Kanker Serviks
Umur reproduksi
Sosioekonomi
Merokok
Immunodifisiensi
1. Spatula ayre
2. Cytobrush
3. Plastic broom
METODE KOLEKSI SAMPEL
Wanita dengan CIN 2 atau CIN 3 atau karsinoma serviks untreated , skrining
dilakukan tiap tahun selama 20 tahun.
*Hasil negatif pada 3 kali hasil pap smear sebelumnya
**wanita dengan paparan diethylstilbestrol in utero dan wanita
immunocompromize.
PENGHENTIAN SKRINING
- Sitologi negatif, HPV DNA positif (10%) : ulang tes dengan interval setiap
1 tahun
IVA
Dilakukan menggunakan
asam asetat 35% dan
kemudian diinspeksi
secara kasat mata
Setelah serviks diulas
dengan asam asetat,
akan terjadi perubahan
warna pada serviks.
Sensivitasnya lebih dari
90% dan spesifitasinya
sekitar 40%
Persiapan sampel
Syarat:
Sudah pernah melakukan hubungan seksual
Tidak sedang datang bulan/haid
Tidak sedang hamil
24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan
seksual
Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55
tahun
Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita
usia 25-60 tahun.
Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup
memiliki dampak yang cukup signifikan.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1
tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi
prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan
dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih,
artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru
terjadi di sekitar epitel.
Dapat dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar
atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak
jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
Kesimpulan
Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan melalukan
pemeriksaan kesehatan serviks secara dini (skrining) karena gejala
kanker serviks tidak terlihat sampai stadium yang lebih parah.