Anda di halaman 1dari 36

TRAUMA TORAKS.

Slamet Teguh, S.Kep.,Ns


I. LATAR BELAKANG
 25% dari seluruh trauma

mengenai organ torak


 25% menyebabkan
kematian.

Cedera toraks :
- morbiditas
- kecacatan
- kematian
- maupun perawatan yang
lama di RS
 Banyak terjadi pada umur-
umur muda
 Sebagian besar dari cedera
torak disebabkan oleh
karena kecelakaan lalu lintas.

 Insiden di Amerika :
12/juta/hari dan 20-25%
penderita meninggal.

 Perkiraan kematian pertahun


oleh karena trauma toraks
mendekati 16.000.
II. ANATOMI
A. Anatomi dan Fisiologi Paru
Fungsi utama:
sebagai kantong balon udara  alveoli
(sangat banyak pembuluh darah di sekitar alveoli)
Paru- paru menerima darah dari
ventrikel kanan
sehingga pada trauma paru
sangat potensial
sebabkan satu dampak sistemik
yang
berhubungan dengan gangguan
pertukaran
udara dan kehilangan darah

cedera dinding dada atau struktur


penyangga paru
akan menyebabkan fungsi paru
yang terganggu juga.
Fungsi utama :
- ventilasi
- diffusi dari oksigen untuk mencapai tekanan
oksigen darah yang
dibutuhkan pada sistem sirkulasi.
- Pengangkutan dan pengeluaran karbondioksida
dan gas- gas hasi lmetabolisme melalui arteri
pulmonalis.

B. Patofisiolgi
III. TRAUMA TUMPUL DAN

TRAUMA TEMBUS.
Trauma toraks lebih banyak berupa :
- trauma tumpul.
- trauma tembus.

Trauma tumpul  bila dinding dada


masih utuh.
Trauma tembus  bila dinding dada
rusak/tembus.

Kecelakaan lalu lintas (wiplash injury)


merupakan penyebab trauma tumpul
yang paling sering ditemui.

Trauma tajam : - luka tusuk


- luka akibat peluru
- luka iris.
A. Trauma Tumpul
Trauma tumpul toraks (  90% dari trauma toraks ).

Mekanisme :
 Perpindahan energi ke dinding torak dan atau organ toraks.
 Pergeseran atau deselerasi dari organ toraks ketika terjadi trauma.

Kekuatan yang langsung mengenai dinding toraks


 kerusakan jaringan intra toraks dan fraktur costa.

Trauma toraks dengan tekanan


 peningkatan tekanan intra toraks yang menyebabkan ruptur organ
torak/paru sehingga terjadi pneumotoraks dan atau hematotoraks.
Mekanisme trauma berupa pergeseran organ toraks
 terjadi ketika gerakan toraks ke depan dan tiba-tiba terhenti
 organ intra toraks masih bergerak ke depan seperti pada
wiplash
injury.
 Pada trauma deselerasi ini, struktur organ intra toraks yang
tidak
melekat pada dinding dada bergerak maju dengan cepat sampai
membentur permukaan dalam dinding dada depan  trauma.

Pada titik dari trauma :


patah tulang costa
kerusakan paru
 sebabkan kebocoran dari paru.
B. Trauma Tembus
Trauma tembus disebabkan oleh trauma langsung akibat trauma mekanik
pada dinding toraks ( o/k pisau atau peluru ).

Pisau atau peluru  kerusakan jaringan o/k tarikan atau robekan


(trauma ini terjadi pada jaringan yang ditembusi oleh pisau atau peluru )

 Keparahan dari organ intra toraks ini tergantung dari organ yang
terkena dan seberapa vital fungsi organ tersebut.
 Derajat trauma tergantung dari :
- biomekanik penetrasi proyektilnya
( termasuk faktor lain dan efisiensi bagaimana energi itu ditransfer
dari obyek ke organ tubuh ).

 Faktor lain berupa karakteristik fisik dari senjata seperti :


- kecepatan
- ukuran atau luas daerah yang terkena
- kepadatan dari jaringan tubuh yang terkena trauma tembus.

 Kecepatan dari penetrasi proyektil merupakan faktor yang paling penting


dalam menyebabkan keparahan dari luka tersebut.
Impalement Injury :
Benda asing yang sangat besar yang menghantam
rongga toraks atau ekstremitas menyebabkan
trauma yang mengancam nyawa.

 Jantung, pembuluh darah-pembuluh darah besar,


paru-paru dan rongga toraks dapat impale.

 Trauma impalement yang besar dapat melibatkan


bagian manapun dari tubuh.

 Karena obyek yang masuk ini dapat menembus


beberapa organ tubuh maka penanganan yang
cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa
sangat penting.
 Prinsip utama penanganan
impalement injuri :
tidak mengambil obyek yang
masuk pada pasien
cepat dibawa ke ruang operasi
obyek berfungsi sebagai tampon
obyek diambil hanya didalam
ruang operasi
IV. PERAN JARINGAN PADA
TRAUMA PARU.
Status jaringan paru
sebelum trauma
keparahan dari trauma

Eksperimen :
 >banyak ditemukan jantung
fase diastole
drpd fase diastole.
 Patah tulang costa > pada
orang tua  tidak elastis.
 Orang muda  patah tlg
kosta  traumanya BESAR
Faktor penentu penting : Ketebalan
jaringan.
 Kerusakan organ lbh dalam menjadi

berkurang
 (energi yang terjadi lebih banyak
menyebabkan kerusakan otot dan
tulang-tulang).
 Fraktur 3 kosta teratas dapat menyebabkan
trauma pada pembuluh darah besar.

 Fraktur kosta bawah dapat mengakibatkan


trauma pada hepar, lien, atau diafragma.

Karena kemampuan kompensasi dinding dada


pada dewasa muda
 trauma intra torak yang berat dapat terjadi tanpa

disertai dengan fraktur kosta.


V. Data Klinis :
A. Pemeriksaan Fisik
Gejala : bervariasi dan biasanya tergantung dari organ
toraks yang terkena atau yang mengalami efek dari
trauma tersebut.
syok (trauma signifikan).
hemoptisis segera atau beberapa saat setelah
kejadian.

 kita harus memeriksa jaringan paru dibawahnya


bila ada contusio, laserasi, hemotoraks, atau
pneumotoraks.
Flail chest
 Fraktur costa multiple dan segmental
Fraktur multiple costa  pneumotoraks subklinik
 torakostomi profilaksis.

Pneumotoraks yang persisten  pemasangan chest


tube yang adekuat.

Emfisema subkutan yang luas


Pneumomediastinum, dan atau  dugaan ruptur
bronkhus atau trachea
Tension pneumotoraks
 Terjadi ketika kebocoran
paru menjadi progresif.
 Penurunan venous return
 penurunan tekanan
darah,
tachycardi,

suara nafas yang pendek


dan
cepat, dan

hipoksemia
Ruptur trakea atau bronkhus
 merupakan trauma yang serius
 dengan perkiraan rasio
kematian paling sedikit 50%.
 80% ruptur bronkus meliputi
2,5 cm dari karina trakea.
 Tanda yang biasa ditemukan
pada gangguan trakeobronkial
adalah :
- hemoptisis
- dispneu
- emfisema subkutan
- emfisema mediastinum
serta cyanosis.
Trauma tumpul esofagus
 sangat jarang terjadi
 trauma tembus (perforasi dari esofagus).
 sangat berbahaya bila tidak dapat dikenali lebih awal karena
dpt sebabkan mediastinitis.
 keluhan : - nyeri epigastrik yang sangat hebat, tiba-tiba dan
menjalar ke area interskapula.
- dyspneu
- cyanosis
- syok ( gejala lambat )
VI. KOMPLIKASI TRAUMA
PARU.

 Trauma dinding dada (fraktur


costa) dapat menyebabkan
gangguanpernafasan krn nyeri.

 Ventilasi dan diffusi masih


dapat dikompensasi pada fase
awal.

 Trauma langsung pada paru


 contusio pulmoner 
gangguan pertukaran gas o/k
shunting dan gangguan dari
diffusi.
A. Trauma Dinding Dada
– Fraktur costa 
trauma tumpul dada (60%).
 B. Pneumotoraks.
 Paling sering , paru kolaps .
 Kalau pneumotoraks semakin
besar, paru-paru akan kolaps.
 Komplikasi utama : penurunan
CV paru , penurunan PO2.
 Penderita muda dan
sehat ,toleransi perubahan ini
dengan baik,
 penderita dengan penyakit
paru  distress respirasi .
C. Pneumomediastinum.
 Tekanan intra alveolar
meningkat cepat  ruptur
alveoli perivaskuler.
 Udara melalui jaringan longgar
perivaskuler, dan masuk ke
mediastinum 
pneumomediastinum.
 Udara dari
pneumomediastinum
kemudian dapat masuk ke
visera, retrofaringeal, dan
ruang subkutan dari leher.
Pneumomediastinum terjadi akibat kerusakan parenkim dengan
udara sekunder yang masuk ke intersisial yang menyebabkan
kompresi dada dan pengembangan dada kembali.

Pada foto rongent dada;


• paling sering pada batas kiri jantung, terlihat pleura parietal,
• terdapat gambaran udara dibawah bayangan jantung 
continuous diafragma,
• Emfisema subkutan, menyebar ke jaringan lunak leher
menyertai pnemomediastinum.
• Pleura parietal dapat terlihat disepanjang batas kiri
mediastinum.
• Gambaran sudut tajam : aorta desendens ini dapat ditelusuri ke
abdomen atas.
• Emfisema subkutan, retroperitoneal, atau intraperitoneal juga
dapat ditemukan.
D. Hemotoraks.
 Hemotoraks dapat ditoleransi
kurang lebih 40% dari total
volume darah.

 Bila WSD initial bleeding


≥ 150 ml trauma pembuluh
darah besar atau ruptur
jantung.  indikasi
torakotomi.
Gejala dan tanda kontusio pulmo antara lain :
- Dispneu
- hipoksemoia
- takikardi
- suara nafas yang menghilang
- fraktur costa dan sianosis.

Biasanya disertai adanya perdarahan alveolar dan perdarahan


intersisial
serta udema.

Pada beberapa penderita  minimal gangguan respirasi


 kegagalan respirasi
 respiratory distress sindrome.

Laserasi paru adalah robekan dari parenchim paru.


Jika terisi darah  hematoma.
Jika udara  Pneumatocele traumatika atau air cyst.
Jika darah dan udara  air fluid level.
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan :
Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat
berarti :
1.Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah
besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan
perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum
penderita jatuh dalam shock.
2. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang
terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan
tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of
breathing” dapat kembali seperti yang
seharusnya.
3. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk
ke rongga pleura sehingga “mechanis of
breathing” tetap baik.
Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow
drainage.
1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur
berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
2) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan
cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari
bullow drainage.
3) Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah
udara masuk yaitu meng”klem” slang pada dua tempat
dengan kocher.
4) Setiap penggantian botol/slang harus
memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap
steril.
5) Penggantian harus juga memperhatikan
keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai
sarung tangan.
6) Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip
dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol
terjatuh karena kesalahan dll.
4. Terapi :
a. Antibiotika.
b. Analgetika.
c. Expectorant

Anda mungkin juga menyukai