Anda di halaman 1dari 22

TRAUMA

T H OPenyusun
RAKS
Servasius Gilland Gavrila
Sidik Rahman Hakim
Uswatun Hasanah
Airin Shabrina Elta Kusmana

Preseptor
Dr. Roni Oktarizal, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
Definisi
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang m
engenai rongga thorax yang dapat menyebabkan ker
usakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavu
m thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau be
nda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan
gawat thorax akut. Ataupun semua ruda paksa pada
thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda pak
sa tajam atau tumpul.
Anatomi
Epidemiologi
• Peningkatan pada kasus trauma toraks dari waktu ke waktu tercatat
semakin tinggi. Trauma thoraks di Negara Amerika Serikat menyebabkan
lebih dari 16.000 kematian setiap tahunnya atau 20 hingga 25 persen
kematian karena trauma yang disebabkan oleh trauma thoraks.
• Trauma tumpul di Negara Australia 45 persen mengenai thoraks dan
menyebabkan juga peningkatan angka kematian seperti di Negara
Amerika Serikat.
• Di daerah Timur Tengah Arab menilai presentasi klinis dan mortalitas
berbasis waktu dari trauma tumpul thoraks. Penelitian tersebut telah
mengobservasi suatu proporsi cedera ekstra-thoraks yang lebih tinggi
di antara pasien trauma tumpul thoraks.
• Sedangkan di Indonesia di bagian bedah FKUI/RSUPNCM pada tahun
1981 didapatkan 20% dari pasien trauma mengenai trauma thoraks. Data
yang akurat mengenai trauma thoraks di Indonesia belum pernah diteliti.
Etiologi
• Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma
tumpul dan trauma tajam.
• Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan
menjadi 3, berdasarkan tingkat energinya yaitu: trauma tusuk
atau tembak dengan energi rendah, berenergi sedang dan traum
a toraks oleh karena proyektil berenergi tinggi.
• Penyebab trauma toraks tersering adalah oleh karena
kecelakaan lalu lintas terutama kendaraan bermotor (63- 78%).
Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis tabrakan
(impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang,
berputar dan terguling.
• Penyebab trauma toraks yang lain oleh karena adanya tekanan
yang berlebihan pada paru-paru.
Klasifikasi
Major thoracic trauma
“the Deadly Dozen“

“Lethal Six” “Hidden Six”


Airway obstruction Pulmonary contusion
Tension pneumothorax Tracheobronchial rupture
Blunt cardiac injury
Cardiac tamponade
Diaphragmatic tear
Open pneumothorax
Aortic rupture
Massive hemothorax Esophageal perforation
Flail chest
Lethal six
• Tension Pneumotorax
Akibat trauma, udara bocor masuk rongga pleura setiap inspirasi
dan tdk bisa keluar, sehingga tekanan intra pleura akan sangat
tinggi
– Paru2 kolaps, asimetris dinding dada (sesak)
– pembuluh darah balik (VCS,VCI) kolaps, darah ke jantung
terhambat, (tekanan jugular meningkat)
– Isi jantung kurang (tekanan darah menurun).
– Mediastinum terdorong termasuk trachea kearah
berlawanan (trachea tidak digaris tengah)
Tindakan pertama; tindakan dekompresi segera (needle
thoracostomy)
• Tamponade Jantung
Hemopericardium, krn perikard kaku maka terjadi
– Gangguan gerakan jantung. (bunyi jantung menjauh)
– Darah tidak bisa masuk ke jantung (terjadi bendungan
vena jugularis)
– Gangguan gerakan jantung (tekanan darah turun)
Diagnosis : klinis ketiganya disebut TRIAS BECK.
Tindakan : perikardiostomi (tusuk dengan jarum besar/
abocath 14-16F dgn spuit, pada ujung proc. Xiphoideus arah
ujung skapula kiri 45, pasang EKG monitor)
• Open Pneumotoraks
Defek pada dinding dada dengan diameter >2/3 trakhea
sehingga udara masuk melalui dinding dada lebih besar
dari pada masuk trachea, paru kolaps (klinis : sesak)
• Hematotoraks Masif
Hematotoraks : Perdarahan dalam rongga pleura.
– Paru kolaps , hipoksia,
– Kehilangan darah , tanda syok hipovolemik, anemis.
Hematothorax massif
– initial drain >1,000 cc
– Atau perdarahan kontinyu 200 cc/jam dalam 2 jam berturut.
Tindakan :
– Pasang chest tube (WSD), bila perdarahan >200cc/jam
(dalam 2-4 jam pertama) indikasi torakotomi penghentian sum
ber perdarahan.
• Flail Chest
Klinis : pernafasan paradoksal, nafa
s cepat, nyeri, disertai pneumotorak
s, hematotoraks, kontusio paru.
Sering dengan distress pernafasan
.
Tindakan : pemasangan chest tube,
analgetika, kemungkinan intubasi
dengan ventilasi mekanik.
Hidden Six
• Kontusio paru
1. Kontusio paru berisiko terhadap factor terjadinya
1. Acute lung injury (ALI), Pa O2/FiO2 : 201-300 mmHg
2. ARDS (Pa O2/ FiO2 < 200 mmHg)
3. Pulmonary failure.
2. Pada kontusio yang berat dapat memburuk dalam beberapa hari dan
mungkin menyebabkan kematian bila tidak dilakukan penanganan
Hypoventilasi karna kontusi memerlukan manajemen cairan dan
ventilatory support, bila diperlukan
3. Diagnosis : pemeriksaan fisik, foto thorax (6 jam pasca trauma penting)
4. Separuh kasus : asymptomatic pada awalnya, keluhan bertambah
memburuk dalam 3-4 jam pasca trauma.
5. Keluhan dengan respirasi oksigenasi yg tidak adekuat, perlu intubasi
dan penggunaan ventilasi mekanik
• Ruptur Trakeobronkial
1. Ruptur trakea dan bronkus utama (rupture trakeobronkial)
dapat disebabkan oleh trauma tajam maupun trauma
tumpul
2. Pada trauma tumpul ruptur terjadi pada saat glottis
tertutup dan terdapat peningkatan hebat dan mendada
k dari tekanan saluran trakeobronkial yang melewati bat
as elastisitas saluran trakeobronkial
3. Kemungkinan kejadian ruptur bronkus utama meningkat
pada trauma tumpul thoraks yang disertai dengan fraktur
iga 1 sampai 3
• Ruptur Aorta
1. Aorta thorakalis sering bermasalah terhadap
kekuatan deselerasi cepat, yang sering terjadi pada s
uatu kecelakaan kendaraan bermotor (cedera d
epan), ketika dada terbentur dengan alat kemudi.
2. Ruptur aorta sering menyebabkan kematian
penderitanya
3. lokasi ruptur tersering adalah di bagian proksimal
arteri subklavia kiri dekat ligamentum arteriosum.
• Ruptur Diafragma
1. Ruptur diafragma pada trauma thoraks biasanya disebabkan
oleh trauma tumpul pada daerah thoraks inferior atau abdomen
atas yang tersering disebabkan oleh kecelakaan.
2. Ruptur terjadi bila diafragma tidak dapat menahan tekanan
tersebut, herniasi organ intrathoraks dan strangulasi organ
abdomen dapat terjadi.
3. Ruptur umumnya terjadi di “puncak” kubah diafragma, ataupun
kita bisa curigai bila terdapat luka tusuk dada yang didapatkan
pada: dibawah ICS 4 anterior, di daerah ICS 6 lateral, di daerah
ICS 8 posterior. Kejadian ruptur diafragma lebih sering terjadi di
sebelah kiri daripada sebelah kanan. Kematian dapat terjadi
dengan cepat setelah terjadinya trauma oleh karena shock dan
perdarahan pada cavum pleura kiri.
Tatalaksana
• Setelah ABC (Airway, Breathing, Circulation) telah ditangani, interv
ensi khusus cedera harus dilakukan.
• Cedera yang mengancam nyawa segera memerlukan interv
ensi segera : torakostomi tabung darurat (Pneumothorax & Hemoth
orax)
• Mayoritas trauma toraks dapat ditangani secara nonoperatif. Namun,
manajemen operatif tidak boleh ditunda jika sesuai
• Eksplorasi operatif harus dipertimbangkan jika drainase torak
ostomi tabung melebihi 1000-1500mL dengan cepat, sekitar 200
mL per jam selama 2 sampai 4 jam atau resusitasi berkelanjutan (tra
nsfusi darah, hipotensi persisten) tanpa penyebab lain yang ter
lihat.
Perawatan
• Cedera ringan mungkin hanya memerlukan pemantauan ketat dan peng
endalian nyeri
• Pasien dengan ≥ 3 fractur Costae, segmen flail, dan fraktur multipel de
ngan kontusio paru, hemopneumotoraks, hipoksia, atau penyakit paru ya
ng sudah ada sebelumnya harus dipantau pada tingkat perawata
n lanjutan.

Kontrol Nyeri
• Kontrol nyeri sangat mempengaruhi mortalitas dan morbiditas
pada pasien dengan trauma dada
• Nyeri menyebabkan bidai memperburuk (tidak nyaman) atau mencegah
penyembuhan
• Pilihan kontrol nyeri lainnya termasuk blok saraf interpleural, patch trans
dermal, analgesia kontrol pasien intravena (PCA) dan analgesia epidural.
Antibiotik
• Pemberian antibiotik profilaksis pada torakostomi tabung
untuk trauma tumpul tidak mengurangi kejadian empiema
atau pneumonia ketika ditempatkan dengan teknik steril
• Antibiotik harus dipertimbangkan dalam kasus luka yang s
angat terkontaminasi, atau dalam kasus di mana teknik st
eril gagal

Manajemen Operatif dari Fraktur Costae


• Open reduction and internal fixation (ORIF) terbukti
menurunkan mortalitas pada pasien flail chest, m
emperpendek durasi ventilasi mekanis, mengurangi lama ra
wat di rumah sakit, dan mengurangi lama rawat intensif.
Prognosis
• Prognosis untuk trauma toraks dapat sangat bervariasi
(Patah tulang sederhana-Pneumothorax-Trauma tembus
jantung)

• Derajat dan mekanisme cedera yang dikombinasikan


dengan penyakit penyerta yang mendasari pasien
menentukan prognosis pasien yang menderita trauma
toraks.
Komplikasi
• Kemungkinan komplikasi utama dapat berkisar dari minimal
untuk patah tulang rusuk sederhana hingga sangat mungkin
jika diperlukan intervensi besar atau tingkat cedera yang
signifikan.

• Mengingat jumlah struktur vital di dada, komplikasi seringkali


dapat menjadi signifikan termasuk kerusakan pada saraf vagus
atau frenikus, duktus toraks, atau struktur vaskular kritis dengan
komplikasi yang timbul.

• Derajat dan mekanisme cedera serta intervensi yang dilakukan


untuk mengatasinya pada akhirnya menentukan jenis dan berat
nya komplikasi yang mungkin timbul.
Daftar Pustaka
• Edgecombe L, Sigmon DF, Galuska MA, et al. Thoracic Trauma. [Updated 2020 Jun
1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. 
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534843/
• Dandy, D. J., & Edwards, D. J. (2003). Essential orthopaedics and trauma. Elsevier
India.
• Saaiq, M., Hameed-Ud-Din, K. M., & Chaudhery, S. M. (2010). Vacuum-assisted
closure therapy as a pretreatment for split thickness skin grafts. J Coll Physicians
Surg Pak, 20(10), 675-9.
• Eckstein, M., Henderson, S. O., & Markovchick, V. (2014). Thoracic trauma. Rosen’s
emergency medicine: concepts and clinical practice, 1, 387-413.
• Srivastava, S., Solanki, N., Mohanty, P., Shah, K. A., Parikh, J. K., & Dalai, A. K.
(2015). Optimization and kinetic studies on hydrogenation of furfural to furfuryl
alcohol over SBA-15 supported bimetallic copper–cobalt catalyst. Catalysis Letters, 
145(3), 816-823.
• Ekpe, E. E., & Eyo, C. (2014). Determinants of mortality in chest trauma patients. 
Nigerian Journal of Surgery, 20(1), 30-34.
• Sudoyono, W. (2010). Dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Anda mungkin juga menyukai