Anda di halaman 1dari 28

Inguinal Hernia

Pembimbing :
Dr. Fanny Indarto, Sp.B

Andrian Astoguno Bayu P.


03010029

INTRODUCTI
ON

1.Rutkow IM. Demographic and Socioeconomic aspects of hernia repair in the United States in
2003. Surg Clin North Am. 2003;83:1045
2. Gould J. Laparoscopic versus open inguinal hernia repair. Surg Clin N Am. 2008;88:10731081.
3.Abramson JH, Gofin J, Hopp C,et al. The edipemiology of inguinal hernia. A survey in western
Jerusalem. J Epidemiol Community Health. 1978;32:59.

Inguinal hernia repair


adalah operasi yg
paling sering
dilakukan dinegara
Amerika Serikat.
Sekitar 800.000 kasus
dilakukan pada tahun
2003, tidak termasuk
recurrent atau
bilateral hernia.1
Sekitar 75% dari
dinding abdominal
hernia terjadi pada
groin. Resiko
terjadinya Ingunal
Hernia pada pria
sekitar 27 % dan pada
wanita 3 %.2 Pada Pria
insiden hernia terjadi
pada umur awal
kehidupan dan setelah
umur 40 tahun.3

ANATOMY

inguinal canal 4 sama 6 cm dan


batas inguinal canal terdiri dari :
1. External oblique
aponeurosis
2. Internal oblique
muscle
3. Transversalis fascia
4. Transversus
abdominis muscle
Bagian Superior dibatasi :
Internal oblique muscle
Bagian Inferior dibatasi :
Ingunal Ligament
(Pouparts)

ANATOMY

Spermatic Cord melintasi ingunal canl


dan berisi 3 arteri, 3 vena, 2 saraf,
pampiniform venous plexus dan vas
deferens. Spematic cord dilapisi oleh 3
lapisan spermatic fascia.

ANATOMY

Struktur penting disekitar


inguinal Canal :
Iliopubic tract
Lacunar ligament
Coopers Ligament
Conjoint Tendon

Inguinal Hernia secara umum di klasifikasikan


menjadi indirect, direct, femoral berdasarkan dari
tempat herniasinya bergantung dari struktur.
Indirect terdapat di sisi lateral dari inferior
epigastric vessels.
Direct herina terjadi disisi medial dari inferior
epigastric vessels dan didalam Hesselbachs

ANATOMY

Hernia Femoralis menonjol femoral ring yang kecil dan tidak fleksible.
Batas dari femoral ring termasuk iliopubic tract dan didepannya inguinal
ligament, dibelakangnya Coopers ligament, disebelah sisi medial lacunar
ligament dan vena femoralis pada bagian lateral.

Laparospoki
untuk hernia
repair yang perlu
diperhatikan
posterior ke
peritoneal dan
preperitoneal
space.
Terdapat 2 rongga
potensial dalam
peritoneum.
Diantara
peritoneum dan
posterior lamina
dari transversalis
fascia adalah
Bogross space
(preperitoneal).
Retzius space
adalah
preperitoneal
yang ke arah
medial dan diatas
dari kandung

Pada Posterior biasanya menvisualisasikan dengan Myopectineal orifice


of Fruchaud.

Inguinal Nerve

Area Anatomi penting yang harus diperhatikan pada laparoskopi


hernia.

KLASIFIKASI HERNIA
Hernia terdiri dari beberapa bagian, yaitu:4
1.Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak
semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia
adipose, hernia intertitialis.
2.Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong
hernia, misalnya usus,ovarium dan jaringan penyangga usus
(omentum).
3.Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui
kantong hernia.
4.Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong
hernia.
5.Locus minoris resistance (LMR).

4.Schwartz. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, edisi VI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p.509 18.

Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi 4, yaitu :


1.hernia reponibel
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2.hernia irreponibel / hernia akreta
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga. Biasanya
disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan
rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3.hernia inkarserata
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap, tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus. Hernia ini
merupakan penyebab obstruksi nomor satu di Indonesia.
4.hernia strangulata
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi
gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis.
Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut hernia Richter. Biasanya
pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus.
Apabila sebagian dinding kantong hernia terbentuk dari organ yang merupakan isi hernia seperti
caecum, kolon sigmoid atau kandung kemih, disebut hernia geser. Hernia geser dapat terjadi
karena isi kantong berasal dari organ yang letaknya retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak
masuk ke kantung hernia, melainkan tergeser dari retroperitoneal.

Patophisiology
Ingunal Hernias bisa karena congenital atau acquired.
Kebayangkan pada dewasa terjadi karena kekurangan pada
dinding abdominal. Terdapat beberapa faktor rekiso yg
mempengaruhi kelemahan dinding abdominal.

Congenital Hernia yang banyak terjadi pada pediactric hernia


dikarenakan karena pada masa perkembangan bukan karena
kelemahan otot.

Pada waktu 36 dan 40 minggu


masa gestasi, Processus
vaginalis tertutup dan menutup
ring dari internal inguinal.
Kegagalan dalam menutup ini
dinamakan Patent Processus
vaginalis. Hal ini menaikan
insiden indirect inguinal hernia
pada bayi.
Hal ini merupakan salah satu
hal predisposisi terjadinya
perkembangan hernia.

DIAGNOSIS
Hernia hadir sebagai tonjolan di daerah selangkangan yang
dapat menjadi lebih menonjol saat batuk, mengejan, atau
berdiri. Mereka jarang menyakitkan, dan tonjolan umumnya
menghilang pada berbaring. Ketidakmampuan untuk
reduce", atau tempat tonjolan kembali ke dalam perut
biasanya berarti hernia tersebut adalah incarcerated' yang
memerlukan operasi darurat.
nyeri yang signifikan adalah sugestif dari strangulasi usus
(incarcerated indirect hernia inguinalis)
Hernia berlangsung, isi rongga perut, seperti usus, hati, bisa
turun ke hernia dan menjalankan risiko yang terjepit dalam
hernia, menyebabkan obstruksi usus. Jika suplai darah dari
bagian dari usus terjebak dalam hernia terganggu, hernia
dianggap "strangulasi" dan usus iskemia dan gangren dapat
mengakibatkan, dengan konsekuensi yang berpotensi fatal.
Waktu komplikasi tidak dapat diprediksi. operasi darurat
untuk penahanan dan cekikan mempunyai risiko lebih tinggi
dari yang direncanakan, "elektif" prosedur. Namun, risiko
penahanan rendah, dievaluasi pada 0,2% per tahun. 3 Di sisi
lain, intervensi bedah memiliki risiko yang signifikan
menyebabkan inguinodynia, dan ini mengapa pasien
minimal gejala disarankan untuk menunggu waspada.
3. Fitzgibbons RJ, Giobbie-Hurder A, Gibbs JO; et al. (January 2006).
"Watchful waiting vs repair of inguinal hernia in minimally symptomatic men: a randomized clinical trial". JAMA 295 (3):
28592

Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan fisik dengan menggunakan


metode finger tip test (hanya dapat dilakukan
pada pria dan pada hernia reponibel) dengan
jari telunjuk atau dengan jari kelingking, pada
anak dapat dicoba mendorong isi hernia
dengan cara mendorong isi hernia dengan
menekan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah
hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam
hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari
masuk berada dalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari
menyentuh hernia berarti hernia inguinalis
lateralis, namun bila bagian sisi jari yang
menyentuhnya adalah hernia inguinalis
medial.1,10
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan
yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya
pembatasan jelas di sebelah kranial dan ada
nya hubungan ke kranial melalui anulus
1. Sjamsuhidajat, de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
inguinal eksternus.1
EGC; 2010. p.619 36.
10. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment, 12 th ed. McGraw-Hill; 2006.

Tatalaksana
Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih
sering (karena cincin hernia yang lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. 1
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara seperti ini
tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding
perut di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam. 1

B. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia adalah
herniorafi, terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. 1
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa,
dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga
pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada
hernia inguinalis sinistra.1

Langkah-langkah Herniotomi pada hernia inguinalis


A,B: Insisi hernia dapat berupa transverse
atau oblik. C: Buka aponeurosis m.
Obliquus abdominis externus. D: Identifikasi
funikulus spermatikus. E,F: Identifikasi dan
bebaskan kantong hernia. G,H: Ligasi
kantong hernia

DAFTAR PUSTAKA
1.Sjamsuhidajat, de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. p.619 36.
2. Stead LG, et al. First aid for the surgery clerkship, International edition. Singapore: The Mc Graw-Hill Companies, Inc; 2003. p.307 17.
3.Widjaja, H. Anatomi abdomen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. p.21-5.
4. Schwartz. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p.509 18.
5. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TL, et al. Schwartzs Principles of Surgery, 9 th edition. United States: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2010. p.2439 43,
2514 38.
6. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG, Williams NS.Bailey & Loves Short Practice Of Surgery, 22 nd Edition London: ELBS
With Chapmann & Hall; 1995. p.1277 90.
7.Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook of surgery. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
8. Snyder CL. Inguinal hernias and hydroceles. Dalam: Comb GW, Murphy JP. Aschrafts pediatric surgery. 5 th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010. p.669
9. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta Edisi ke- 3, Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI; 2000. p.313-317
10. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment, 12th ed. McGraw-Hill; 2006.
11. Abrahamson J. Hernias. Dalam: Zinner MJ, Seymour I, eds. Maingots abdominal operation, 10 th ed. London: Prentice Hall International; 1997. p.479-525
12. Henry T, Maleachi A, Riwanto I. Perbedaan kejadian infeksi dan hitung kuman antara mesh monofilament dan multifilament makropori serta pure tissue repair
studi eksperimental operasi bersih terkontaminasi in vivo pada tikus wistar (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro: Bagian Bedah; 2007.
13. Read RC. Inguinofemoral Herniation: Evolution of repair through the anterior approach to the groin. Dalam: Zuidema GD, Yeo CJ, eds. Shackelfords surgery
of alimentary tract, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2002. p.101-14.
14. Kaynak B, Celik F, Guner A, et al. Moloney darn repair versus Lichtenstein mesh hernioplasty for open inginal hernia repair. Surg Today 2007; 37:958-60
15. Amid PK. Lichstenstein tension-free hernioplasty for the repair of primary and recurrent inguinal hernias. Dalam: Fitzdibbons RJ, Greenburg AG, eds. Nyhus
and Condons Hernia, 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2002. p.151-3.
16. Mcintosh A, Hutchinson A, Roberts A et al. Evidence-based management of groin hernia in primary care. Oxf j Surg 2000; 17: 442-7

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai