Anda di halaman 1dari 46

Multiple Trauma

HALIK ALIF HAYA, S.KED


10542 0286 11

dr Muh. Rizal TJ, Sp. B.


• Trauma, yang telah disebut sebagai penyakit
masyarakat modern, termasuk di antara
penyebab utama kematian di semua kelompok
usia. Setiap tahun diperkirakan sekitar5,8 juta
orang di seluruh dunia meninggal akibat
trauma
1). KARAKTERISTIK TRAUMA
a. Mekanisme trauma
b. Menilai derajat Trauma
a. Mekanisme Trauma
- trauma tumpul
- trauma tembus
- trauma ledakan
- trauma akibat suhu panas
• - trauma tumpul - Ini adalah mekanisme cedera yang paling sering terjadi, biasanya
akibat dari kecelakaan lalu lintas, terjatuh akibat berolahraga. Pada trauma tumpul
,cedera kepala parah adalah penyebab paling umum kematian dan cacat jangka
panjang. Penyebab utama kematian lainnya adalah perdarahan, kebanyakan dari
luka pada pembuluh darah besar.

• trauma tembus sering dikaitkan dengan penggunaan pisau dan senjata api.luka
akibat trauma ledakan dan luka bakar keduanya biasa terjadi ketika berperang. Di
Eropa, kasus trauma tembus hebat yang dirawat di rumah sakit kurang lebih
5%.pada trauma tembus yang berongga, benda yang menembus dibiarkan dan
tidak boleh dicabut kecuali dokterbedah, karena bila dicabut terlalu dini makan
akan timbul pendarahan yang tidak terkontrol .
• trauma ledakan :
Bersama dengan trauma tembus, trauma ledakan paling sering
terlihat selama zona perang dan peristiwa pemboman sipil (serangan
teroris). Pada jarak dekat, ledakan bisa menyebabkan luka bakar.
Trauma ini bisa disebabkan dari benda terbang yang cepat. Gelombang
ledakan biasanya menghasilkan kerusakan pada organ padat ,seperti
pneumothoraks pada paru-paru, perforasi usus dan perforasi
membrane timpani. Gelombang ledakan bahkan langsung dapat
menyebabkan patah tulang pada anggota tubuh dan trauma paru.

Trauma akibat suhu panas


cedera jaringan akibat panas dalam bentuk apapun ke
permukaan eksternal atau internal tubuh.
b. Menilai derajat Trauma
- Indikasi Klinis
- Indikasi Anatomi
- Indikasi Mekanik
• Indikasi klinis :
®Glasgow Coma Scale ≤13
®Tekanan darah arteri sistolik <90 mmHg
®frekuensi pernapasan <10 atau> 29 bpm
atau bila membutuhkan bantuan ventilator.
• Indikasi anatomi :
®trauma tembus pada kepala,leher,badan,ekstremitas
proksimal seperti siku atau lutut.
®kelainan bentuk dada
®Dua atau lebih fraktur pada tulang panjang proksimal
®bradikardi pada ekstremitas
®Amputasi pergelangan tangan proksimal atau
pergelangan kaki
®fraktur pelvis
®fraktur tengkorak terbuka atau tertekan
®Kelumpuhan
• Indikasi mekanis :
®Jatuh> 6 m (> 20 kaki) pada orang dewasa
dan> 3 m (> 10 kaki) pada anak-anak
®risiko tinggi kecelakaan mobil yang
menyebabkan sindrom kompartemen atau
kematian.
®Kecelakaan motor> 30 km / jam (> 20 mph)
• Pasien khusus :
®Orang tua
*Risiko cedera / kematian meningkat diusia > 55 tahun
*Tekanan darah sistolik <110 mmHg yang mungkin menyebabkan syok
pada pasien yang berusia>65 tahun
®Anak-anak harus dirawat di pusat trauma anak dengan fasilitas tingkat tinggi
®Antikoagulan dan gangguan perdarahan
*Pasien dengan cedera kepala berisiko tinggi mengalami kemunduran yang cepat
®Luka bakar
*tanpa mekanisme trauma
*dengan mekanisme trauma
®Kehamilan> 20 minggu
®Penyedia layanan medis darurat
Dalam beberapa situasi, mungkin sulit untuk membedakan efek cedera
dengan penyakit yang sudah ada sebelumnya
2). PERAWATAN TRAUMA AKUT TERMASUK
PENILAIAN AWAL

a. Aspek organisasi
b. Penilaian primer
c. Intervensi primer
a. Aspek organisasi
- Pra-rumah sakit
- Departemen kegawatdaruratan
- Perlindungan diri dan pasien
• Pra-rumah sakit
• - Perawatan trauma pra-rumah sakit dapat
diberikan oleh dokter dan / atau staf layanan
paramedis darurat-> resusitasi yang adekuat
dimulai lebih awal dan perdarahan dapat
terkontrol
b. Penilaian primer
- A -> Airway (dengan kontrol C-spine )
- B –> Breathing
- C –> Circulation
- D –> Disability and CNS emergencies
Langkah Pemeriksaan (1-8 lihat di bawah)
• A: airway (dengan kontrol C-spine )
-Periksa saluran nafas atas untuk mendeteksi
penyumbatan. Dengarkan apakah ada snooring,
gurgling atau stridor yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi jalan nafas sebagian. . Melihat
pengembangan dada dan merasakan aliran udara
melalui hidung atau mulut merupakan cara untuk
memeriksa patensi jalan nafas. Sambil memeriksa
patensi jalan nafas , C-spine kontrol, fiksasi
eksternal kepala dan leher dengan menggunakan
colar neck.
• B: Breathing
memeriksa adanya pernafasan dengan
mengamati adanya gerakan dada dan
mendeteksi aliran udara melalui hidung dan /
atau mulut. Jika ada pernapasan, cari tanda-
tanda gangguan pernapasan.
periksa gerakan dada secara simetris
• C: Circulation
Evaluasi sirkulasi dengan meraba denyut nadi.

nadi yang cepat dan lemah menggambarkan aliran


darah sistemik rendah, biasanya karena
hipovolemia. Untuk menilai Lebih jauh menilai
perfusi perifer dengan capillary refill time, ialah
dengan cara menilai suhu dan warna kulit. Waktu
capillary refill time (> 3-4 detik), ekstremitas dingin
dan warna kulit yang berbintik-bintik merah adalah
tanda-tanda perfusi sistemik yang tidak adekuat
ekstensi vena jugularis dengan kongesti vena di kepala dan leher
(Gambar 4) adalah indikator klinis obstruksi aliran toraks (syok
obstruktif) seperti yang diamati pada tension pneumothorax atau
tamponade jantung traumatis.
Gambar 4. Seorang pasien dengan tamponade jantung dengan gejala
klinis syok obstruktif
Kongesti vena dari kepala adalah gejala khas yang patut diwaspadai
• D: Disability and CNS emergencies
• Skor GCS 3-8 Cedera Kepala Berat (CKB)
• Skor GCS 9-12 Cedera Kepala Sedang (CKS)
• Skor GCS 13-15 Cedera Kepala Ringan (CKR)

Sikap fleksi pada rangsangan yang menyakitkan


menunjukkan adanya luka pada
otak tengah bagian atas (decortication); fleksi unilateral
adalah tanda herniasi transtentorial kontralateral.ekstensi
spontan dengan rangsang nyeri mencerminkan cedera
otak tengah bagian bawah atau pons (decerebration).
c. Intervensi primer
- A,B -> Airway / Breathing:
- C -> Circulation:
- D -> Disability and CNS emergencies
• A, B - Airway / Breathing:
Terapi oksigen dan manajemen jalan nafas
Penggunaan oksigen, menggunakan sungkup
dengan aliran oksigen tinggi
(misalnya 10 L / menit), adalah takaran
pertama untuk mengobati hipoksemia dan
meningkatkan suplai oksigen secara sistemik.
Penyebab umum penyumbatan jalan nafas pada
trauma adalah:
*kesadaran menurun - sering disebabkan
karena cedera otak
* Trauma langsung (misalnya cedera wajah
atau luka tusuk ke leher)
*bengkak pada leher – hematoma pada leher
• Obstruksi jalan napas memerlukan tindakan
segera, dimulai dengan manuver jalan napas
sederhana,seperti jaw thrust atau mamang
naso atau oro-faringeal secara hati-hati,
ventilasi sungkup bila dibutuhkan. Intubasi
trakea sering diperlukan dan, harus dibawah
kontrol anestesi. Intubasi bahkan lebih sulit
lagi jika terjadi perdarahan di a saluran napas
atas.
• C : Circulation:
-Penanganan pasien Cardiac arrest
• *Resusitasi Kardiopulmoner
-Kontrol perdarahan
*. Jika kompresi eksternal tidak bisa
mengendalikan perdarahan dari ekstremitas,
tourniquet bisa digunakan. Namun, penggunaan
turniket harus diminimalisir karena dapat
menyebabkan iskemia jaringan distal dan cedera
neuropatik. Sebaiknya hanya dilakukan oleh orang
yang berpengalaman.
Prinsip resusitasi syok hemoragik
resusitasi cairan merupakan terapi syok
hemoragik.
Pada hipotensi arteri berat , vasopressor
bisa digunakan vasopressin,norepinephrine
adalah vasopresor yang paling banyak
digunakan untuk indikasi ini.

Jika terjadi shock yang berat akibat perdarahan


yang tidak terkontrol dan / atau anemia berat,
transfusi packet red cell (PRC) dapat
diperlukan.
• D: Disability and CNS emergencies
Pengelolaan herniasi serebral
Jika penilaian primer menunjukkan adanya tanda-tanda impending
herniasi serebral,
larutan osmotik hipertonik (misalnya garam hipertonik, manitol)
sangat dapat diberikan. Selain itu, intubasi trakea dan ventilasi
mekanik berguna untuk menjaga jalan napas,agar terhindar dari
hipoksemia dan hipercarbia - dengan melakukan hiperventilasi ringan
(PaCO2 35 mmHg / 4,7 kPa ). Sedasi yang kuat ini sangat diperlukan
sambil menghindari hipotensi arteri. Untuk mencegah hipoperfusi
serebral dan cedera otak sekunder, tekanan darah arteri dipertahankan
pada nilai normal. Dalam situasi mendesak ini untuk mengatasi
impending herniasi serebral, konsultasi segera dengan bedah saraf
untuk intervensi bedah2.

3). SECONDARY ASSESSMENT AND
INTERVENTIONS
- a. Assessment
- b. Intervensi
- a. Assesment
Penilaian sekunder yaitu penilaian utama dan merupakan
pemeriksaan kepala sampai ujung yang sistematis yang
bertujuan untuk mengenali cedera secara klinis di semua
lokasi tubuh. (Gambar 5).

AMPLE :
A : Allergics
M : Medication
P : Past history
L : Last meal
E : Events and environment
Gambar 5. Langkah Pemeriksaan (1 - 10 - lihat gambar di bawah) Survei Sekunder
b. Intervensi
- Kontrol perdarahan
- pereda nyeri
• Kontrol perdarahan
-Kontrol perdarahan dengan menggunakan teknik
operasi
Pengendalian perdarahan eksternal atau internal
dengan pembedahan merupakan strategi yang umum
dilakukan. Intervensi bedah selama fase akut sering
diperlukan untuk berbagai indikasi mis. kraniotomi,
reposisi fraktur / dislokasi, stabilisasi tulang belakang
/dekompresi sumsum tulang belakang, debridemen luka,
laparotomy dll. Intervensi bedah mungkin diperlukan di
kemudian hari untuk perawatan definitif.
• penanganan perdarahan konservatif
-Tampon
- Pereda nyeri : * NSAID : Na diclofenac
4). PERAWATAN POST-ACUTE TRAUMA
TERMASUK MANAJEMEN ORGAN YANG SPECIFIC

- a.Penanganan cedera khusus di ICU


a. Penanganan cedera khusus di ICU
- Kepala dan leher
- Dada
- Perut
- Pelvis
- Ekstremitas
• Kepala dan leher
-Trauma maksila dan wajah : Antibiotik amino-penisilin
(misalnya ampisilin) adalah pilihan yang baik diberikan
untuk pasien trauma maxilla
-Trauma leher
trauma pada leher jarang terjadi. Penyebab yang sering
terjadi adalah luka tembus.komplikasi fatal pada trauma
leher ialah pembengkakan dan fraktur pada larynx.
trakeostomi dini dapat dianggap sebagai pilihan untuk
melindungi jalan napas sampai pembengkakan berkurang
dan hingga timbul pernapasan spontan.
• Dada
- Pneumo- dan haemothorax :
chest drain
• Pelvis
Fraktur panggul, secara khusus melibatkan sendi
panggul, membutuhkan intervensi bedah untuk
stabilisasi. Intervensi ini biasanya tidak dilakukan
selama periode akut. Fraktur pada pelvis
anterior sering mengakibatkan cedera urogenital
termasuk kandung kemih atau uretra.ahli Urolog
dibutuhkan untuk mendiagnosis trauma
urogenital dan / atau memasang kateter urin
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai