Anda di halaman 1dari 11

Artikel Penelitian

Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742


http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

OSTEOSARCOMA HAS NOT BECOME ATTENTION TO SOCIETY


PROFILE OF OSTEOSARCOMA PATIENTS AT DR. SOETOMO GENERAL
HOSPITAL SURABAYA “A RETROSPECTIVE STUDY”

Ferdiansyah Mahyudin1*, Mouli Edward1, Muhammad Hardian Basuki1, Yunus Abdul


Bari2, Yesa Suwandani3
1Department of Orthopaedic and Traumatology, Faculty of Medicine, Universitas Airlangga /

Dr Soetomo Hospital, Surabaya


2Department of Orthopaedic and Traumatology, Faculty of Medicine, Universitas Airlangga /

Airlangga Hospital, Surabaya


3Resident in Department of Orthopaedic and Traumatology, Faculty of Medicine, Universitas

Airlangga / Dr Soetomo General Hospital, Surabaya


*Corresponding Author: Ferdiansyah Mahyudin, Department of Orthopaedic and
Traumatology, Faculty of Medicine, Universitas Airlangga / Dr Soetomo Hospital, Surabaya,
Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6-7, Surabaya 60286
E-mail: ferdyortho@yahoo.com

ABSTRAK
Latar belakang: Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang paling banyak
ditemukan di masyarakat, namun evaluasi kasus osteosarkoma di RSUD Dr. Soetomo belum
diperbaharui sejak 1995.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien osteosarkoma beserta
terapi yang diberikan di RSUD Dr. Soetomo pada tahun 2007-2016 sehingga dapat membantu
merepresentasikan karakteristik pasien osteosarkoma di RSUD Dr. Soetomo
Metode: Rancangan penelitian adalah retrospektif deskriptif penderita Osteosarkoma di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada periode 2007-2016. Data didapatkan dari Tumor Database
Departemen Orthopaedi dan Traumatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya kemudian dilakukan
penelusuran lebih lanjut dengan menghubungi pasien melalui telepon maupun kunjungan ke
rumah.
Hasil: Pasien osteosarkoma terbanyak didapatkan pada tahun 2015, sedangkan paling sedikit
pada tahun 2008, dengan tren jumlah pasien yang terus meningkat. Mayoritas pasien datang
dalam kondisi lanjut. Terapi yang paling sering dilakukan pada pasien adalah amputasi baik
disertai kemoterapi ataupun tidak. Survival rate pada pasien baik pada 1 tahun, 2 tahun, maupun
5 tahun lebih rendah dibandingkan angka dari sumber lain. Penyebab terbanyak mortalitas
adalah akibat metastasis tumor.
Kesimpulan: Kesadaran masyarakat tentang tanda-tanda dan bahaya kanker masih rendah,
kemauan untuk mengutamakan pengobatan medis masih kurang. Hal ini mengakibatkan
rendahnya angka deteksi dini osteosarkoma dan tingginya kasus metastasis akibat penanganan
awal yang tidak tepat. Sosialisasi lebih lanjut dan peningkatan kewaspadaan dari petugas
kesehatan akan kecurigaan osteosarkoma diperlukan untuk memperbaiki keberhasilan
penanganan serta angka survival pada pasien.
Kata kunci: osteosarkoma, profil, Indonesia, survival rate

ABSTRACT
Background: Osteosarcoma is the most common bone neoplasm found in the community but
evaluation osteosarcoma cases in RSUD Dr. Soetomo has not been updated since 1995.
Purpose: This study o osteosarcoma patient characteristic as well as therapy at Dr. Soetomo
General Hospital in 2007 to 2016. It expects to show survival rates of osteosarcoma patient, so

20
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

it can be a reference for searching the problems in the treatment of osteosarcoma cases and
helps to decide treatment for osteosarcoma.
Research Methods: Descriptive retrospective study, conducted on osteosarcoma patients at Dr.
Soetomo General Hospital during 2007-2016 periods. Data were obtained from Ortho tumor
patient database, and contacting them by phone or home visit.
Results: Osteosarcoma patients was found mostly in 2015, while the least in 2008, with trend
increasing by time. Majority of the patients came with advanced stage. Osteosarcoma treated
mostly by amputation, either with or without chemotherapy. The survival rate in the first,
second, or the fifth year was found lower than other references. Most common cause of
mortality was the metastasis.
Conclusion: Awareness of the society about the cancer sign of cancer and desire to use medical
treatment as a priority is still low. This causes a low early detection rate of osteosarcoma and a
high rate of metastatic cases because of inappropriate early treatment. Further socialization and
increased awareness of medics about the suspicion of osteosarcoma are needed to improve the
success rate of treatment as well as the survival rate.
Keywords: osteosarkoma, profile, Indonesia, survival rate

PENDAHULUAN
Osteosarkoma merupakan tulang ganas sebesar 1,3%. Berdasarkan
neoplasma tulang yang didiagnosa data sistem informasi rumah sakit tahun
berdasarkan pemeriksaan histologi 2005, osteosarkoma termasuk dalam lima
terhadap produksi osteoid berhubungan besar kasus kanker pada usia 1-17 tahun.4
dengan malignant mesenchymal cells. Pada evaluasi profil tumor tulang pada
Osetosarkoma umumnya adalah tumor anak di RS Ciptomangunkusumo tahun
yang agresif dan cenderung bermetastasis 1995-2004, didapatkan 73,7% kasus
secara dini. merupakan kasus osteosarkoma.5 Pada
Di Indonesia, berdasarkan Riset tahun 1991-1995, di RSUD Dr. Soetomo
Dasar Kesehatan 2013 didapatkan didapatkan tumor ganas tulang sebanyak
prevalensi penyakit kanker sebesar 1,4 373 kasus, dengan tumor ganas tulang
per mil (‰).1 Odds ratio tumor tulang primer sebanyak 183 kasus.
adalah 4.62 sedangkan insiden tumor Perbandingan pria: wanita 1.4:1 dan
tulang ganas di Indonesia didapatkan jumlah kasus primer 44 kasus per tahun,
sebesar 1,6% dari seluruh jenis tumor terutama osteosarkoma sebesar 62,4%
ganas pada manusia,3 dengan kasus.6
kecenderungan meningkatnya insiden Berdasarkan data WHO,
tumor tulang setiap tahunnya. Insiden osteosarkoma adalah tumor tulang primer
tumor tulang di RS Ciptomangunkusumo paling umum dengan estimasi insiden 4-
sebesar 1,2%, dengan insiden tumor 5/1.000.000 per tahun.7 Di Eropa,

21
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

didapatkan insiden 0,2-3/100.000 per Departemen Orthopaedi dan


tahun dalam kelompok usia 15-19 tahun.8 Traumatologi RSUD Dr Soetomo
Angka 2-year survival rate di Taiwan Surabaya pada periode 2007-2016.
didapatkan sebesar 46,9%, dengan 5-year Kriteria eksklusi pada penelitian ini
survival rate sebesar 37,5%.9 adalah: (1)pasien yang dengan
pemeriksaan lanjutan (biopsi) mengalami
Sebelum adanya perkembangan
perubahan diagnosa menjadi selain
kemoterapi, amputasi dan disartikulasi
osteosarkoma, (2) pasien yang tidak
merupakan terapi utama osteosarkoma
tercatat tindakan yang dilakukan, (3)
dengan angka 5-year overall survival
tidak dapat dilakukan follow up baik
hanya 10-20%. Perkembangan teknik
dengan telepon maupun kunjungan ke
operasi dan advanced musculoskeletal
rumah dan juga (4) pasien yang telah
imaging, serta teknik limb salvage
meninggal sebelum diambil keputusan
surgery meningkatkan survival rates
rencana tindakan.
menjadi 80%.10
Variabel yang dievaluasi adalah
Penelitian ini bertujuan untuk jenis kelamin, usia pasien saat pertama
mengetahui karakteristik pasien kali datang ke poli Orthopaedi dan
osteosarkoma beserta terapi yang Traumatologi RSUD Dr. Soetomo, stage
diberikan di RSUD Dr. Soetomo pada dari osteosarkoma pasien, ukuran dari
tahun 2007 sampai 2016, dengan harapan tumor primer saat pasien pertama kali
dapat membantu merepresentasikan mencari penanganan medis, riwayat
karakteristik pasien osteosarkoma di manipulasi/pengobatan alternatif
RSUD Dr. Soetomo serta membantu sebelum pasien mencari penanganan
dalam menentukan manajemen terbaik medis, jenis tindakan medis yang telah
bagi pasien osteosarkoma. dilakukan, riwayat pemberian kemoterapi
baik sebagai adjuvan maupun sebagai

METODOLOGI PENELITIAN terapi, serta kondisi pasien

Rancangan penelitian adalah (hidup/meninggal) saat evaluasi.

retrospektif deskriptif pada penderita Penelitian dilakukan di RSUD Dr.


Osteosarkoma di RSUD Dr. Soetomo Soetomo Surabaya pada periode Agustus
Surabaya pada periode 2007-2016. 2016. Data dicari dari Tumor Database
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Departemen Orthopaedi dan
pasien yang didiagnosa osteosarkoma di Traumatologi RSUD Dr. Soetomo
22
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

Surabaya, kemudian dilakukan Dari 122 pasien yang terdiagnosa


penelusuran lebih lanjut dengan awal dengan osteosarkoma, 28 pasien
menghubungi pasien melalui telepon tidak dapat dievaluasi lebih lanjut karena
maupun kunjungan ke rumah. Pasien data tidak lengkap atau karena pasien
pada penelitian ini diberi informasi drop out sebelum diagnosa pasti
mengenai latar belakang dan tujuan ditegakkan.
penelitian serta bebas memilih untuk ikut Jumlah total pasien laki laki lebih
berpartisipasi atau tidak. Sebelum banyak hampir setiap tahunnya
berpartisipasi pada penelitian ini, pasien dibandingkan jumlah pasien wanita.
diharuskan menandatangani formulir Rata-rata jumlah pasien pria per tahun
persetujuan. merupakan 61% dibandingkan jumlah
rata rata pasien wanita per tahun (39%).
Distribusi tumor terbanyak pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
femur (40%), diikuti dengan tibia (32%),
Pasien terbanyak didapatkan pada
fibula (11%), humerus (11%), serta letak
tahun 2015, sedangkan paling sedikit
lain (6%). Dari femur sendiri, distal
pada tahun 2008. Terdapat tren
femur memiliki proporsi terbanyak
peningkatan jumlah total pasien secara
(84%). Pada tibia proximal proporsi
keseluruhan dari tahun ke tahun
(83%), fibula proximal (90%), humerus
berdasarkan analisa tren linear
proximal (100%).
sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1
Usia pasien osteosarkoma
berikut:
terbanyak (73%) 11-20 tahun baik pada
Jumlah Kasus per Tahun laki laki maupun perempuan, dengan
30
proporsi pasien laki laki keseluruhan
20 (63%) lebih banyak dibandingkan jumlah
10 pasien perempuan (37%).

0
Tumor staging terbanyak stage
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 IIB (61%) adalah dengan usia terbanyak
Laki Perempuan
pada staging masing-masing 11-20 tahun
Total Linear (Total)
(67%) untuk stage IIA, juga usia 11-20
Gambar 1. Grafik distribusi kasus tahun (74%) untuk stage IIB, dan usia 11-
osteosarkoma setiap tahun 20 tahun (75%) untuk stage III (Tabel 1).

23
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

Tabel 1. Distribusi pasien berdasarkan laki (78%) yang melakukan manipulasi


usia dan staging lebih besar dibanding pasien perempuan
Kelompok umur Staging (50%).
(tahun) II A II B III
Pada pasien yang menjalani terapi
0-10 0 1 0
manipulasi, distribusi terbanyak berada
11-20 6 42 21
21-30 1 7 3 pada stage IIB baik laki laki (48%)
31-40 2 3 1 maupun perempuan (58%). Demikian
41-50 0 3 0
pula halnya pada pasien yang tidak
51-60 0 1 2
>60 0 0 1 melakukan terapi manipulasi terbanyak
Total 9 57 28 berada pada stage IIB baik laki laki (27%)
maupun perempuan (57%).
Didapatkan usia terbanyak Secara proporsi, jumlah pasien
dimana pasien didapatkan adanya yang melakukan terapi manipulasi pada
osteosarkoma adalah pada usia 16 tahun, grup staging tertinggi pada laki-laki stage
baik pada laki laki maupun perempuan. III (90%) sedangkan pada wanita pada
Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 stage III (62,5%).
berikut: Baik pada pasien laki laki (58%)

Tabel 2. Rerata dan median dari jenis maupun perempuan (54%) tindakan

kelamin serta grade tumor pasien tersering yang dilakukan adalah


amputasi/limb ablation pada laki-laki
Usia Jenis Kelamin Grade
(tahun) yang mana terbanyak pada stage IIB
L P Total IIA IIB III

Mean 19.38 20.34 19.75 21.36 18.64 20.88


(64%) dan pada wanita tersering pada
stage III (75%).
Median 16 16 16 19 16 17
Terapi kemoterapi diberikan pada

Berdasarkan staging, stage IIA 68% pasien laki laki, dengan distribusi

didapatkan paling sering pada usia yang terbanyak pada stage IIB (61%), serta

lebih tua dibanding pada stage IIB dan pada 62% pasien perempuan, dengan

stage III, walaupun masih dalam rentang distribusi terbanyak juga pada stage IIB

kelompok usia yang sama (11-20 tahun). (67%).

Mayoritas pasien (68%) Untuk evaluasi survival rate, dari

menjalani terapi manipulasi (pijat, terapi 122 pasien yang terdata, hanya 30 pasien

alternatif) sebelum mencari penanganan yang dapat dilakukan follow up, sehingga

medis, dengan proporsi dari pasien laki

24
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

survival rate dievaluasi dengan data yang Mayoritas pasien yang meninggal
diperoleh dari 30 pasien ini. memiliki riwayat pengobatan kemoterapi
Pada pasien-pasien tersebut 1- dengan tindakan operatif (56%).
year survival rate adalah sebesar 50%, Didapatkan 2-year survival rate
dengan perbedaan 1-year survival rate sebesar 33%, dengan perbedaan 2-year
pada pria (58%) dan wanita (33%) yang survival rate pada pria (38%) dan wanita
dievaluasi. Berdasarkan staging, 1-year (25%) yang dievaluasi. Berdasarkan
survival rate dari grup III memiliki staging, 2-year survival rate dari stage
survival rate paling rendah (sebesar 0), IIA dan III memiliki survival rate paling
diikuti dari grup IIB sebesar 47% yang rendah (sebesar 0%), tetapi memiliki
memiliki jumlah sampel yang terbanyak jumlah sampel yang terendah pula, yaitu
(83%) dibandingkan dengan stage IIA 8% baik untuk stage IIA maupun stage
(6%) dan stage III (12%). III, dibandingkan dengan stage IIB (83%)
sebagaimana terlihat pada Gambar 3
1-year survival rate
200%
berikut:
100%
100% 47% 2-year survival rate
0%
0% 40%
25%
stage II A Stage II B Stage III
20%
1-year survival rate 0% 0%
0%
stage II A Stage II B Stage III
Gambar 2. Diagram distribusi 1-year 2-year survival rate
survival rate berdasarkan staging
Gambar 3. Diagram distribusi 2-year
survival rate berdasarkan staging
Mayoritas pasien yang meninggal
adalah pasien stage IIB (78% dari pasien
Dari pasien yang meninggal
yang meninggal), dengan proporsi 53%
dalam evaluasi 2-year survival rate,
dari pasien stage IIB meninggal, tetapi
62,5% adalah pasien laki laki. Penyebab
stage III yang hanya merupakan 22% dari
kematian terbanyak adalah karena tumor
pasien yang meninggal memiliki proporsi
primer atau karena metastasis. Proporsi
pasien meninggal dari stage III sebesar
keduanya sama yaitu 37,5%. Pasien yang
100%.
meninggal kebanyakan tidak memiliki
riwayat dilakukan manipulasi pemijatan
sebelum mencari terapi medis (62,5%).
25
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

Mayoritas pasien yang meninggal Penyebab kematian yang terbanyak


adalah pasien stage IIB (75% dari pasien didapatkan sama banyaknya karena
yang meninggal), dengan proporsi 60% adanya metastasis dengan karena efek
dari pasien stage IIB meninggal, tetapi kemoterapi (50%). Pasien yang
stage III yang hanya merupakan 13% dari meninggal semuanya memiliki riwayat
pasien yang meninggal memiliki proporsi dilakukan manipulasi pemijatan sebelum
pasien meninggal dari stage III sebesar mencari terapi medis (100%).
100%. Mayoritas pasien yang meninggal Seluruh pasien yang meninggal
memiliki riwayat pengobatan kemoterapi adalah pasien stage IIB, dengan proporsi
dengan tindakan operatif sebesar 37,5%. 67% dari pasien stage IIB meninggal
Hanya 3 pasien yang dapat (Gambar 4). Mayoritas pasien yang
dievaluasi sampai saat ini dengan meninggal memiliki riwayat pengobatan
diagnosa telah ditegakkan sejak kemoterapi dengan tindakan operatif
sedikitnya 5 tahun sebelum dilakukan (50%).
evaluasi, seluruhnya adalah laki-laki.
Didapatkan 1 pasien yang putus
Awal keluhan tumor paling sering
pengobatan yang meninggal pada stage
muncul pada usia 15 tahun, dengan stage
IIB.
didapatkan seluruhnya merupakan stage
IIB (83%). Pasien yang dievaluasi 5-year survival rate
terbanyak dilakukan gabungan 40% 33%

kemoterapi dengan terapi operatif (66%). 20%


0% 0%
0%
Dari pasien yang dievaluasi, 67% stage II A Stage II B Stage III
meninggal dalam 5 tahun sejak 5-year survival rate
ditegakkan diagnosa, dengan kasus
meninggal seluruhnya adalah yang telah Gambar 4. Diagram distribusi 5-year
dilakukan terapi kemoterapi dengan survival rate berdasarkan staging
terapi operatif (100%). Five-year survival
Pada evaluasi survival rate,
rate didapatkan sebesar 33%, dengan
didapatkan hasil survival rate tertinggi
seluruhnya merupakan pasien dengan
pada evaluasi 1-year survival rate, baik
stage IIB.
pada laki-laki, perempuan, maupun
Dari pasien yang meninggal
secara keseluruhan. Serta didapatkan
dalam evaluasi 5-year survival rate,
survival rate dari pasien laki laki yang
seluruhnya dalah pasien laki laki.
lebih tinggi dari survival rate pasien
26
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

wanita, dengan pada evaluasi 5-year didapatkan, menunjukkan adanya


survival rate tidak didapatkan pasien peningkatan kasus osteosarkoma yang
wanita yang dapat dievaluasi. terdiagnosa. Hal ini dapat disebabkan
karena meningkatnya kesadaran
Selain pada evaluasi 5-year,
masyarakat tentang tumor, lebih
survival rate dari pasien yang telah
terjangkaunya pelayanan medis ke
menjalani manipulasi didapatkan lebih
berbagai lapisan masyarakat, atau
tinggi dibandingkan survival rate pada
memang disebabkan penyebab lain yang
masa evaluasi yang sama.
meningkatkan insiden kasus
Survival Rate osteosarkoma.
70% Jumlah kasus osteosarkoma yang
60% terdiagnosa terus meningkat dari tahun ke
58%
50% 50% tahun, akan tetapi pasien yang datang

40%
seringkali sudah dalam tahap lanjut,
38%
33% 33% 33% dengan ukuran yang sudah besar, atau
30%
25% telah melakukan terapi manipulasi
20%
sebelumnya. Fakta bahwa pasien baru
10%
mencari pengobatan setelah kondisi
0%
1 Year 2 Year 5 Year tumor sudah lanjut ini menunjukkan
Total Laki Perempuan adanya permasalahan yang perlu
diperbaiki. Jumlah kasus yang ditangani
Gambar 5. Survival rate 1, 2, 5 tahun dari tahun ke tahun cenderung meningkat,
pada pasien osteosarkoma sehingga nampaknya permasalahan lebih
terletak pada kesadaran masyarakat yang

Rata-rata terdapat 12,2 pasien rendah tentang pentingnya penanganan

baru setiap tahunnya di RSUD Dr. medis awal pada kasus tumor.6

Soetomo, dengan karakteristik Tindakan medis paling sering


epidemiologi kasus osteosarkoma yang yang dilakukan adalah amputasi/limb
datang ke RSUD Dr. Soetomo sesuai ablation, pada laki laki tersering pada
dengan epidemiologi osteosarkoma pada kasus stage IIB, dan pada wanita
umumnya.11 tersering pada kasus stage III. Terapi
Jumlah pasien terdiagnosa 3 tahun kemoterapi juga diberikan pada
terakhir berada di atas rata rata yang kebanyakan pasien osteosarkoma, dengan
27
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

distribusi terbanyak pada stage IIB. Angka survival rate dari tahun ke
Penanganan ini sudah sesuai dengan tahun cenderung menurun, akan tetapi
literatur dimana terapi pada osteosarkoma evaluasi pada sampel yang lebih luas
konvensional adalah operatif dengan dengan jangka waktu lebih lama
disertai terapi adjuvan, dimana tindakan diperlukan untuk mendapatkan hasil
operasi dimaksudkan untuk melakukan evaluasi yang lebih representatif.
kontrol lokal, dapat berupa limb salvage
atau limb saving, maupun berupa limb
ablation atau amputasi.12

Pada penelitian ini angka survival


rate lebih rendah dibandingkan dengan
studi lain di luar negeri (Gambar 6).13
Survival rate yang lebih buruk pada 1-
year, 2-year dan 5-year dapat disebabkan
beberapa hal. Kecenderungan dari pasien
untuk mencari pengobatan medis setelah Gambar 6. Survival rate setiap tahun

kondisi lanjut (nampak dari mayoritas hingga 5 tahun pada pasien

pasien dengan stage IIB dan ukuran osteosarkoma berdasarkan stage 13

tumor >8cm) mengakibatkan rendahnya


jumlah sampel kasus dengan stage awal KESIMPULAN DAN SARAN

yang semestinya memiliki survival rate Jumlah kasus osteosarkoma yang

yang lebih tinggi. Penyebab lain adalah terdiagnosa terus meningkat dari tahun ke

rendahnya jumlah sampel yang dapat tahun, akan tetapi pasien yang datang

dihubungi untuk dapat dilakukan seringkali sudah dalam tahap lanjut,

evaluasi. Kecenderungan dari pasien dengan ukuran yang sudah besar, atau

untuk mencari pengobatan alternatif telah melakukan terapi manipulasi

manipulatif sebelum mencari pengobatan sebelumnya.

medis juga diperkirakan berpengaruh Evaluasi 5 tahun hanya dapat

terhadap hasil survival rate. Selain karena mengevaluasi 3 pasien, dikarenakan

tingginya kasus lanjut yang datang untuk kesulitan dalam follow up subjek

berobat, ada kemungkinan perlu penelitian.

dilakukannya pembaharuan regimen Didapatkan angka survival rate

kemoterapi pada pasien osteosarkoma. yang lebih rendah pada pasien yang

28
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

dievaluasi di RSUD Dr. Soetomo untuk memperbaiki keberhasilan


dibandingkan dengan studi lain di luar penanganan serta angka survival pada
negeri. Selain karena tingginya kasus pasien
lanjut yang datang untuk berobat, ada
kemungkinan perlu dilakukannya REFERENSI
perbaharuan regimen kemoterapi pada
1. Kesehatan BP. Riset Kesehatan
pasien osteosarkoma.
Dasar 2013. Jakarta:
Penyebab utama kematian pada
KEMENTERIAN KESEHATAN
kasus osteosarkoma yang sedang
RI; 2013.
menjalani terapi adalah metastasis.
2. Oemiati R, Rahajeng E, Kristanto
Penting untuk meningkatkan screening
AY. Prevalensi Tumor dan Beberapa
dan monitoring tidak hanya pada pasien
Faktor yang Mempengaruhinya di
baru, tetapi juga pada pasien yang sedang
Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian
menjalani terapi untuk segera tertangani
dan Pengembangan Kesehatan;
bila terjadi metastasis.
2007.
Untuk studi selanjutnya, perlu
3. Norahmawati E. Fine Needle
lebih ditekankan mengenai kedisiplinan
Aspiration Biopsy Mempunyai
dan ketelitian dalam mencatat dan
Peranan Penting dan Akurasi Tinggi
mengorganisir segala info kontak serta
Sebagai Metode Diagnostik
hasil pemeriksaan dari pasien yang
Preoperatif Tumor Tulang. Jurnal
ditangani, agar sampel yang didapatkan
Kedokteran Brawijaya.
dapat lebih representatif.
2009;XXV(2):77-82.
Kesadaran dari masyarakat
4. Publik PK. 2009 [Available from:
tentang tanda tanda dan bahaya dari
http://www.depkes.go.id/article/vie
kanker masih rendah, serta kemauan
w/166/aktivitas-fisik-dan-diet-
untuk mengutamakan pengobatan medis
seimbang-mencegah-kanker.html.
masih kurang, yang berakibat rendahnya
5. Hutagalung EU, Kamal AF. Profile
angka deteksi dini dari osteosarkoma, dan
of Bone Cancer In Children in Cipto
tingginya kasus metastasis akibat
Mangunkusumo Hospital 1995-
penanganan awal yang tidak tepat.
2004. Jakarta: Faculty of Medicine -
Sosialisasi lebih lanjut dan peningkatan
University of Indonesia; 2005.
kewaspadaan dari petugas kesehatan akan
6. Abdurrahman E, Lunardhi J,
kecurigaan osteosarkoma diperlukan
Widjanarko B, Ashariati A, Erawati
29
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html

D. Penanganan Terpadu Tumor 11. Ottaviani G, Jaffe N. The


Muskuloskeletal (1st ed.). Surabaya: Epidemiologi of Osteosarcoma.
Airlangga University Press; 1998. Cancer Treat Res. 2009;152:3-13.
7. Laux CJ, Berzaczy G, Weber M, 12. Hutagalung EU, Gumay S,
Lang S, Dominkus M, Windhager R, Budyatmoko B. Neoplasma Tulang:
et al. Tumour response of Diagnosis dan terapi (1st ed.).
osteosarcoma to neoadjuvant Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega;
chemotheraphy evaluated by 2005.
magnetic resonance imaging as 13. Enneking WF, Spanier SS, Goodman
prognostic factor for outcome. MA. Surgical staging of sarcomas.
International Orthopaedics (SICOT). Clinical Orthopaedics and Related
2014:1-8. Research. 1980;153:106-20.
8. Luetke A, Meyers PA, Lewis I,
Juergens H. Osteosarcoma treatment
- Where do we stand? A state of the
art review. Cancer Treatment
Review. 2013:1-10.
9. Poon K-B, Chien S-H, Lin G-T,
Wang G-J. Impact of National Health
Insurance on the Survival Rate of
Patients with Osteosarcoma In
Taiwan: Review of 74 Patients. The
Kaohsiung Journal of Medical
Sciences. 2004;20(5 (May
2004)):230-4.
10. Han G, Bi WZ, Xu M, Jia JP, Wang
Y. Amputation Versus Limb-Salvage
Surgery in Patients with
Osteosarcoma: A Meta Analysis.
World Journal of Surgery. 2016:1-
12.

30
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS

Anda mungkin juga menyukai