Anda di halaman 1dari 26

THANATOLOGI

PENYUSUN :
Ade Indra Saputra, S.Ked 19360077
Ajeng Nabilah Maitsya, S.Ked 19360169
Anggraheni Widyaningrum,S.Ked 19360171
Bella Ariska Octalia, S.Ked 19360174
INSERT THE TITLE
Dhapit Stin, OF
S.Ked 19360094
YOUR PRESENTATION HERE
Airin Shabrina Elta Kusmana,S.Ked 20360057

PERSEPTOR :
dr. Jims Ferdinan Possible, Sp.FM, M.Ked.For

FK UNIVERSITAS MALAHAYATI
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RS PERTAMINA-BINTANG AMIN JULI-2020
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
I. DEFINISI

Thanatos : Kematian
Logos : Ilmu
Thanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran
forensik yang mempelajari tentang kematian
dan perubahan yang terjadi setelah kematian
serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut (FKUI, 1997).

Gambar : Ilustrasi orang yang


sudah meninggal
II. LANDASAN HUKUM

UU Kesehatan RI No. 36 / 2009:


Tentang Kesehatan
Pasal 117
“Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem
jantung sirkulasi dan sistem pernapasan telah terbukti
berhenti secara permanen, atau apabila kematian
batang otak telah dapat dibuktikan”
III. KEMATIAN

A. PENGERTIAN KEMATIAN
Suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat (FKUI,1997).
Fase/Tahapan 1 (Kematian Klinis/Somatis)
Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal (kerja
jantung dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks
cahaya dan refleks kornea hilang, kulit pucat dan relaksasi otot)

Fase/Tahapan 2 (Kematian Molekuler/Sel)


Beberapa waktu kemudian, timbul perubahan pasca kematian yang
jelas. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian
(lebam mayat, kaku mayat, penurunan suhu tubuh, pembusukan,
adiposera, mumifikasi)
B. ISTILAH TENTANG KEMATIAN

1 Mati Klinis: Terjadi akibat terhentinya ketiga fungsi


system penunjang kehidupan.
2 Mati Seluler: Kematian organ/ jaringan tubuh yang
timbul bbrp saat stlh kmt somatis Istilah tentang kematian
bukan suatu klasifikasi akan
Mati Suri: Ketiga Sistem kehidupan terhenti, ttp dgn
tetapi merupakan
3 prltn ked. canggih msh dpt dibuktikan bhw ketiga Sstm
istilah/bahasa yang sering
tsb msh berfungsi pd basal metabolik
beredar di masyarakat
Mati Hemisfer: Kerusakan kedua hemisfer otak,
4 kecuali batang otak & serebelum. Namun, kedua
sistem penunjang lainnya masih berfungsi.
Mati Batang Otak: Terjadi kerusakan slrh Sstm
5
neuronal, termasuk btg otak & jg serebellum.
C. TANDA KEMATIAN / PERUBAHAN PASCA KEMATIAN
1. PERUBAHAN DINI/ 2. PERUBAHAN LANJUTAN/
KEMATIAN KLINIS (TIDAK PASTI) KEMATIAN MOLEKULER (PASTI)
Pernapasan Berhenti Perubahan Suhu Tubuh
Berhentinya Sirkulasi Perubahan Warna Tubuh
Kulit Pucat Perubahan Konsistensi Otot
Tonus Otot Menghilang dan Relaksasi Perubahan Wujud / Bentuk Tubuh
Pembuluh Darah Retina Segmentasi
Pengeringan Kornea
D. KLASIFIKASI KEMATIAN BERDASARKAN
PENILAIAN DIAGNOSTIK
Klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan
menurut kaidah atau standar yang ditetapkan
1. Kematian Sejati 2. Kematian Palsu

Gambar 1: mayat yang melewati kematian sejati Gambar 2: Orang dalam keadaan koma
Kematian yang sesungguhnya dan sudah Kematian yang mirip dengan kematian
melewati proses kematian. Contoh : K. Pada sesungguhnya, tetapi tidak melewati
Umumnya (Melalui Proses K. Klinis menuju proses kematian. Contoh : K.Suri,
K. Molekul), K. Batang Otak K.Hemisfer
IV. PERUBAHAN-PERUBAHAN POST MORTEM /
KEMATIAN MOLEKUL
Pengertian perubahan-perubahan Post Mortem adalah perubahan yang terjadi pada
tubuh jenazah setelah mengalami kematian klinis dengan penilaian yang dapat dinilai
melalui tahapan-tahapan pemeriksaan seperti inhalasi, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,
dan insisi.
Perubahan-perubahan Post Mortem terdiri atas :
1. Perubahan suhu tubuh : Peningkatan/penurunan suhu tubuh (Algor Mortis)
2. Perubahan warna tubuh : Lebam mayat (Livor Mortis)
3. Perubahan konsistensi otot : Kaku mayat (Rigor Mortis)
4. Perubahan Wujud / Bentuk tubuh : Pembusukan (Decompositon)
1. Perubahan Suhu Tubuh
a. Definisi
Perubahan
b. Mekanisme suhu tubuh diluar kisaran normal yang akan mempengaruhi titik pengaturan
c. Batasan-Batasan Waktu 1. Radiasi,
hypothalamus.
d. Cara memeriksa Perubahan
perubahanini berhubungan
suhu mayat perpindahan panas yang
dengan produksi panas berlebihan,
a. Berhenti
Perpindahan
berfungsi kalor Hypothalamus
terjadi segera stlh hypothalamus (sbg regulator terjadi suhu) berhenti
melalui sinar
e.1.Kurva
Carasaraf
pertama: Perpindahan kalor
aktifitas.
sistem pusat dgn Palpasi
tidak lsg ke tbh krbn: bla sdh teraba dingin mka diperkirakan
bekerja jnzh sdh
inframerah
kehilangan
mnngl panas
f. Gambar 4-6 jamberlebihan, produksi
yll, bla teraba panas
sgt dingin minimal, kehilangan
& menyerupai panas
suhu ling. mka minimal atau
diperkirakan sdh mnngl
2. Konveksi,
b. Akan
kombinasi
12 jamhaltetapi baru
37C dapat
yll. tersebut (Perry, dirasakan/ditemukan
2009). pd bbrp jam kemudian (4-6 jam pd saat
kontak dengan
suhu tbh berada dibawah angka <30 C), stlh PM. udara
2. Cara kedua suhu
Perubahan : Perpindahan kalor melalui beberapa
• Pemeriksa
c.(peningkatan/penurunan)
Onset wkt mulai
hrs adaperpindahan kalor
di TKP (Tempat tjd cara
hingga
Kejadian dpt dirasakan membutuhkan wktu sktr
Peristiwa)
4• Petugas/dokter
jam. 30Cmelakukan pngkrnAlatsuhu
ukurlingkungan
suhu yangsaat tiba di TKP
digunakan 3. Konduksi,
untuk mengukur suhu pada
kontak
• Petugas/dokter bertanya pd masyarakat/keluarga, ttg kondisi jnzh sblm meninggal langsung dengan
d. Suhu tubuh akan
• Petugas/dokter 27C sama dengan
mengukur suhu
suhu tbh lingkungan
myt sekitar
mayat adalah
menggunakan 12 jam myt
stlh Air
termometer
termometer PM.Raksa.
melalui
objek.
dubur/anus
menuju
e. Durasi ke rektum
: mulai saat (±10 cm)hngg
ditmkn diulang sbnyk(suhu
hilang 3-5x,jenazah
pengukuran
samadilakukan dg cpt sekitar
dgn lingkungan) = 8 15
jam
mnt 0 2 Jam. 4 Jam 6 jam 8 jam 12 Jam 24
• Suhu rata2 dimasukan Jam dlm formula (pemilihan fomula hrs disesuaikan dgn fktr lkng & fktr
tbh manusia tsb) Waktu kematian
2. Perubahan Warna Tubuh

a. Definisi
Lebam mayat adalah suatu keadaan dimana terjadinya pengumpulan darah pada bagian-
b. Mekanisme
bagian tubuh yang terletak paling bawah, namun bukan bagian tubuh yang tertekan (sifat cairan).
c.Berhentinya
Batasan-Batasan Waktu
Hal ini terjadi karena berhentinya pompa jantung dan pengaruh gaya gravitasi (FK UNUD,
d.Fungsi
Cara Jantung
memeriksadrh
1. 2017)
Penumpukan Perubahan
di pem drhWarna
kap sgr Tubuh Berwarna
stlh CVS (sbg regl pompa drh) berhenti act.
e. 2.
Kurva
a. Akan
Periksa LM
ttpi br dpt dgn cara inspeksi
dilihat/ditmkn keunguan/
pd bbrpseluruh tubuh( Merah
jam kemudian jenazah dari- Vis
15, 30, 45mnt semua
1 jam pdsisi
darah serta
saat(Kental)
cairan
Aliran
f. darah
Gambarplasma
amatibergerak
keluar
bagiansecara
dr intrakapiler ke ekstravaskuler),
yang berwarna lebih Keunguan
stlh (merah
gelap PM. keunguan) yg berbatas
pasif LM mntp pd jam ke 8 slm 16º, hlng pd jam ke
3. dipengaruhi
Onset wktolehmulaisifat
penmpkan cairan tjd hngg dpt dilihat membthkan wktu sktr 30mnt.
cairan tegas. 24 Plasma keluar mengisi
4. dan gravitasiwarna
Perubahan bumi pd tubuh myt akn menetap sktr 6,8,10,12
Bintik mayatjam stlh PM.
5.b. Perubahan jar. ikat longgar
Catat warna warnaLM tsb dan lokasi LM18,24,36
akn menghilang ditmkn.jam stlh PM.
6. Durasi : mulai saat muncul - hilang Menetap
= 23 jam, 30 menit
Penumpukan cairan Proses
lebihmenghilang
7.c. Durasi
Lakukan penekanan
: mulai saat menetappd- bagian
Pe- = yang
sempurna
/desakan
hilang 12-16 berwarna
jamKerapuhan gelapRuptur
(LM), dan amati
darah di pembuluh
apakah lebam: 4-6masih kapiler menetap.
8. Durasi menetap jam menghilang
intrakapiler dengan penekanan
dinding kapiler atau sudah
darah tepi/kapiler
d. Memperkirakan
1 2 4 waktu8kematian/ interpretasi
12 dr
16 penekanan LM 24
Gambar : Mayat yang mengalami lebam mayat W/Jam
3. Perubahan Konsistensi Otot Tubuh
a. Definisi
b. Kaku
Mekanisme
mayat atau rigor mortis adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami
c. perubahan,
Batasan-Batasan
berupaWaktu
kekakuan oleh karena proses biokimiawi. (Singh, 2014)
d. •CaraSistem
memeriksa
Suplai
Relaksasi PrimerPerubahan Konsistensi Otot Kegagalan ATP/ energi
respirasi oksigen ke
– Muncul
e. Kurva
a. Periksa segera
KM dgnsetelah kematian
cara inspeksidanseluruh pemecahan
bertahan selama
tubuh 2 jam (onset
jenazah dari relaksasi
semuatidak primer)
sisi serta
berhenti sel-sel otot
• Rigor Mortis
amati bag. tubuh yg kaku (tubuh tdk glikogen
terkulai) terbentuk
f. Gambar berkurang
Rigor Mortis
– Muncul setelah 2 jam kematian klinis dan menetap pada jam ke 12 pasca kematian
b. Periksa KM dgn cara palpasi & menggerakan persendian serta amati apakah
Relaksasi
(onset 10 jam), kemudian menghilang setelah 24 jam (onset 12 jam)
Relaksasi Primer

Padat/
otot teraba keras atauAktin
sendi&terasa
miosin adaberikatan
tahanan. Penumpukan
Sekunder
• Kekakuan
Relaksasi otot
Sekunder membentuk gel asam laktat
c.– Relaksasi
Nilai derajat kekakuan:
Sekunder tdk pada
: Muncul ada, 34-36
mudahjam dilawan, sukar dilawan.
pasca kematian klinis.
d. Memperkirakan waktu kematian/interpretasi
Menetap dr pemeriksaan KM
Belum Menetap
Pembusukan Dini
1 2 4 8 12 24 36
Waktu kematian/jam
Gambar: Mayat yang mengalami kekakuan
4. Perubahan Wujud

a. Definisi
b. Proses
Mekanisme
degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi akibat aktifitas
c. Batasan-Batasan Waktu
mikroorganisme dan proses autolisis . (Basbeth F.2009)2.Autolisis
1. Kerja Mikroorganisme
d.1. Cara memeriksa
Tjdnya perubahan
krj mikroorganisme wujud mayat
& autolisis stlh hlngnya sist. pertahanan tbh.
e.1.
2. Kurva
Tercium
Bakteri Akan aroma
masukttpi baudilhat/ditmkn
br dpt busuk welchii)
jaringan(Clostridium pd bbrp jam kmdn sktr ( 24-36 jam),
Enzimstlh
•Pembusukan PM. wrn,pemb. drh
Proteolitik
dini (prbhn
f.2.Amati
3. Gambaradawkt
Onset tdknya
mulaiwrn kehijauan
tjdinya srt pelebaran
autolisis vena superfisial
& krj mikroorganisme hngg(marbling)
dpt dilht pd
mlbr,pengelupasan kulit jenazah
membthkan
klt,lpsnya wktu sktr
rmbt,kuku
3.Amati
Trbntk ada
24 jam.
gas2x alkana, Pnmpkn Gas serta
tdknya pembengkakan oleh gas pembusukan (bloating); biasanya
& gigi,pembengkakan trlht jls pd
rongga2x tbh).bagian
Jaringan akan menjadi
tbh
4.
H2S, danyg berongga
Prubahan
HCN, srtawjdsprt perubahan
wajah,
tmpk plbran warna
pemb.akbt
& perut. Pddrh
wajah, bola
dibwh klt mata
brwrn&htm
lidah bisalunak
kehijauanterdorong
(marblingkeluar.
signsel) &
sktr
•Pembusukan dan cair
Lanjutan( pnghncrn
4.Amati apakah trdpt reaksi biokimia
cairan pmbskn brwrn kckltn yg keluar drjar.(otot,organ
lubang2 tubuh sprt hidung, telinga,
asam 24-48
amino danjam stlh
asam PM. otak,organ’’ rongga perut
lemak. (Kehijauan, keabuan,
& mulut.
5. Perubahan wjd tmpk pembengkakan (bloating) serta keluarnya
& ronggacairan merah kehitaman
panggul,rongga
Hilang dada & tlg)).dr
kecoklatan, hngg hitam)
5.Amati ada&tdkny
hidung pmbntkn vesikel/bula
mulut(purging) maupun
sktr 48-72 jam pengelupasan lap. epidermis yg kdng mnyrpai
stlh PM
lukaPrbhn
6. lecet. wujud sprt pengelupasan kulit & rmbt mudah dicabut sktr 72 jam stlh PM.
Pembusukan dini Pembusukan lanjutan
6.Periksa apakah rambut2
7. Pd Prinsipnya aktifitasmayat
bakterimdh
trjd dicabut (rmbt kpl,
pd pembusukan alis,
dini: 1-3rmbt
harimata,
(24-72kumis & janggut,
jam) stlh PM. rmbt
tbh & ekstremitas,
Sedangkan rmbt kemaluan).
autolisis trjd >3 hari (Pembusukan lanjut).
24 36 48 72
Pembusukan Awal Marbling Sign Bloating Purging
Dalam jangka waktu yg lama Waktu kematian
Vesikel (Jam)
dan bulae
KURVA PROSES TANDA KEMATIAN PASTI

Suhu

37 ºC Lebam
Mayat
Kaku Mayat

Pembusukan

30 ºC

0 jam 30 2 6 jam 8 jam 12 jam 24 jam 36


mnt jam
jam
V. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERUBAHAN KEMATIAN
Pengertian faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kematian segala faktor baik
in/eksternal yg dapat membuat gbr prbhn2x kmt/PM akn cpt didapatkan atu lmbt
didapatkan atu sulit dinilai (manipulasi) shg gbr PM tsb tdk ditemukan.
FAKTOR INTERNAL :
a. Jenis Kelamin
b. Usia
1. Perubahan Suhu (Algor Mortis)
c. Gizi
2. Perubahan Warna (Livor Mortis)
d. Penyakit Penyerta (Anemia,
3. Perubahan Konsistensi Otot (Rigor
Demam, Hipotermi, Asfiksia)
Mortis)
e. Perdarahan
4. Pembusukan (Decomposition)
FAKTOR EKSTERNAL:
a. Pakaian
b. Kelembapan Udara
c. Aktivitas Fisik
d. Suhu Lingkungan
1. FAKTOR YG MEMPENGARUHI GAMBARAN ALGOR MORTIS

Algor mortis dpt termanipulasi dikarenakan kondisi wilayah dg cuaca ekstrim.


Cuaca ekstrim adlh fenomena meteorologi yg ekstrim dlm sejarah (distribusi),
khususnya fenomena cuaca yg mempunyai potensi menimbulkan bencana,
menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atu yg menimbulkan krbn jiwa. Pd
umumnya cuaca ekstrim didasarkan pd distribusi klimatologi, dimna kejadian
ekstrim lebih kecil = 5% distribusi. Tipenya sangat bergantung pd lintang
tempat, ketinggian, topografi dan kondisi atmosfer.

Contoh Cuaca Ekstrim:


Hujan Es
Badai
Kekeringan
Puting Beliung
Dan lain-lain
2. FAKTOR YG MEMPENGARUHI GAMBARAN LIVOR MORTIS

Secara normal lebam mayat mempunyai warna ungu atau ungu kemerahan,
warna lebam mayat dapat digunakan pula untuk menentukan sebab kematian.
Berikut warna lebam mayat berdasarkan penyebabnya
Peyebab Warna Lebam Mayat
Keracunan CO (karbon monoksida) Merah Muda (Cherry Pink) Keracunan CN

Keracunan CN (sianida) Merah Terang (Bright Red)

Keracunan Nitrobenzena Cokelat (Chocolate brown)

Asfiksia Merah gelap (Dark bluish violet )


Keracunan CO
Terbakar merah muda

Fosfor, Klorat, Nitrit, Anilin Coklat gelap

Asfiksia
3. FAKTOR YG MEMPENGARUHI GAMBARAN RIGOR MORTIS
TERMANIPULASI/ TIDAK ADA/ MIRIP
• Heat Stiffening
Kekakuan pada otot yang disebabkan oleh penggumpalan protein
dari otot-otot karena terkena air panas dan suhu panas (terbakar)
sehingga otot menjadi memendek, keras, dan kaku. Membentuk
tangan petinju.
• Cold Stiffening
Kaku yang terjadi pada mayat dikarenakan cairan, otot, dan lemak
tubuh membeku. Kekakuan ini terjadi akibat lingkungan yang
dingin.
• Candaveric Spasm
Kekakuan yang timbul setelah mati dikarenakan otot-otot dalam
keadaan kontraksi sewaktu hidup.
Cth : Tersengat listrik, tenggelam, dan bunuh diri
4. FAKTOR YG MEMPENGARUHI GAMBARAN PEMBUSUKAN

1. ADIPOCERE (LILIN MAYAT)  Kelembaban (Kadar air yg tinggi)


 Suhu (Hangat)
• Terbentuknya bahan bewarna  Lemak tubuh yang berlebih
keputihan, lunak atau berminyak, (Obesitas)
berbau tengik yang terjadi didalam  Bakteri pembusukan
jaringan lunak tubuh paska mati.

• Unsur yang membentuk adipocere:

Gambar: Adiposere
2. MUMIFIKASI  Kelembaban yang rendah
Proses penguapan cairan atau dehidrasi  Kondisi mayat tertutup/tidak
jaringan yang cukup cepat, sehingga  Suhu lingkungan yang kering
terjadi pengeringan jaringan, yang
selanjutnya dapat menghentikan proses
pembusukan. Proses pembentukan
mumifikasi membtutuhkan waktu
beberapa minggu-bulan.

• Unsur yang dapat membentuk


mumifikasi:
 Suhu panas
VI. HAL- HAL LAIN YANG DIPERLUKAN
A. PERBEDAAN LEBAM MAYAT DAN MEMAR
Pnilaian Lebam Mayat Memar
Inspeksi 1. Warna merah keunguan 1. Warna merah kebiruan
2. Batas tegas (Homogen antr warna sentral 2. Batas tdk tegas (Semakin ketepi warna
dg tepi) semakin pudar)
3. Permukaan rata 3. Permukaan menonjol (bengkak)
4. Epitel kulit & rambut tdk rusak 4. Epitel kulit & rambut rusak
Palpasi/ 1. Jika ditekan pucat bila <8 jam 1. Jika ditekan tidak berubah warna
Perkusi 2. Konsistensi otot kenyal 2. Kons. otot lunak (subkutis bleeding)
3. Tdk ditemukan tanda patah tulang 3. Dpt ditemukan tanda patah tulang
4. Permukaan teraba halus & tdk menonjol 4. Permukaan teraba kasar& menonjol
Insisi 1. Pd penyayatan tdk trdpt bekuan darah 1. Pd penyayatan trdpt bekuan darah
2. Daerah subkutis berwarna pucat 2. Daerah subkutis wrna merah kehitaman
3. Tdk trdpt krskn organ dan kerusakan tulang 3. Sering dtemukn krusakn orgn & krusakn
tulang
Penilaian 1. Terjadi PostMortem 1. Terjadi AnteMortem
lainnya 2. Tanda pasti kematian 2. Tanda kekerasan
3. Lokasi simetris didaerah yg terendah 3. Lokasi tergntng benturan terjadi
4. Akibat henti CVS (fisiologis) 4. Akibat henti benturan (patologis)
VII. PENENTUAN PENILAIAN SAAT KEMATIAN DAN LAMA KEMATIAN

A. PENENTUAN LAMA KEMATIAN


Penentuan lama kematian secara kasar dengan menggunakan perubahan
temperatur dan kaku mayat dapat dilihat pada tabel berikut :

Temperatur Tubuh Kaku Mayat Lama Kematian


Hangat Tidak Kaku < 3 jam
Hangat Kaku 3-8 jam
Dingin Kaku 8-24 jam
Dingin Tidak Kaku >24 jam
B PENENTUAN PENILAIAN SAAT KEMATIAN DAN LAMA KEMATIAN
DENGAN CARA LAIN

Saat
Saat Kematian:
Kematian: waktu/momen
waktu/momen terjadinya
terjadinya kematian
kematian tersebut
tersebut
Lama
Lama Kematian:
Kematian: masa
masa atau
atau durasi
durasi kondisi
kondisi kematian
kematian tersebut
tersebut sudah
sudah terjadi
terjadi

Penilaian
Penilaian Lama
Lama Kematian
Kematian dapat
dapat ditentukan
ditentukan dengan
dengan berbagai
berbagai cara
cara yaitu:
yaitu:
•• Penilaian
Penilaian Perubahan
Perubahan Suhu,
Suhu,
•• Perubahan
Perubahan Warna
Warna Tubuh
Tubuh (LM),
(LM),
•• Perubahan
Perubahan Konsistensi
Konsistensi Otot
Otot (KM),
(KM), serta
serta
•• Perubahan
Perubahan Wujud
Wujud (proses
(proses Pembusukan)
Pembusukan)
PETUNJUK LAIN UNTUK MENENTUKAN LAMA KEMATIAN
Isi Kandung Kemih
Arloji Tangan
 Dengan aspirasi di regio suprapubik
Benda Lainnya
 Produksi urine 1-2cc/kg/jam, blass VU 500ml
 Jika
Bila seseorang
korban memakai dengan BB 50dan
jam tangan kg didapatkan
mengalami volume urin dalam
cedera, kematian VU ditunjukkan
dapat sebanyak 100ml,
Isi Lambung
maka
secara diperkirakan
tepat dari jarum waktu
jam kematian 1 jam setelah miksi terakhir.
berhenti.
Tiket parkir, Tiket menonton, Resep obat, Kwitansi, Kado, dll.
 DenganKorban
Pakaian teknik Bilas lambung
 Pengosongan lambung terjadi 4-6 jam setelah makan terakhir.
 Jika didapatkan isi lambung masih utuh maka diperkirakan saat kematian terjadi beberapa
saat setelah makan terakhir, akan tetapi jika makanan sudah lunak atau mencair maka
Menentukan waktuwaktu
diperkirakan kematian, dari kebiasaan
kematian menggunakan
<6 jam setelah pakaian dan
makan terakhir, sesuai dengan
bila waktu kosong
isi lambung
pakaian
makakantor/sekolah, pakaian
diperkirakan waktu tidur, pakaian
kematian >6 jamrenang
setelah makan terakhir
.
KESIMPULAN
Thanatologi dapat mengetahui apakah Keilmuan thanatologi sangat
seseorang benar – benar sudah diperlukan bagi dokter untuk
meninggal atau belum, perkiraan waktu membantu mendiagnosis kematian
kematian, perkiraan posisi tubuh korban serta membantu proses penegakan
saat kematian terjadi dan cara kematian hukum, sehingga perlu dipelajari dan
dapat diperkirakan dengan tepat difahami oleh kalangan dokter
Daftar Pustaka
1. Bardale, R. 2011. Principle of Forensic Medicine and Toxicology. New Delhi: Jaypee Brother Medical Publisher
2. Basbeth,F.2009. Dekomposisi Pasca Mati. Bagian Forensik & Medikolegal FKUI Jakarta.
3. Budiyanto, A., et all. 1997. Thanatology dalam Ilmu Kedokteran Forensik. FK UI; Jakarta.
4. Catts EP. Problems in Estimating the Postmortem Interval in Death Investigations. J. Agric. Entomol. October
1992; 9(4); 245-55.
5. Departemen Kesehatan RI. Undang-undang Republik Indonesa Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI : 2009
6. Dixj, Graham M. Time of Death (Postmortem Interval) and Decomposition dalam Time of death, decomposition
and identification: an atlas. 2000. Florida: CRC Press LLC
7. Eng, V dan Oktavinda S. 2014. Tanatologi dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi . Jakarta: Media Aesculapius.
8. Gonzales dkk, Legal Medicine Pathology & Toxiology 2th edition. New York: ACC; 1954
9. Henky dkk, Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal FK UNUD, Denpasar;2017
10. Payne J., Simpson’s Forensic medicine 13th edition. London : Hodder Arnorld An Hachette UK Company; 2011
11. Sampurna, Budi, et al. 2003. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Universitas Indonesia.
12. Singh S. Kematian mendadak. Kedokteran forensik FK USU. Medan;2014
13. Thanos C.A, Djemi T, dan Nola T.S.M. 2016. Livor mortis pada Keracunan insektisida golongan organofosfat di
kelinci. Jurnal e-Clinic (eCI), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016
Thank you

Anda mungkin juga menyukai