Pembimbing :
Dr. Fanny Indarto, Sp.B
INTRODUCTI
ON
1.Rutkow IM. Demographic and Socioeconomic aspects of hernia repair in the United States in
2003. Surg Clin North Am. 2003;83:1045
2. Gould J. Laparoscopic versus open inguinal hernia repair. Surg Clin N Am. 2008;88:10731081.
3.Abramson JH, Gofin J, Hopp C,et al. The edipemiology of inguinal hernia. A survey in western
Jerusalem. J Epidemiol Community Health. 1978;32:59.
ANATOMY
ANATOMY
ANATOMY
ANATOMY
Hernia Femoralis menonjol femoral ring yang kecil dan tidak fleksible.
Batas dari femoral ring termasuk iliopubic tract dan didepannya inguinal
ligament, dibelakangnya Coopers ligament, disebelah sisi medial lacunar
ligament dan vena femoralis pada bagian lateral.
Laparospoki
untuk hernia
repair yang perlu
diperhatikan
posterior ke
peritoneal dan
preperitoneal
space.
Terdapat 2 rongga
potensial dalam
peritoneum.
Diantara
peritoneum dan
posterior lamina
dari transversalis
fascia adalah
Bogross space
(preperitoneal).
Retzius space
adalah
preperitoneal
yang ke arah
medial dan diatas
dari kandung
Inguinal Nerve
KLASIFIKASI HERNIA
Hernia terdiri dari beberapa bagian, yaitu:4
1.Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak
semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia
adipose, hernia intertitialis.
2.Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong
hernia, misalnya usus,ovarium dan jaringan penyangga usus
(omentum).
3.Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui
kantong hernia.
4.Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong
hernia.
5.Locus minoris resistance (LMR).
4.Schwartz. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, edisi VI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p.509 18.
Patophisiology
Ingunal Hernias bisa karena congenital atau acquired.
Kebayangkan pada dewasa terjadi karena kekurangan pada
dinding abdominal. Terdapat beberapa faktor rekiso yg
mempengaruhi kelemahan dinding abdominal.
DIAGNOSIS
Hernia hadir sebagai tonjolan di daerah selangkangan yang
dapat menjadi lebih menonjol saat batuk, mengejan, atau
berdiri. Mereka jarang menyakitkan, dan tonjolan umumnya
menghilang pada berbaring. Ketidakmampuan untuk
reduce", atau tempat tonjolan kembali ke dalam perut
biasanya berarti hernia tersebut adalah incarcerated' yang
memerlukan operasi darurat.
nyeri yang signifikan adalah sugestif dari strangulasi usus
(incarcerated indirect hernia inguinalis)
Hernia berlangsung, isi rongga perut, seperti usus, hati, bisa
turun ke hernia dan menjalankan risiko yang terjepit dalam
hernia, menyebabkan obstruksi usus. Jika suplai darah dari
bagian dari usus terjebak dalam hernia terganggu, hernia
dianggap "strangulasi" dan usus iskemia dan gangren dapat
mengakibatkan, dengan konsekuensi yang berpotensi fatal.
Waktu komplikasi tidak dapat diprediksi. operasi darurat
untuk penahanan dan cekikan mempunyai risiko lebih tinggi
dari yang direncanakan, "elektif" prosedur. Namun, risiko
penahanan rendah, dievaluasi pada 0,2% per tahun. 3 Di sisi
lain, intervensi bedah memiliki risiko yang signifikan
menyebabkan inguinodynia, dan ini mengapa pasien
minimal gejala disarankan untuk menunggu waspada.
3. Fitzgibbons RJ, Giobbie-Hurder A, Gibbs JO; et al. (January 2006).
"Watchful waiting vs repair of inguinal hernia in minimally symptomatic men: a randomized clinical trial". JAMA 295 (3):
28592
Pemeriksaan
Fisik
Tatalaksana
Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih
sering (karena cincin hernia yang lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. 1
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara seperti ini
tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding
perut di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam. 1
B. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia adalah
herniorafi, terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. 1
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa,
dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga
pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada
hernia inguinalis sinistra.1
DAFTAR PUSTAKA
1.Sjamsuhidajat, de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. p.619 36.
2. Stead LG, et al. First aid for the surgery clerkship, International edition. Singapore: The Mc Graw-Hill Companies, Inc; 2003. p.307 17.
3.Widjaja, H. Anatomi abdomen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. p.21-5.
4. Schwartz. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p.509 18.
5. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TL, et al. Schwartzs Principles of Surgery, 9 th edition. United States: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2010. p.2439 43,
2514 38.
6. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG, Williams NS.Bailey & Loves Short Practice Of Surgery, 22 nd Edition London: ELBS
With Chapmann & Hall; 1995. p.1277 90.
7.Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook of surgery. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
8. Snyder CL. Inguinal hernias and hydroceles. Dalam: Comb GW, Murphy JP. Aschrafts pediatric surgery. 5 th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010. p.669
9. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta Edisi ke- 3, Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI; 2000. p.313-317
10. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment, 12th ed. McGraw-Hill; 2006.
11. Abrahamson J. Hernias. Dalam: Zinner MJ, Seymour I, eds. Maingots abdominal operation, 10 th ed. London: Prentice Hall International; 1997. p.479-525
12. Henry T, Maleachi A, Riwanto I. Perbedaan kejadian infeksi dan hitung kuman antara mesh monofilament dan multifilament makropori serta pure tissue repair
studi eksperimental operasi bersih terkontaminasi in vivo pada tikus wistar (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro: Bagian Bedah; 2007.
13. Read RC. Inguinofemoral Herniation: Evolution of repair through the anterior approach to the groin. Dalam: Zuidema GD, Yeo CJ, eds. Shackelfords surgery
of alimentary tract, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2002. p.101-14.
14. Kaynak B, Celik F, Guner A, et al. Moloney darn repair versus Lichtenstein mesh hernioplasty for open inginal hernia repair. Surg Today 2007; 37:958-60
15. Amid PK. Lichstenstein tension-free hernioplasty for the repair of primary and recurrent inguinal hernias. Dalam: Fitzdibbons RJ, Greenburg AG, eds. Nyhus
and Condons Hernia, 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2002. p.151-3.
16. Mcintosh A, Hutchinson A, Roberts A et al. Evidence-based management of groin hernia in primary care. Oxf j Surg 2000; 17: 442-7
TERIMA KASIH