Anda di halaman 1dari 12

TRAUMA THORAKS

A.

Anamnesa :
- Mekanisme Trauma
- Waktu

B.

Pemeriksaan Fisik :
Sistem respirasi :
- Obstruksi jalan nafas, respirasi rate > 30 x/m ->
respiratory distress
- Respiratory lambat. Dangkal -> CNS injury
- Tachipnea (RR > 24 x/m) dan tanda-tanda trauma
thoraks -> trauma paru -> X-ray, ABG
- Flail chest : nyeri fraktur, crepitasi (subcutaneous
emphysema)

- Intubasi & ventilator, bila :


1. RR > 35x/m
2. Tachyonea
3. Head Injury
4. Profound shock
Sistem Kardiovaskuler
- Tekanan darah : Glinz (1991) : Tek. Sistolik < 100
mmHg -> 50 % disertai trauma abdomen
- Vena leher distensi
- Tension pneumathoraks
- Cardiac tamponade
- Ekstremitas hangat, perfusi perifer baik, keasadaran
baik -> sistem kardiovaskuler baik

C. Laboratorium
- Volume darah hilang -> blood typing
- Hypoxemia -> hematocrit , AGD
- X-ray
Etiologi shock pada trauma thoraks :
Tension pneumathoraks
- Hemothoraks
- Cardiac tamponade
- Kontusio jantung
- Emboll udara
- Trauma pemb.darah besar
- Kontusio paru berat
- Ruptur diafragma

Trauma toraks yang mengancam jiwa :


Obstruksi jalan nafas
Tension pneumothorax
Open pneumothorax
Hemothorax massif
Flail chest
Tamponade jantung
1. Tension pneumothorax
Masuknya udara kedalam rongga toraks dan tidak bisa
keluar
Akibat adanya udara tersebut -> paru-paru kolaps
Menurunnya venous return
Terjadi gangguan ventilasi pada paru-paru sebelahnya
ok, terdorongnya mediastinum dan trakhea ke sisi
sebelahnya

2. Open pneumothorax (Sucking Wound)


Tedapatnya defek besar pada dinding toraks ->
pneumothorax terapi
-> menutup segera luka tersebut dengan kasa dan dipasang
plester pada tiga sisi -> WSD
3. Flail chest
-terjadinya segmen yang melayang atau tidak stabil pada
dinding toraks akibat fraktur costa > 1 (satu)/fraktur kosta
multipel
4. Tamponade Jantung
tamponade jantung lebih sering terjadi akibat trauma
penetrans. Terkumpulnya darah/cairan dalam yang
pericardial 15 ml 20 ml sudah bisa -> tamponade

5. Hemotoraks masif
Terdapatnya darah>1500 cc akibat
robeknya vena diparu/ dinding toraks.
Tanda klinis :
Vena leher kolaps, tanda syok hipovolemik,
hilangnya suara nafas pada sisi yg terkena,
perkusi; dullness.
Terapi : WSD, lanjut ; torakotomi,resusitasi cairan,
transfusi

B. Trauma toraks yang potensial mengancam jiwa pada


secondary survey ada 6 jenis kelainan trauma yaitu :
1.
Kontusio paru
2.
Kontusio miokard
3.
Ruptur aorta
4.
Ruptur diaphragma
5.
Robek trakhcobronkhial
6.
Robek esofagus
1

Kontusio paru dengan/tanpa flail chest. keadaan ini


yang paling sering ditemukan. kondisi pasien stabil ->
tidak perlu intubasi/bantuan ventilator. kondisi pasien
tidak stabil -> segera intubasi dan pasang ventilator
Kontusio Miokard. Diagnosa sulit -> curiga bila ada
riwayat trauma tumpul toraks -> fraktur sternum.
pemeriksaan EKG -> perubahan antara lain sinus
trakhikardi, atrial fibrilasi, bundle brachbock, ST
segmen)

Kontusio miokard -> distrimia tiba-tiba


3. Ruptur Aorta
Penyebab terbanyak :
- tabrakan mobil
- jatuh dari ketinggian
kebanyakan penderita -> (+) segera, kalaupun berhasil
karena dapat teridentifikasi lebih awal. Robek aorta dan
apulmonalis mayor -> letak yang sering ditemukan karena
trauma tumpul. Kecurigaan adanya trauma vaskuler didaerah
toraks pada foto toraks antara lain :
1. Melebarnya mediasinum
2. Adanya Fraktur kosta I dan II
3. Obliterasi dari aortic knob
4. Deviasi trakhea ke kanan
5. Deviasi osefagus kearah kanan (NGT)
6. Depresi Cab. utama bronkhus kiri
7. Obliterasi dari rg ant fraktur pulmo dengan serta

8. Timbul adanya pleural cap


9. Elevasi dan lebih terdorong ke kanan dari cabang utama
bronkhus kanan
4. Ruptur diafragma
sering terjadi pada daerah kiri. akibat trauma tumpul ->
robekan besar trauma penetrans -> robekan kecil
Diagnosa : bisa dengan bantuan NGT
zat kontras
terapi : - operasi
5. Trauma cabang trakhcobronkhial
1.
larings
jarang dan diagnosa/berdasarkan adanya trias tertentu yaitu
a.
Hoatseness
b.
emfisema subcutis
c.
adanya krepitasi

ASMA
Serangan asma : sesak disertai ekspirasi
yg memanjang
Sesak & wheezing : bronchospasme,
reaksi inflamasi( oedema mukosa, sel
radang, timbunan lendir)
Tujuan penanganan :
- cegah penyempitan : bronchodilator,
steroid

- cegah komplikasi; hipoksia (O2), asidosis metabolik (Na


bikarbonat), dehidrasi, ventilasi mekanik.
Respon klien thdp tindakan :
Kesadaran, warna bibir, RR dlm 1 mnt, penggunaan otot
pernafasan, perkataan/tangisan, wheezing, HR, pulsus
pardoksus, turgor, diuresis.
Pemeriksaaan yg diperlukan :
AGD, oxymetri, APE/PEFR dg peak flow meter, X-ray
toraks, kadar teofilina darah, Hb, leukosit, hitung jenis,
elektrolit darah

Gejala/Tanda

Ringan

Sedang

Berat

1. Kesadaran
2. Frekwensi nafas

Normal
Normal atau meningkat <
30 % dari mean sesuai
umur
Tidak ada atau hanya
epigastrik

Normal
Meningkatkan 30 50 %
dari mean sesuai umur

Menurun
Meningkat > 50 % dari
mean sesuai umur

Retraksi intercostal

Retraksi intercostal atau


suprastemal PCH (+)

4. Warna ujung jari, bibir


dan lidah

Normal

Pucat

Biru

5. Perkataan

Bicara normal

Kalimat patah-patah

Suku kata terpatah-patah

6. Auskultasi

Wheezing pd akhir
ekspirasi

Wheezing pd ekspirasi
dan inspirasi

Suara pernafasan
melemah atau tak
mendengar

7. Putsus paradoksus

< 10 mmHg

10 15 mmHg

8. Saturasi O2
9. Paco2 (To(t)

95 %
< 35

90 95 %
< 40

15 mmHg
< 90 %
40

10.APE (PERF) (% dari


predicted value)

70- 90 %

50 70 %

> 50 %

3. Retraksi otot
pernafasan

Anda mungkin juga menyukai