Anda di halaman 1dari 58

BENJOLAN DI LEHER

SNNT (Struma Nodosa Non Toksik)


Anatomi Kel. Tiroid
Struma (goiter) = pembengkakan pada leher
oleh karena pembesaran kelenjar tiroid.
Diebabkan oleh:
• gangguan fungsi
• perubahan susunan kelenjar dan morfologinya
Klasifikasi
Non-Toksik → eutiroid dan hipotiroid
• Difusa : endemik goiter, gravid
• Nodusa : neoplasma

Toksik → hipertiroid
• Difusa : grave, tirotoksikosis primer
• Nodusa : tirotoksikosis sekunder
Struma Nodosa Non Toksik adalah pembesaran
kelenjar tiroid yang secara klinis teraba nodul satu
atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme. Istilah struma nodosa menunjukkan
adanya suatu proses baik fisiologis maupun
patologis yang menyebabkan pembesaran asimetris
dari kelenjar tiroid. Karena tidak disertai tanda-
tanda toksisitas pada tubuh, maka pembesaran
asimetris ini disebut sebagai Struma Nodosa Non
Toksik.
Etiologi
1. Defisiensi yodium
2. Kelainan metabolik kongenital yang
menghambat sintesa hormon tyroid.
Klasifikasi
• Berdasarkan jumlah nodul
– 1 nodul : struma nodosa soliter
– >1 nodul: struma multinodosa
• Berdasarkan kemampuan menangkap ioium radioaktif
dikenal 3 bentuk nodul tiroid yaitu:
– Nodul dingin
– Nodul hangat
– Nodul panas
• Berdasarkan konsistensi
– Nodul lunak
– Nodul kistik
– Nodul keras
– Nodul sangat keras
Manifestasi klinis
• Tyroid membesar dengan lambat.
• Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan
permukaan licin.
• Jika struma cukup besar, akan menekan area
trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada
respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga
terjadi gangguan menelan.
• Klien tidak ada keluhan krn tdk ada hipo atau
hipertyroid
• Benjolan di leher.
• Peningkatan metabolism karena klien
hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi.
• Peningkatan simpatis seperti ; jantung
menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat,
tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan
kelelahan.
PF
1. Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari
satu (multipel).
2. Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat
keras.
3. Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada
4. Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak
ada.
5. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar
tiroid : ada atau tidak ada.
• Khas : Benjolan yang naik turun saat makan

Pemriksaan Lab dalam batas normal:


• T3 NORMAL 0.2-0.3ml/dl
• T4 NORMAL 6-12ml/dl
• TSH 0.50-4.00 mlU/ml
Penunjang
USG
• USG untuk menilai kelenjar tiroid beserta
jaringan sekitarnya.
• Dapat menilai apakah kistik, solid, dan
mengukur besarnya.
Foto rontgen leher
• Untuk melihat adakah penekanan ke organ
sekitar
FNAB
• Jika pemeriksaan lain tidak cukup untuk
mendiagnosis struma
• Curiga keganasan
Terapi
• Pemberian Suplementasi Iodium 400ug atau,
• Pemberian Levotiroksin 100ug
• Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk
yang tinggal di daerah endemik diberi suntikan 40
% tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang
dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang
kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.
Indikasi bedah

Kosmetik  Tiroidektomi Subtotal

Struma Multinodular yang berat

Struma yang menyebabkan kompresi laring atau


struktur leher lain

Struma Retrosternal yang menyebabkan kompresi


trakhea atau struktur lain
Ca Tiroid
Fisiologi
- Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu
tiroksin (T4) yang kemudian berubah menjadi bentuk
aktifnya yaitu triyodotironin (T3).
- Iodium nonorganik yang diserap dari saluran cerna
merupakan bahan baku hormon tiroid
- T3 dan T4 disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid.
- Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sisanya tetap di
dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang.
- Di sirkulasi, hormon tiroid terikat oleh protein yaitu TBG
dan TBPA.
- Hormon stimulator tiroid (TSH) memegang peranan
terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid
• Ca tiroid adalah suatu penyakit dimana sel
maligna (kanker) terbentuk di jaringan
kelenjar tiroid.
• Faktor Resiko
1. Usia <20 tahun atau >50 tahun
2. Resiko keganasan laki –laki > perempuan
3. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala
pada masa lampau
4. Kecepatan tumbuh tumor
5. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher
6. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga
• Temuan pada Pemeriksaan Fisik (nodul soliter
atau multipel, konsistensi bervariasi,
pembesaran KGB, daerah metastasis)
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan USG
4. Pemeriksaan Sidik Tiroid
5. Pemeriksaan BAJAH
6. Pemeriksaan Histopatologi
• Gambaran Radiologi

Gambar. Foto polos leher antero-posterior


Tampak kalsifikasi punctat pada bagian dekstra dari tulangcervical dan
konglomerasi kalsifikasi multipel pada dasar leher(ditunjukkan tanda
panah pada gambar), juga pada bagian sinistra.
Gb.3Foto Polos Dada PA pada Ca Thyroid
(A) Perubahan letak trakea ke kiri disebabkan dorongan massa yang ada di dasar leher
(B) Tampak masaa di daerah mediastinum superior kanan, dengan kalsifikasi pada tiroid
Gb.4 USG Ca Thyroid Papiler
(A)Gambaran kontur yang ireguler dan deformasi kapsul thyroid.
(B)Sonogram tranversal lobus kanan tampak focus echogenic punctat tanpa bayangan
akustik posterior, temuan mengarah pada kalsifikasi (panah)
(C)Sonogram transversal isthmus thyroid menunjukkan tumor dengan
hipoechogenisitas yang jelas dan batas irreguler(panah) dan tanpa halo hipoechoic
Gambar USG dan USG Doppler Ca Folikuler
(A)gambaran USG Transversal menunjukkan lesi dengan batas jelas,
heterogen, padat iso-hypoechoic berbentuk nodul tiroid oval,menunjukkan
lesi folikular.
(B)Gambaran doppler tranversal menunjukkan vaskularisasi intranodular
(sentral) dan perifer
Ct scan normal
Ca Thyroid Papiler pada CT Scan dengan Kontras
gambaran carcinoma thyroid bilateral berukuran kecil,
perubahan substansi kistik di bagian sentral, fokus
berukuran kecil yang terkalsifikasi (gambar anak panah)
Ca Medullar Thyroid Gambaran CT potongan
axial dengan gambaran kalsifikasi (panah)
Diagnosis Banding
1. Struma difusa toksik (Basedow = Grave’s
disease)
2. Struma nodosa non toksik
3. Tiroiditis
4. Adenoma tyroid
Klasifikasi TNM
T-Tumor Primer

• Tx Tumor primer tidak dapat dinilai


• T0 Tidak didapat tumor primer
• T1 Tumor dengan ukuran terbesar 2cm atau kurang masih terbatas pada
tiroid
• T2 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih
dari 4 cm masih terbatas pada tiroid
• T3 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada
tiroid atau tumor ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra tiroid yang
minimal (misalnya ke otot sternotiroid atau jaringan lunak peritiroid)
• T4a Tumor telah berkestensi keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat
berikut : jaringan lunak subkutan, laring, trakhea, esofagus, n.laringeus
recurren
• T4b Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau
arteri karotis
N Kelenjar Getah Bening Regional
• Nx Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai
• N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
• N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
• N1a Metastasis pada kelenjar getah bening cervical Level VI (pretrakheal
dan paratrakheal, termasuk prelaringeal dan Delphian)
• N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical unilateral,
bilateral atau kontralateral atau ke kelenjar getah bening
mediastinal atas/superior

M Metastasis jauh
• Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
• M0 Tidak terdapat metastasis jauh
• M1 Terdapat metastasis jauh
• Karsinoma Tiroid Papilare atau Folikulare Umur < 45 th

• Stadium I Tiap T Tiap N M0
• Stadium II Tiap T Tiap N M1

• Papilare atau Folikulare umur > 45tahun dan Medulare

• Stadium I T1 N0 M0
• Stadium II T2 N0 M0
• Stadium III T3 N0 M0
• T1,T2,T3 N1a M0
• Stadium IVA T1,T2,T3 N1b M0
• T4a N0,N1 M0
• Stadium IVB T4b Tiap N M0
• Stadium IVC Tiap T Tiap N M1

• Anaplastik/Undifferentiated (Semua kasus stadium IV)

• Stadium IVA T4a Tiap N M0
• Stadium IVB T4b Tiap N M0
• Stadium IVC TiapT TiapN M1
Higroma kistik
Definisi
• Higroma (bahasa Yunani) : tumor yang berisi
air.
• Higroma merupakan kelainan kongenital dari
sistem limfatik
• Kista higroma adalah suatu lesi kistik yang
berasal dari massa dilatasi limfe
• USG
• CT SCAN
• MRI
• Benjolan di leher yang telah • Bila lebih besar maka
lama atau sejak lahir tanpa perluasan terjadi ke arah
nyeri atau keluhan lain wajah, lidah, kelenjar
berbentuk kistik, berbenjol- parotis, laring, atau dada
benjol, dan lunak, (15% meluas ke
permukaannya halus, lepas mediastinum)
dari kulit, difus, berbatas • Timbul gangguan
tegas, dan sedikit melekat menelan dan bernafas
pada jaringan dasar • Perluasan ke aksilla dapat
• Jarang menimbulkan gejala menyebabkan
akut, tetapi dapat cepat penekanan pleksus
membesar karena radang brakhialis dengan
dan menimbulkan gejala berbagai gejala
gangguan pernafasan. neurologik.
Penatalaksanaan
• Eksisi
• Aspirasi
Kista Higroma Coli merupakan salah satu kelainan
kongenital yang disebabkan oleh obstruksi
saluran limfe yang menyebabkan dilatasi sakus
limfe dan berubah menjadi massa kistik.
Angka kejadiannya jarang.
Dapat ditemukan dari masa prenatal, saat lahir
dan sebelum usia 2 tahun.
• Penatalaksanaan kista higroma Coli yang paling
utama adalah eksis kista. Ada kemungkinan angka
kejadian rekuren pada beberapa kasus.
Tortikolis
• Posisi abnormal leher
• Gangguan tortikolis yang paling sering
ditemukan  Congenital Muscular Torticolis
(CMT).
• Congenital Muscular Torticolis (CMT)
kondisi keterbatasan gerakan leher kongenital
atau bawaan sejak lahir, dimana anak akan
menahan atau memposisikan kepala pada satu sisi
dengan dagu mengarah pada sisi yang berlawanan
• Spasmodik tortikolis
kekakuan dari pada otot-otot leher,
yang disebabkan oleh kontraksi klonik atau tonik
dari otot-otot servikal pada leher dengan gejala
terjadi kekakuan pada sistem saraf dan
terdapatnya histeria
Klasifikasi
Berdasarkan penybabnya ada 2, yai tu:
• Bawaan Lahir (Kongenital)
• Didapat (akuisita)

Otot tortikolis kongenital (CMT) dibagi 3 kelompok;


• kelompok tumor sternokleidomastoid (TPS),
mereka dengan kaku dari otot
sternokleidomastoid (SCM) tetapi tidak ada''
klinis tumor'' sebagai tortikolis otot (MT)
Manfes
Adanya satu atau lebih gejala seperti
– bengkak di sisi leher,
– kesulitan dalam kepala bergerak saat adanya memiringkan kepala

Semua pasien ditindaklanjuti di empat interval mingguan dengan


dokumentasi
• memiringkan kepala
• aktif dan pasif berbagai fl eksi rotasi dan sisi leher,
• wajah asimetri, ukuran tumor
• waktu hilangnya tumor, dan durasi pengobatan.

Mereka diarahkan untuk fisioterapi dan tepat posisi leher


Pemeriksaan kinis
1. Elektromiografi (EMG)
• adanya kontraksi otot yang persisten pada otot leher
termasuk m.sternocleidomastoideus, m.splenius
capitus dan m.trapezius.
2. Pemeriksaan fungsi tiroid,
• hal ini harus dilakukan karena dapat saja terjadi
perubahan pada tiroid yaitu hipertiroidisme.
• Beberapa pasien dapat saja memperlihatkan keadaan
eutiroid.
3. Pemeriksaan MRI/CT-Scan pada servikal vertebrae
• harus dilakukan bila ada nyeri pada leher
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan untuk tortikolis muscular
congenital pada dasarnya  nonoperatif,
• Fisioterapi yang dilakukan oleh orang tua pasien.
• Fisioterapi diberikan setiap hari – masase disertai
peregangan dengan harapan otot dapat
memanjang.
• Terapi fisik meliputi latihan peregangan, masase,
pemanasan local, analgetik, biofeedback sensoris,
dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS
• Penatalaksanaan pembedahan pada tortikolis muskuler
kongenital dihindari sampai usia anak minimal 1 tahun
dan metode konservatif tidak berhasil

• Pembedahan - kontraindikasi pada pasien penyebab


reversible mendasarinya belum disingkirkan dan yang
belum dilakukan terapi konservatif.

• Terapi pembedahan terdiri;


Pelepasan otot sternokleidomastoideus unipolar
Pelepasan otot sternokleidomastoideus
• Pelepasan otot sternokleidomastoideus sering
digunakan pada tortikolis muscular kongenital.

• Untuk deformitas yang ringan, dilakukan


pelepasan unipolar pada bagian distal.

• Untuk tortikolis yang sedang dan berat, dilakukan


teknik bipolar dengan melepaskan otot bagian
proksimal dan distal

Anda mungkin juga menyukai