Anda di halaman 1dari 16

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN
TRAUMA DADA & TRAUMA ABDOMEN

Oleh :
KELOMPOK VI
NAIMAH H. ABDURAHMAN (C051171728)
BETH YANE PENI (C051171729)
FATMA SYAM (C0511717 )

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KONSEP TEORI TRAUMA DADA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian
o Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan
tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematom
pneumothoraks (FKUI, 1995).
o Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Dapat disimpulkan bahwa trauma thorax adalah abnormalitas rangka dada yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam maupun benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan
gawat thorax akut.

2. Penyebab
Etiologinya terdiri dari :
a. Trauma tembus
- Luka Tembak
- Luka Tikam / tusuk
b. Trauma tumpul
- Kecelakaan kendaraan bermotor
- Jatuh
- Pukulan pada dada
3. Klasifikasi trauma dada
Trauma dada yang segera Trauma dada yang Trauma dada yang tidak
menancam jiwa berpotensi mengancam jiwa mengancam jiwa
o Tension pneumotoraks o Disrupsi aorta o Simple pneumothoraks
o Tamponade kordist o Kontusio kardiak o Fraktur iga
o Pneumothoraks terbuka o Kontusio pulmonal o Fraktur sternum
o Hemothoraks massif o Disrupsi tracheabroncial o Fraktur klavikula
o Flail ches o Robekan diafragma o Fraktur skapula
o Disrupsi esophagus

3. 1. Trauma Dada Yang Mengancam Nyawa Dengan Segera


a. Tension Pneumothorax
 Yaitu keadaan collaps paru-paru yang komplit, karena udara yang masuk
ke ruang pleura sepanjang inspirasi tidak bisa keluar saat ekspirasi.
Kondisi ini mengakibatkan udara terkumpul dalam rongga paru dan
terjadi peningkatan tekanan intrathorakal, sehingga menekan organ-
organ vital lainya seperti jantung, pembuluh darah dan jalan napas.
 Penyebabnya adalah trauma tumpul atau komplikasi dari ventilasi
mekanik.
 Tanda dan gejala : dispnoe, gelisah, tacipnoe, sianosis, tacikardi,
hipotensi, distensi vena jugularis, devisasi trakea, hipersonor pada
dinding dada yang terkena, bunyi jantung menjauh, penurunan
kesadaran pada kondisi buruk.
 Prosedur diagnostic : temuan klinis mengindikasikan perlu untuk
dekompresi jarum pada paru-paru yang terkena sebelum dilakukan
radiografi dada
 Penanganan :
- Dukung ABC dan beri suplai oksigen
- Chest decompression dengan needle thoracostomy/ dekompresi
jarum
- Cannula IV no 14 - 16 G ditusukan pada second rib space pada mid
clavicular line.
- Jarum terus ditusukkan sampai udara diinspirasi masuk syringe
- Jarum dicabut dan canula dibiarkan tetap di dada.
- Keluarnya udara dari cannula, menunjukkan bahwa betul ada tension
pneumothorax.
- Manuver ini akan mengubah tension pneumothorax menjadi simple
pneumothorax.
- Dekompresi jarum tidak digunakan hanya karena kita tidak
mendengar suara nafas di satu sisi, tetapi pada kasus luka yang jelas:
guncangan dengan vena leher yang membesar, suara nafas yang
berkurang, trakea yang menyimpang, bisa jadi menyelamatkan
nyawa.
b. Temponade Kordis
 Yaitu terkumpulnya darah atau cairan tubuh pada cavum pericardial
(ruang antara jantung dg selaput jantaung) yang menyebabkan tekanan
yang sangat kuat pada jantung. Ketika cairan tersebut menekan jantung,
maka ventrikel atau bilik jantung tidak dapat mengembang sepenuhnya.
Kondisi ini menyebabkan semakin sedikit darah yang masuk ke jantung
dan semakin sedikit darah yang mengandung oksigen untuk dipompa ke
seluruh tubuh. Kondisi kurangnya pasokan darah ke jantung dan seluruh
tubuh bisa menyebabkan syok, gagal jantung, dan kegagalan fungsi
organ lain.
 Penyebab adalah trauma dada penetrasi seperti : luka tembak atau luka
tusukan.
 Tanda dan gejala
- Nyeri dada
- Tacikardi, tacipnoe, dan dispnoe
- Beck’s triad (hipotensi, deistensi vena jugularis, suara jantung
terdengar jauh)
- Perubahan status mental
- Pulsus paradoxus-penurunan TD sistolik
 Penanganan
- Dukung ABC dan berikan oksigen tambahan
- Infus cairan IV dengan cepat untuk meningkatkan tekanan pengisian
cardiac
- Pericardiosentesis dibutuhkan bila hemodinamiktidak stabil
- Intervensi pembedahan pembedahan secara umum diperlukan.
c. Pneumothorax Terbuka
 Yaitu kondisi dimana terjadi hubungan langsung dengan rongga pleura
dengan bagian luar. Selama pasien inspirasi udara masuk dan keluar
rongga melalui luka dan membuat suara mengisap (sucking sound)
 Jika luka pada dada mendekati 2/3 diameter trakea pada waktu inspirasi,
udara akan memilih masuk ruang pleura dari pada melalui jalan napas
dan hal ini dapat menyebabkan hipoksai berat dan hiperkapnea.
 Tanda dan gejala adalah terdapat luka pada daerah dada, dispnoe,
tacipnoe, gelisah, sianosis, sucking sound pada saat inspirasi, ekspansi
asimetris, gelembung darah pada area luka saat ekspirasi
 Intervensi terapeutik :
- Dukung ABC dan oksigenasi
- Tutup luka dengan balutan 3 sisi segera
- Obeservasi ketat kondisi pasien
- Siapkan insersi tube dada secepatnya
d. Hemothorax
 Yaitu : akumulasi darah diruang pleura.
 Penyebabnya adalah trauma penetrasi maupun trauma tumpul.
 Perdarahan terjadi dikarenakan adanya laserasi pada intercoste, vena
arteri mamae ataupun kerusakn parenkim paru secara langsung.
 Hemotoraks massif terjadi apabila akumulasi perdarahan cepat dan
darah lebih dari 1500 ml pada rongga paru yang mengakibatkan
rusaknya respirasi dan sirkulasi.
 Tanda dan gejala : distress respirasi, nyeri saat inspirasi, ekspansi dada
asimetris, adanya tanda syok hipovolemik, penurunan suara napas pada
area yang terkena, perkusi dullness pada area yang terkena.
 Intervensi :
- Dukung ABC dan beri oksigen
- Perbaiki volume darah yang bersirkulasi dan produk darah intra vena
- Bantu penempatan tube dada
- Pertimbangkan autotransfusi
- Siapkan pembedahan jika drainase awal lebih dari 1500 ml atau 100 ml
yang diikuti 200 ml drainase tiap 2 - 4 jam.
e. Flail Chest
 Yaitu kondisi dimana terjadinya fraktur pada dua atau lebih costa secara
berurutan pada dua tempat atau lebih ketika sternum terlepas yang
menyebabkan hilangnya kontinuitas dinding dada sehingga terjadi
perubahan tekanan intratorakal melalui gerakan paradoksal.
 Tanda dan gejalanya adalah : nyeri dada dan krepitasi tulang, Distress
pernapasan, hemotoraks dan pneumothoraks, pergerakan paradoksa.
 Intervensi terapeutik :
- Dukung ABC
- Lakukan manajemen dg narkotik sistemik, blok saraf intercostal
- Beri oksigen tambahan
- Intubasi endotrakeal
- Koreksi hipovolemia
- Antisipasi kemungkinan pembedahan untuk fiksasi internal
f. Rupture miokardium
 Yaitu laserasi atau robeknya dinding ventrikel atau atrium jantung.
 Penyebab paling banyak adala kecelakaan motor dengan kecepatan tinggi.
 Tanda dan gejala :
- Pada perdarahan tetap/temponade kordis : hipotensi berat tidak
berespon dengan resusitasi cairan, suara jantung jauh, mur-mur kasar
dank eras, sianosis pada torso bagian atas lengan dan kepala.
 Minimalkan waktu prehospital pada tempat kejadian
 Intervensi pembedahan secepatnya merupakan pilihan dalam penanganan.
 Pericardiosintesis dapat dilakukan ssebagai penanganan sementara
 Thotacotomi perlu dipertimbangkan apabila pasien datang di igd dengan
tanda vital dan kemudian mengalami cardiopulmonal.

3.2 Trauma Dada Yang Pontensial Megancam Nyawa


a. Injury Aorta
- Kondisi ini dapat terjadi dari lubang sobekan sampai rupture aorta komplit
yang menghasilkan perdarahan massif.
- Tanda dan gejala : riwayat injury deselerasi mendadak, trauma dinding
dada, nyeri dada dan punggung, distress pernapasan, mur-mur berat pada
region paraskapular, paraplegi dan TD tidak sama pada ektermitas atas.
- Intervensi :
o Dukung ABC dan oksigenasi tambahan
o Control perdarahan apapun sumbernya
o Resusitasi cairan dengan kristaloid dan produk darah
o Jika transeksi partial berikan short acting beta blocker untuk
menurunkan heart rate.
o Pembedahan terbuka dengan bypass mungkin diperlukan
b. Cedera tumpul jantung
- Cedera tumpul jantung harus dipertingkan ketika mekanisme cedera
adalah tabrakan kendaraan bermotor dengan akselerasi dan deselerasi
(khusunya pada dada yang menghantam roda setir), crush injury atau jatuh
dari ketinggian. Cedar ini dapat menyebabkan beberapa disfungsi pada
miokar.
- Tanda dan gejala : nyeri dari ringan - berat namun tidak menyebar pada
lenga hilang dengan nitrogliserin, kontusio dan abrasi dinding dada,
tacikardi, hipotensi dan dispnoe dan munngkin terdapat tanda-tanda
temponade kordis.
- Intervensi :
o Penanganan sama dengan IMA
o Berika oksigen tambahan
o Beri posisi semifowler dan bed rest
o Berikan analgesic
o Pindahkan pasien ke ICU
o Jika ada tanda kegagalan jantung maka guakan vasopressor untuk
menjaga tekanan darah 90 mmhg dan inotropik untuk
meningkatkan kontraktilitas

c. Kontusio pulmonal
- Yaitu memar atau peradangan pada paru-paru yang dapat terjadi akibat
cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda
berat. Dapat pula akibat trauma tajam dengan mekanisme perdarahan dan
udem parenkim.
- Tanda dan gejala : distress pernapasan, nyeri dada dan memar pada
dinding dada, batuk tidak efektif dan hemoptysis, penurunan bunyi napas
cracels dan wheezing, adanya cedera lain pada dada.
- Intervensi :
o Dukung ABC dan oksigenasi tambahan aliran tingkat tinggi
o Hati - hati dengan resusitasi cairan untuk mencegah udem
pulmonal.
o Sediakan pengontrol nyeri yang adekuat
o Pertimbangkan untuk support ventilasi non invasifuntuk mencegah
intubasi endotrakeal.

d. Disrupsi trakheobronkial
- Merupakan kerusakan pada trakeabronkiale. Lebih sering terjadipada
trauma dada penetrasi. Paling sering terjadi kerusakan pada 2 cm karina.
- Tanda dan gejala : obstruksi jalan napas, distress pernapasan, hemoptysis,
emfisema subcutan pada leher, wajah atau area suprasternal, hammans
sign, suara napas menurun dan kebocoran udara menetap pada drainase.
- Intervensi :
o Pertahankan jalan napas paten, intubasi endotrakeal/trakeostomy
mungkin diperlukan
o Berikan oksigen tambahan aliran tingkat tinggi
o Antisipasi dengan pemasangan selang dada dan mediastinum

e. Rupture diafragma
- Dapat terjadi akibat trauma penetrasi seperti luka tembak atau luka tusuk,
trauma tumpul akibat tabrakan.
- Paling banyak terjadi pada diafragma kiri karena yang kanan memiliki
struktur yang lebih kuat.
- Rupture diafragma dapat memungkinkan terjadi herniasi organ abdomen
ke cavum dada.
- Tanda dan gejala : dispnoe, ortopnoe, disfagia, bowel sound/bising usus
terdengar di rongga dada, nyeri dada menyebar ke bahu kiri, penurunan
suara napas.
- Intervensi :
o Pertahankan ABC dan berikan oksigen tambahan
o Selang NGT untuk dekompresi perut
o Intervensi pembedahan darurat atau pindahkan ke fasilitas
penangan khusus.
3.3 Trauma Dada Yang Tidak Megancam Nyawa
a. Pneumotoraks tertutup/sederhana
- Yaitu kondisi terjadinya kebocoran paru-paru, broncus, atau trakea bagian
bawah yang mengakibatkan udara menumpuk diruang pleura. Kondisi ini
menyebabkan thoraks kehilangan tekanan negatif dan paru mengalami
kolapssebagian atau total.
- Biasanya terjadi akinat goncanga atau ledakan yang berkekuatan besar
- Tanda dan gejala adalah nyeri dada tajam, distress pernapasan, penurunan
suara napas pada area yang terkena, ekspansi dadatidak simetris.
- Penaganan : beri oksigen tambahan, pantau spo2 lanjut, posisikan
semifowler bila tidak ada kontraindikasi, siapkan insersi selang dada
sesuai indikasi
-
b. Fraktur iga
- Fraktur pada iga (costae) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang /
tulang rawan yang disebabkan oleh ruda paksa pada spesifikasi lokasi
pada tulang costa. Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga,
oleh karena luas permukaan trauma yang sempit, sehingga gaya trauma
dapat melalui sela iga. Fraktur iga terutama pada iga IV-X (mayoritas
terkena). Perlu diperiksa adanya kerusakan pada organ-organ intra-toraks
dan intra abdomen.
- Penyebabnya adalah trauma tumpul dan trauma tembus dapat juga karena
bukan trauma misalnya gerakan olahraga yang dapat menyebabkan fraktur
iga.
- Tanda dan gejala : Nyeri saat inspirasi, point tenderness, abrasi,
kemerahan,ekimosis pada area yang cedera dan nyeri, teraba deformitas.

c. Fraktur sternum
- Fraktur sternum membutuhkan tenaga yang sangat kuat.
- Fraktur sternum dihasilkan oleh hantaman langsung misalnya pada
kecelakaan mobil dengan kecepatan tinggi akibat hantaman setir. Sisi
paling banyak mengalami fraktur adalah badan stermun pada ICS kedua,
dan bagian junction. Pada kondisi sternum yang terlepas penanganannya
sama dengan flail chest.
- Didapatkan keluhan nyeri pada waktu bernafas, pernafasan dangkal dan
cepat. Mungkin terdapat deformitasis pada tempat hubungan antara
manubrium sternum dengan korpus sternum. Pada auskultasi tentukan ada
atau tidaknya aritmia atau bising jantung untuk mengetahui adanya
kontusio jantung, terjadi perubahan gambaran EKG.

d. Fraktur klavikula
- Yaitu : cedera yang terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu
yang menyebabkan patah pada tulang klavikula.
- Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh
cedera atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi
tangan ketika terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan
langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur
klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama perkelahian, kecelakaan mobil,
atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.
- Tanda dan gejala :
Nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan pada daerah bahu atau dada
atas. Teraba deformitas, pergeseran anterior dan inferior bahu akibat
hilangnya sokongan dari klavikula, penurunan pulsasi dan kelemahan
motoric.
- Intervensi : ice pack (kompres es) pada area yang kena, beri obat pereda
nyeri, imobilisasi dengan sling, kaji pulsasi pada lengan yang kena cedera
untuk mengidentifikasi kemungkinan cedera subklavikula, cek status
neurologis,
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Kegawatdaruratan
a) Pengkajian Primer
1. Data Subjektif
 Riwayat Penyakit Pasien
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien fraktur rusuk dan
sternum)
- Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak
- Pasien mengeluh lemas, lemah
- Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur dan tertusuk di bagian
dada
 Riwayat Kesehatan Pasien
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Adanya alergi

2. Data Objektif
 Airway (A)
Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai dengan muntah darah,
krekels (+), jalan nafas tidak paten.
 Breathing (B)
Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada pasien tension
pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea, suara napas kusmaul, napas
pendek, napas dangkal.
 Circulation (C)
Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis, takikardi
 Disability (D)
Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang terlambat)
b) Pengkajian Sekunder
 Eksposure (E)
Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab trauma
pada dinding dada
 Full set of vital sign (F)
 Tanda – tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, terjadi hipotensi
 Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemia
 Aritmia jantung
 Pemeriksaan Lab :
o Gambaran pada hasil X ray yang biasa dijumpai :
 Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate
 Pneumotoraks : batas pleura yang radiolusen dan tipis, hilangnya batas
paru (sulit mendiagnosa pada foto dengan posisi supinasi).
 Injury trakeobronkial : penumomediastinum, udara di servikal.
 Rupture diafragma : herniasi organ abdomen ke dada, kenaikan
hemidiafragma.
 Terdapat fraktur tulang rusuk, sternum, klavikula, scapula dan dislokasi
sternoklavikular.
o CT scan dapat ditemukan gambaran hemotoraks, pneumotoraks, kontusi
paru atau laserasi, pneumomediastinum, dan injuri diafragma.
o Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai injury
esophagus.
o Broncoskopy untuk terjadi trakeobronkial injury.
o Echokardiogram akan memperlihatkan gambaran tamponade jantung (pada
umumnya echokariogram digunakan utuk melihat cedera pada katup
jantung)
o EKG akan memperlihatkan adanya iskemik, aritmia berhubungan dengan
miokardia kontusion atau iskemia yang berhubungan dengan cedera pada
arteri koronaria.
o Pemeriksaan cardiac enzym kemungkinan meningkat berhubungan dengan
adanya iskemik atau infak yang disebabkan dari hipotensi miokardia
kontusion.
 Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)
Adanya nyeri pada dada yang hebat, seperti tertusuk atau tertekan, terjadi pada
saat bernapas, nyeri menyebar hingga abdomen
 Head to toe (H)
Lakukan pemeriksaan fisik terfokus pada :
- Daerah kepala dan leher : mukosa pucat, konjungtiva pucat, DVJ (Distensi
Vena Jugularis)
- Daerah dada :
Inspeksi : penggunaan otot bantu napas, pernapasan Kussmaul, terdapat jejas,
kontusio, penetrasi penyebab trauma pada daerah dada.
Palpasi : adanya ketidak seimbangan traktil fremitus, adanya nyeri tekan
Perkusi : adanya hipersonor
Auskultasi : suara napas krekels, suara jantung abnormal. Terkadang terjadi
penurunan bising napas.
- Daerah abdomen : herniasi organ abdomen
- Daerah ekstrimitas : pada palpasi ditemukan penurunan nadi femoralis
 Inspect the posterior surface (I)
Adanya jejas pada daerah dada
Masalah keperawatan yang pada umumnya muncul

1. Ketidakefektifan pola napas b.d deformitas tulang

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas


3. Kerusakan Pertukaran Gas b.d gangguan pertukaran O2 dan CO2
4. Resiko Syok factor yang berhubungan hipoksia
5. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
6. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
7. Resik ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d trauma
8. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplau dengan kebutuhan O2, bed
rest, imobilisasi
9. Risiko Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh)
Buettner, J. R. (2002). Kedaruratan Medik untuk Perawat & Paramedik. Tanggerang : Binarupa aksara.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, M. J., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Intervention
Classification. Singapore: Elsevier.

Herdman, H. T., & Kamitsuru, S. (2015). Nursing Diagnoses Definitions and Claasification 2015-2017.
Jakarta : EGC.

Krisanty, P., Manurung, S., Suratun, Wartonah, Sumartini, M., Ernawati, et al. (2016). Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV. Trans Info Meedia .

Kurniati , A., Trisyani, Y., & Theresia , S. I. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy.
Singapore: Elsevier.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, L. M., & Swanzon, E. (2013). Nursing Outcomes Classification.
Singapore: Elsevier.

Muttaqin. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika.

Smeltzer, C. S. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai