Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA DADA

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Mita Huljana


NPM : 21149011030
Dosen Mata Kuliah : Ns. Mareta Akhriyansah, S.Kep, M. Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA DADA

Definisi Kasus
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma
tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh
benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala
umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma
ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan
gangguan system pernafasan.

Kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor adalah mekanisme


yangpaling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme yang paling umum untuk
trauma tembus dada termasuk luka tembak dan luka tusuk (Brunnar& Suddart, 2001).

Anatomi Fisiologi
Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada, terdiri atas
12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan sternum. Tulang iga dan
sternum membentuk susunan sangkar dan menyokong rongga thoraks. Ruang antara
tulang-tulang iga disebut ruang interkostalis dan diberi nomor berdasarkan tulang iga
diatasnya (contoh: ruang intercostalis kedua berada dibawah tu;ang iga kedua).
Diafragma adalah otot yang memisahkan rongga toraks dari abdomen dan digunakan
selama inspirasi.
 Dinding dada.

Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada
adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula.
Jarinan lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama
pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.

 Dasar toraks

Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma


mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esofagus

 Isi rongga torak.


Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura
visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada.
Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior.

Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan bantuan
gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang mengembang dan
mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya rongga dada. Inspirasi terjadi
karena kontraksi otot pernafasan , yaitu m.intercostalis dan diafragma, yang
menyebabkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga udara
terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.
Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali
dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen, diafragma
akan naik ketika m.intercostalis akan tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu
kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen,
menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan diafragma kendur dan tidak
mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi merupakan kegiatan
pasif (Sjamsuhidajat, 2004).

2.1.3.1 Etiologi
1. Tamponade jantung: disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks: disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau
spontan
3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga
dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan
tekanan positif). (http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)

2.14. Manifestasi klinis


1. Tamponade jantung
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
 Gelisah.
 Pucat,
 Keringat dingin.
 Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
 Pekak jantung melebar.
 Bunyi jantung melemah.
 Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
 ECG terdapat low voltage seluruh lead.
 Perikardiosentesis keluar darah
2. Hematotoraks :
 Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
 Gangguan pernapasan

3. Pneumothoraks :
 Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
 Gagal pernapasan dengan sianosis.
 Kolaps sirkulasi.
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
pada auskultasi terdengar bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun
terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi
melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal.
(http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada).

Patofisiologi/ Pathway

Trauma thorax

Mengenai rongga thorax Terjadi robekan pembuluh darah

sampai rongga pleura,udara intercostal, pembuluh darah jaringan

bila masuk (pneumothorax) paru-paru

karena tekanan negatif intrapleura terjadi perdarahan : (perdarahan

maka udara luar akan terhisap jaringan interstitium, perdarahan

masuk kerongga pleura (sucking intraalveolar, diikuti kolaps kapiler

wound). Kecil-kecil dan ateleksasi)

 Open pneumothorax tekanan perifer pembuluh paru naik


 Close pneumothorax (aliran darah turun).
 Tension pneumothorax - Ringan < 300 cc = di punksi
- Sedang 300-800 cc = di Drain
- Berat > 800 cc = torakotomi
Tekanan pleura meningkat terus

Tekanan pleura meningkat terus

Sesak napas yang progresif mendesak paru-paru (kompresi &


Nyeri bernapas dekompresi).
Bising napas berkurang hilang
Bunyi napas sonor/hipersonor
Photo thorax gambaran udara lebih
¼ dari rongga thorax. pertukaran gas berkurang

 Sesak napas yang progresif


 Nyeri bernapas/pernafasan asimetris/adanya jejas/trauma
 Bising napas tak terdengar
 Nadi cepat/lemah, anemis/pucat.
 Photo thorax 15-35%

WSD (Water Seal Drain)

 Terdapat luka pada WSD - kerusakan integritas kulit


 Nyeri pada luka bila bergerak - resiko terhadap infeksi
 Perawatan WSD harus diperhatikan - perubahan kenyamanan
 Inefektif kebersihan jalan nafas nyeri - ketidak efektifan pola pernafasan
- gangguan mobilitas fisik

Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada trauma toraks ialah:

1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.

3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar; ruptur

klep jantung.

4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.

5. Esofagus : mediastinitis.

6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan

ginjal (http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)
Prognosis
Banyak penderita maninggal setelah sampai dirumah sakit dan banyak
kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemapuan dignostik dan
terpi. Kurang dari 10% dari trauma tumpul toraks dan hanya 15-30% dari trauma
tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi. Mayoritas kasus trauma toraks
dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur yang akan diperoleh oleh dokter yang
mengikuti suatu kursus penyelamatan kasus trauma toraks.

Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik awal yang dilakukan, yaitu:
1. Rontgen dada
2. HSD
3. Urinalisis
4. Elektrolit dan osmolalitas
5. Saturasi oksigen
6. Gas darah arteri
7. EKG
8. CT Scan juga dpt dilakukan

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengevaluasi kondisi pasien dan melakukan
resusitasi agresif. Sebuah jalan nafas segera ditetapkan dengan dukungan oksigen dan
pada beberapa kasus, dukungan ventilator. Tetapkan kembali volume cairan,
memulihkan seal pleura dalam dada, dan mengalirkan cairan intrapleura serta darah.
Untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi jantung paru, jalan nafas yang
adekuat dibuatdan dilakukan ventilasi. Tindakan ini termasuk stabilisasi dan
menstabilkan kembali intregitas dinding dada, menyumbat setiap lubang pada dada
(pneumotoraks terbuka), dan mengalirkan atau membuang setiap udara atau udara atau
cairan dari dalam toraks untuk menghilangakan pneumotoraks/hemotoraks serta
tamponade jantung. Hipovolemia dan curah jantung yang rendah diperbaiki.
(keperawatan medikal bedah, 2001)
Konsep Dasar Keperawatan

Pengkajian Keperawatan

1. Biodata
 Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnostik medik, alamat.
 Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri pada dada dan gangguan
bernafas.
 Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif
atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu
bagaimana (nyeri yang dirasakan klien, Regional (R) yaitu penyebaran nyeri,
safety (S) yaitu posisi yang sesuai untuk mengurangi nyeri dan dapat membuat
klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri.
 Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah terdapat
riwayat sebelumnya.

3. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
 Sesak napas
 Nyeri, batuk-batuk.
 Terdapat retraksi klavikula/dada.
 Pengambangan paru tidak simetris.
 Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
 Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks
 Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.
 Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
 Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
 Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

2. Sistem Kardiovaskuler :
 Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
 Takhikardia, lemah
 Pucat, Hb turun /normal.
 Hipotensi.

3. Sistem Persyarafan :
 Tidak ada kelainan.

4. Sistem Perkemihan.
 Tidak ada kelainan

5. Sistem Pencernaan :
 Tidak ada kelainan

6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.


 Kemampuan sendi terbatas.
 Ada luka bekas tusukan benda tajam.
 Terdapat kelemahan.
 Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.

7. Sistem Endokrin :
 Terjadi peningkatan metabolisme.
 Kelemahan.

8. Sistem Sosial / Interaksi.


 Tidak ada hambatan.
9. Spiritual :
 Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

4. Pemeriksaan Diagnostik :
 Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
 Pa Co2 kadang-kadang menurun.
 Pa O2 normal / menurun.
 Saturasi O2 menurun (biasanya).
 Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
 Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.

2.2.1. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi cairan/udara
2. ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan
3. Perubahan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan
dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal
4. Resikolaboratif: atelektasis dan penggeseran mesiatinum
5. Kerusakan integritas kulit berhubngan dengan trauma mekanik terpasang bullow
drainage
6. Resiko terdapatnya infeksi berhubungan tempat masuknya infeksi sekunder terhadap
trauma
2.2.3 Intervensi keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi

1. Pola Nafas tidak NOC: NIC:


efektif berhubungan Respiratory status :  Membuka jalan napas
dengan : Ventilation  Memposisikan pasien untuk
Hiperventilasi Respiratory status : Airway mendaptkan ventilasi maksimal
Penurunan patency  Mengeluarkan sekret dengan batuk
energi/kelelahan Vital sign Status efektif atau suction
Perusakan/pelemaha  Mengajarkan batuk efektif
n muskulo-skeletal Setelah dilakukan tindakan  Auskultasi suara napas
Kelelahan otot keperawatan selama  Memonitor status respiratori daan
pernafasan ………..pasien oksigenasi
Hipoventilasi menunjukkan keefektifan  Terapi oksigen
sindrom pola nafas, dibuktikan  Memebersihkan sekresi pada mulut,
Nyeri dengan kriteria hasil: hidung dan trakea
Kecemasan Mendemonstrasikan batuk  Memelihara kepatenan jalan napas
Disfungsi efektif dan suara nafas  Memberikan suplemen oksigen
Neuromuskuler yang bersih, tidak ada  Memonitor aliran oksigen
Obesitas sianosis dan dyspneu  Memonitor kemampuan pasien
Injuri tulang (mampu mengeluarkan dalam memelihara oksigen
belakang sputum, mampu bernafas  Mengobservasi tanda terjadinya
dg mudah, tidakada pursed hipoventilasi
DS: lips)  Memonitor kecemasan pasien
Dyspnea Menunjukkan jalan nafas  Mngajarkan pada pasoen dan
Nafas pendek yang paten (klien tidak keluarga bagaimana menggunakan
DO: merasa tercekik, irama oksigen dirumah
- Penurunan tekanan nafas, frekuensi pernafasan
 Posisikan pasien untuk
inspirasi/ekspirasi dalam rentang normal, memaksimalkan ventilasi
- Penurunan tidak ada suara nafas  Pasang mayo bila perlu
pertukaran udara per abnormal)
menit Tanda Tanda vital dalam  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Menggunakan otot rentang normal (tekanan  Keluarkan sekret dengan batuk atau
pernafasan tambahan darah, nadi, pernafasan) suction
- Orthopnea  Auskultasi suara nafas, catat
- Pernafasan pursed- adanya suara tambahan
lip  Berikan bronkodilator :
- Tahap ekspirasi
-…………………..
berlangsung sangat
…………………….
lama
 Berikan pelembab udara Kassa
- Penurunan kapasitas
basah NaCl Lembab
vital
 Atur intake untuk cairan
- Respirasi: < 11 – 24
mengoptimalkan keseimbangan.
x /mnt
 Monitor respirasi dan status O2
 Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
 Pertahankan jalan nafas yang paten
 Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
 Monitor vital sign
 Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas
 Ajarkan bagaimana batuk efektif
 Monitor pola nafas
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan Jalan Nafas NOC: NIC: Bantuan ventilasi


tidak efektif  Respiratory status : Ventilation Aktivitas:
berhubungan dengan:  Respiratory status : Airway
 Memelihara kepatenan jalan nafas
- Infeksi, disfungsi patency
 Memonitor eek perubahan
neuromuskular,  Aspiration Control
oksigenasi
hiperplasia dinding  Setelah dilakukan tindakan
 Membantu bernafas dalam
bronkus, alergi jalan keperawatan selama
 Mengauskultasi suara nafas
nafas, asma, trauma …………..pasien
 Mengajarkan teknik bernafas
- Obstruksi jalan nafas : menunjukkan keefektifan jalan
lewat mulut
spasme jalan nafas, nafas dibuktikan dengan
 Mengajarkan teknik bernafas
sekresi tertahan, kriteria hasil :
dengan baik
banyaknya mukus, adanya  Mendemonstrasikan batuk
 Memonitor kelemahan otot
jalan nafas buatan, sekresi efektif dan suara nafas yang
respirasi
bronkus, adanya eksudat bersih, tidak ada sianosis dan
di alveolus, adanya benda dyspneu (mampu
asing di jalan nafas. mengeluarkan sputum,  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
DS: bernafas dengan mudah, tidak suctioning.
- Dispneu ada pursed lips)  Berikan O2 ……l/mnt,
DO:  Menunjukkan jalan nafas yang metode………
- Penurunan suara nafas paten (klien tidak merasa  Anjurkan pasien untuk istirahat dan
- Orthopneu tercekik, irama nafas, napas dalam
- Cyanosis frekuensi pernafasan dalam  Posisikan pasien untuk
- Kelainan suara nafas rentang normal, tidak ada memaksimalkan ventilasi
(rales, wheezing) suara nafas abnormal)  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Kesulitan berbicara  Mampu mengidentifikasikan  Keluarkan sekret dengan batuk atau
- Batuk, tidak efekotif atau dan mencegah faktor yang suction
tidak ada penyebab.  Auskultasi suara nafas, catat
- Produksi sputum  Saturasi O2 dalam batas adanya suara tambahan
- Gelisah normal  Berikan bronkodilator :
- Perubahan frekuensi dan  Foto thorak dalam batas
irama nafas Normal - ………………………
- ……………………….
- ………………………
 Monitor status hemodinamik
 Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
 Berikan antibiotik :
…………………….
…………………….
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
 Pertahankan hidrasi yang adekuat
untuk mengencerkan sekret
 Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
DAFTAR PUSTAKA

Crowin, Elizabeth. 2009. Patofisiologi . Jakarta : EGC

Muttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Pernapasan Edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika.

Shamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .

Smeltzer, Suzanne C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan


intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai