup A bersamaan dengan P,dan T bersamaan dengan M. Bila pasien disuruh melakukan inspirasi
dalam, bisa terjadi bunyi terbelah ( split ) pada BJ II karena pada inspirasi dalam intra thoracal
berkurang,darah lebih banyak ke paru-paru, artinya atrium kanan dan ventrikel kanan memompa lebih
banyak darah ke paru-paru. Akibatnya, waktu pemompaan ventrikel kanan, ( katup P) sedikit lebih lama
daripada ventrikel kiri ( katup A) disebut normal Splitting). Bila tetap terdengar BJ II split,baik saat
inspirasi maupun expirasi,merupakan tanda yang cukup spesifik untuk ASD atau Stenosis katup P.
Tentang Bunyi Jantung III/BJ III (kalau ada).
BJ III didengar didaerah M.
BJ III terdengar sesudah BJ II dengan jarak cukup jauh.Namun, tidak melewati separuh fase diastolik,
nadanya rendah (sehingga lebih jelas dengan sisi bell.

Pada anak-anak dan orang muda, bukan merupakan kelainan jantung. Pada orang dewasa/tua yang
diserta gejala dan tanda payah jantung lain,seperti edema,dyspnea,BJ III merupakan tanda yang cukup
khas. Suara/irama BJ pada decompensatio cordis kiri disebut irama pacu kuda/gallop rhythm.
Irama pacu kuda/Galloop rythm.
BJ III timbul akibat getaran derasnya pengisian diastolik dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah
membesar,darah jatuh ke ruanglebar kemudian timbul getaran.
1. Fase sistolik dan diastolic
Setelah kita mengenal BJ I dan BJ II maka kita dapatkan:
Fase sisitolik

: yaitu antara fase BJ I dan BJ II.

Fase diastolic : yaitu antara fase BJ II dan BJ I berikutnya.


Fase diastolic lebih lebar/=lama daripada fase sisitolik. Dengarkan baik-baik apakah didapat suara-suara
tambahan pada fase sistolik,fase diastolic atau kedua-duanya.
Suara tambahan ini disebut bising jantung= murmur ( m )
1. Bising jantung/Murmur ( m )
Murmur adalah fibrasi / getaran yang terjadi di dalam jantung atau pembuluh darah besar yang
diakibatkan oleh bertambahnya arus Turbulensi darah. Arus darah yang normal adalah stream line.
Bila darah melewati celah sempit, terjadilah arus turbulensi.
Hal inilah yang menimbulkan bising.
Bila didengar/murmur harus dideskripsi :
1.
2.
3.
4.
5.

Tempatnya ( M,T,P ) dan penjalarannya/tidak menjalar.


Terjadinya pada fase sisitolik atau diastolik.
Derajatnya.
Tinggi rendahnya nada.
Kualitasnya.

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

1. DEFENISI
=> Pemeriksaan yang dialkukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelaina organ / sistem dalam
bagian perut.
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan 4 (empat) tehnik/cara yaitu
1.
2.
3.
4.

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

1. INSPEKSI
dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan dinding perut saat respirasi, mengkaji tanda luka, umbilical,
kult dinding perut.
Abdomen dibagi dalam 4 kwadran yaitu:
1. kwadran I => kanan atas
2. kwadran II => kanan bawah
3. kwadran III => kiri atas
4. kwadran IV => kiri bawah
dengan sembilan bagian yaitu :
1. Epigastrik
2. umbilical
3. hipogastrik
4. hipokondrial kanan
5. hipokondrial kiri
6. lumbal kanan
7. lumbal kiri
8. Inguinal kanan
9. Inguinal kiri
2. PALPASI
=>untuk memperkirakan gerakan usus dan kemungkinan adanya gangguan vaskular
=>dilakukan sebelum perkusi dan palpasi karena dapat mempegaruhi kualitas dan kuantitas bising usus.
=>auskultasi dapat dilakukan dengan meletakkan diafragma stetoskop pada semua kwadran atau salah
satu kwadran.
3. PERKUSI
=> Untuk memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus (timpani atau redup)

=> Untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam perut
=>bunyi perkusi pada perut yang normal adalah timpani, tetapi bunyi ini dapat berubah pada keadaankeadaan tertentu misalnya apabila hepar danlimpa membesar, maka bunyi perkusi akanmenjadi redup,
khususnya perkusi di daerah bawah arkus kosta kanan dan kiri.
4. PALPASI
=> Palpasi merupakan metode yang dilakukan paling akhir pada pengkajian perut
=> Palpasi dapat dilakukan secara palapsi ringan atau palpasi dalam tergantung pada tujuannya
=> Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi organ-organ dan
struktur-struktur dalam perut (intra abdominal)
=> Palpasi ringan dilakukan untuk mengetahui area-area nyeri tekan, nyeri superficial, dan adanya
massa
=> Palpasi dalam dilakukan untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung kemih.
PERSIAPAN
1. ruang pemeriksaan dengan penerangan yang memadai
2. menyuruh penderita berbaring dan membuat penderita dalam keadaan rileks
3. menyuruh penderita membuka pakaina bagian atas sehingga daerah dari px ke simpisis pubis
harus terbuka
4. pemeriksaan dilakukan disebelah kanan penderita dengan urutan inspeksi, auskultasi, perkusi dan
palpasi
5. penderita telentang dengan bantal yang tipis di bawah kepala dan bnatal yang tebal di bawah
lutut dan lutut menekuk
6. kedua tangan diletakkan disamping badan atau menyilang di dada penderita
7. gunakan tangan yang hangat dan diafragma stetoskop yang hangat dengan cara menggosokkan
kedua telapak tangan dan menggosokkan bagian diafragma stetoskop
8. suruhlah penderita mengatakan bagian mana yang sakit dan pantaulah ekspresi muka penderita
pada saat pemeriksaan
INSPEKSI
1. pemeriksa berada di sebelah kanan penderita
2. perhatikan kesimetrisan abdomen pada saat respirasi
3. inspeksi tanda luka, umbilical, dan dinding abdomen.
AUSKULTASI
1. tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan (bagian diafragma)
2. tanya pasien tentang waktu terakhir makan, suara usus meningkat pada orang setelah makan
3. letakkkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area empat kwadaran abdomen
dan dengan suara peristaltik aktif dan suara mendeguk (gurgling) yang secara normal terdengar
setiap 5 sampai 20 detik dengan durasi kurang atau lebih dari satu detik
4. frekuensi suara tergantung pada status pencernaan atau ada dan tidaknya makanan dalam saluran
pencernaan. dalam pelaporannya suara usus dapat dinyatakan dengan : terdengar, tidak ada
/hipoaktif, sangat lambat (misalnya hanya terdengar sekali setiap satu menit), dan hiperaktif atau
meningkat (misalnya terdengar setiap 3 detik).
5. bila suara usus terdengar jarang sekali / tidak ada maka sebelum dipastikan dengarkan dahulu
selama tiga sampai lima menit
PERKUSI
1. perkusi dimulai dari kwadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam

2. perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri tekan
3. lakukan perkusi pada area timpani dan redup
4. suara timpani memiliki ciri nada lebih tinggi dari pada resonan, yang mana suara ini dapat
didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara
5. suara redup mempunyai ciri nada lebih rendah atau lebih datar dari pada resonan. suara ini dapat
didengarkan pada masa padat misalnya keadaan acites, keadaan distensi kandung kemih, serta
pada pembesaran atau tumor hepar dan limfe.
PALPASI
A. Palpasi Hepar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.

berdirilah disamping kanan pasien


letakkan tangan kiri anda pada torak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke 11 atau 12
tekankan tangan kiri tersebut keatas sehingga sedikit mengangkat dinding dada
letakkan tangan kanan pada atas bawah tulang rusuk sisi kanan dengan membentuk sudut kirakira 450 dengan otot rektus abdominal dengan jari-jari kearah tulang rusuk
sementara pasien ekhalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 kearah bawah pada batas bawah
tulang rusuk
jaga posisi tangan anda dan suruh pasien inhalasi / menarik nafas dalam
sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang secara
normal terasa dengan kontur regular. bila hepar tak terasa/teraba dengan jelas, maka suruh pasien
untuk menarik nafas dalam, sementara anda tetap mempertahankan posisi tangan atau
memberikan tekanan sedikit lebih dalam. kesulitan dalam merasakan hepar ini sering dialami
pada pasien obesitas
bila hepar membesar, maka lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan. catat pembesaran
tersebut dan nyatakan dengan berapa cm pembesaran terjadi di bawah batas tulang rusuk

B. Palpasi Ginjal
secara anatomis lobus atas kedu ginjal menyentuh diafragma dan ginjal turun sewaktu inhalasi. ginjal
kanan normalnya lebih mudah dipalpasi dari pada ginjal kiri. ginjal kanan terletak sejajar dengan tulang
rusuk ke 12 dan ginjal kiri sejajar dengan tulang rusuk ke 11. ginjal orang dewasa pada umumnya
mempunyai ukuran panjang 11 cm, lebar 4-7 cm, dan tebal 2,5 cm. dalam melakukan palpasi ginjal
maka posisi pasien diatur supinasi dan perawat yang melakukan palpasi berdiri di sisi kanan pasien.
langkah kerja palpasi ginjal adalah :
1. dalam melakukan palpaso ginjal kanan, letakkan tangan kiri anda dibawah panggul dan
elevasikan ginjal ke arah anterior.
2. letakkan tangan kanan anda pada dinding perut anterior pada garis midklavikularis dari pada tepi
bawah batas kosta
3. tekankan tangan kanan anda secara langsung keatas sementara pasien menarik nafas panjang.
pada orang dewasa yang normal ginjal tidak teraba tetapi pada orang yang snagat kurus bagian
bawah ginjal kanan dapat dirasakan
4. bila ginjal teraba rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan
5. untuk melakukan palpasi ginjal kiri, lakukan disisi seberang tubuh pasien, dan letakkan tangan
kiri anda dibawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan.

Anda mungkin juga menyukai