Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA THORAKS

A. DEFINISI
a. Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002).
b. Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
c. Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi
pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade, jantung, perdarahan, pneumothoraks,
hematothoraks, hematopneumothoraks. Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada
thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.Di dalam
toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru
dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa
darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa
mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
Trauma dada kebanyakan di sebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya
berupa trauma tumpul.trauma tajam terutama di sebabkan oleh tikaman dan
tembakan.cidera toraks sering d sertai dengan cidera perut,kepala,dan extremitas
sehingga merupakan cidera majemuk.
Cidera dada yang memerlukan  tindakan darurat adalah abstruksi jalan
nafas,hemotoraks besar,tamponade jantung,penemo instabil,penemo toraks
desak,dada gail (flail ches,dada in stabil) penemo toraks terbuka,dan kebocoran udara
trakea bronkus .semua kelainan ini menyebabkan gawat dada atau toraks akut yang
analog dengan gawat perut dalam bahwa diagnosis harus di tegakkan secepat
mungkin dan penanganan di lakukan segera untuk mempertahankan
pernafasan,fentilasi paru,dan pendarahan. Sering tindakan di perlikan untuk
menyelamatkan penderita bukan merupakan tindakan operasi seperti membebaskan
jalan nafas, aspirasi rongga pleura, aspirasi rongga perikard, dan menutup sementara
luka dada. Tetaapi kadang di perlukan thorakotomi darurat. Luka tembus di dada
harus segara di tutup dengan jaitan yang kedap udara.

A. ANATOMI FISIOLOGI
Kerangka rongga toraks, merincing pada bagian atas torak dan berbentuk kerucut,
terdiri dari sternum, 12 vertebra, 10 pasang iga yang terakhir di anterior dalam
segmen tulang rawan, dan 2 pasang iga yang melayang. Kartilago dari enam iga
pertama memisahkan artikulaso dari sternum; katilago ketujuh sampai sepuluh
berfungsi membentuk kostal-kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum.
Perluasan rongga pleura di atas klavikula dan atas organ dalam abdomen penting
untuk dievaluasi pada luka tusuk.

Muskulatur. Muskulus-muskulus pektoralis mayor dan minor merupakan muskulus


utama dinding anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan
muskulus gelang bahu lainnya membentuk palisan muskulus posterior dinding toraks.
Tepi bawah muskulus pektoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris anterior,
lengkungan dan muskulus latisimus dorsi dan teres mayor membentuk lipatan/plika
aksilaris posterior.

Pleura. Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh arah dan
limfatik. Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris,menambal kebocoran
udara dan kapier. pleura viseralis menutup paru dan sifatnya tidak sensitive. pleura
berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama pleura parietali, yang melapisi
dinding dalam toraks dan diafragma. Kebalikan dengan pleura viseralis, pleura
parietalis mendapatkan persarafan dari ujung saraf (nerveending); ketika terjadi
penyakit atau cedera, mak timbul nyeri. Pleura parietalis memiliki ujung saraf untuk
nyeri; hanya bila penyaki-penyakit menyebar ke pleura ini maka akan timbul. Pleura
sedikit melebih tepi paru pada tiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-
paru normal; hanya ruang potensial yang masih ada.

Ruang interkostal. Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti
oleh tiga lapis muskulus-muskulus yang mengangkat iga selama respirasi
tenang/normal. Vena, arteri nervus dari tiap rongga interkostal berada di belakang tepi
bawah iga. Karena jarum torakosentetis atau klein yang digunakan untuk masuk ke
pleura harus dipasang melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang
dipilih.
Diafragma. Bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam dan
kartilagokosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal; bagian
muskular melengkung membentuk tendo sentral. Nervis frenikus mempersarafi
motorik, interkostal bahwa mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi
putung susu, turut berperan sekitar 75% dari ventilasi paru-paru selama respirasi
biasa/tenang.

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI


a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan therapy
ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka dada
tanpa pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh
vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM. Tusukan paru dengan
prosedur invasif.
c. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa
benda berat.
d. pneumothoraks terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
e. Fraktu tulang iga
f. Tindakan medis (operasi)
g. Pukulan daerah torak

C. PATOFISIOLOGI
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang berakhir di
anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang melayang. Di dalam
rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi dalam sistem pernafasan. Apabila
rongga dada mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah paru-paru dan akan
berpengaruh juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma dada disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara (tetapi tidak
keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat, menyebabkan pergeseran
mediastinum dan kompresi paru kontralateral demikian juga penurunan aliran baik
venosa mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya
tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur infasif
penyebabkan terjadinya perdarahan pada rongga pleural meningkat mengakibatkan
paru-paru akan menjadi kolaps. Kontusio pasru mengakibatkan tekanan pada rongga
dada akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna dan ventilasi
menjadi terhambat akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup
kemungkinan akan terjadi syok.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Tamponade jantung :
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
a. Gelisah.
b. Pucat, keringat dingin.
c. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
d. Pekak jantung melebar.
e. Bunyi jantung melemah.
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
g. Perikardiosentesis keluar darah.
2. Hematotoraks :
Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD. Gangguan pernapasan.
3. Pneumothoraks :
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
b. Gagal pernapasan dengan sianosis.
c. Kolaps sirkulasi.
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
 pada auskultasi terdengar bunyi klik.
e. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat
seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma
dan menimbulkan luka intra-abdominal
E. KOMPLIKASI
a. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding
dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup
sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena
yang kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta
lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi
sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan
paru sisi lain.
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu
sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok.
Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok. Akibat adanya cairan udara dan
darah yang berlebihan dalam rongga pleura maka terjadi tanda – tanda :
a) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa
terjadi dypsnea.
b) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
c) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
d) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Plail Chest
f. Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.
Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini
menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)
g. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTI
a. Radiologi : foto thorax (AP).
b. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
d. Hemoglobin : mungkin menurun.
e. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
f. Pa O2 normal / menurun.
g. Saturasi O2 menurun (biasanya).
h. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,
G. PENATALAKSANAAN
a.  Konservatif
a)  Pemberian analgetik
b) Pemasangan plak/plester
c) Jika perlu antibiotika
d) Fisiotherapy
b. Operatif/invasif
a) Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
b) Pemasangan alat bantu nafas.
c) Pemasangan drain.
d) Aspirasi (thoracosintesis).
e) Operasi (bedah thoraxis)
f) Tindakan untuk menstabilkan dada:
1. Miring pasien pada daerah yang terkena.
2. Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
g) Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan
padakriteria sebagai berikut:
1. Gejala contusio paru
2. Syok atau cedera kepala berat.
3. Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
4. Umur diatas 65 tahun.
5. Riwayat penyakit paru-paru kronis.
c.  Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak
mengancam.
d.  Oksigen tambahan.
H. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh.
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks, meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
dan   nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan
menyebar ke leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit,
perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
6. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru
kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;
pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja
napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada
hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat,
krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan
ventilasi mekanik tekanan positif.
7. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsyparu

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernapasan :
a. Sesak napas
b. Nyeri, batuk-batuk.
c. Terdapat retraksi klavikula/dada.
d. Pengambangan paru tidak simetris.
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks
(redup)
g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang.
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
2. Sistem Kardiovaskuler :
a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal.
d. Hipotensi
3. Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan.
4. Sistem Perkemihan
Tidak ada kelainan.
5. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan.
6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
a. Kemampuan sendi terbatas
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam.
c. Terdapat kelemahan.
d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
7. Sistem Endokrine
a. Terjadi peningkatan metabolisme.
b. Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi.
Tidak ada hambatan.
9. Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
10. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
b. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
c. Pa O2 normal / menurun.
d. Saturasi O2 menurun (biasanya)
e. Hb mungkin menurun (kehilangan darah)
f. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata
ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien
dapat ditanggulangi atau dikurang.
a. Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Hipoksia, tidak adekuatnya
pengangkutan oksigen ke jaringan
b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena trauma, hipoventilasi
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
d. Perubahan kenyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder.
e. Resiko terjadinya syok Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow
drainage.
g. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
h. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma
i. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi  tentang
penyakit, Tindakan invasive ditandai dengan anxietas

K. INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL

1 DX Setelah diberikan 1. Kaji faktor Deteksi dini


1 asuhan penyebab dari untukmemprioritaska
keperawatan situasi/keadaan n intervensi,
selama (…x..) individu/penyeb mengkaji status
jam diharapkan d ab penurunan neurologi/tanda-tanda
apat perfusi jaringan kegagalan untuk
mempertahankan 2. Monitor GCS menentukan
perfusi dan perawatan kegawatan
jaringan dengan mencatatnya atau
3. Monitor tindakan pembedahan
Kriteria Hasil : keadaan umum .
Tanda-tanda pasien Menganalisa tingkat
vital dalam batas 4. Berikan oksigen kesadaran.
normal tambahan sesuai
indikasi Memberikan
Kesadaran menin 5. Kolaborasi informasi tentang
gkat pengawasan derajat/ keadekuatan
hasil perfusi jaringan dan
Menunjukkan pemeriksaan membantu
perfusi adekuat laboraturium. menentukan keb.
6. Berikan sel intervensi.
darah merah
lengkap/packed Memaksimalkan
produk darah transport oksigen ke
sesuai indikasi jaringan

Mengidentifikasi
defisiensi dan
kebutuhan
pengobatan /respons
terhadap terapi

2 DX Setelah diberikan 1. Berikan posisi Meningkatkan


asuhan yang nyaman, inspirasi maksimal,
2 keperawatansela biasanya dengan meningkatkan
ma(…x…) peninggian ekspansi paru dan
jam diharapkan kepala tempat ventilasi pada sisi
dapat tidur. Balik ke yang tidak sakit.
mempertahankan sisi yang sakit.
jalan nafas pasien 2. Dorong klien Distress pernapasan
dengan untuk duduk dan perubahan pada
Kriteria Hasil : sebanyak tanda vital dapat
Mengalami perbai mungkin. terjadi sebgai akibat
kan pertukaran 3. Observasi stress fisiologi dan
gas-gaspada paru. fungsi nyeri atau dapat
pernapasan, menunjukkan
Memperlihatkan f catat frekuensi terjadinya syock
rekuensi pernapas pernapasan, sehubungan dengan
an yang efektive. dispnea atau hipoksia
perubahan
Adaptive tanda-tanda Pengetahuan apa
mengatasi faktor- vital. yang diharapkan
faktor penyebab 4. Jelaskan pada dapat mengurangi
klien bahwa ansietas dan
tindakan mengembangkan
tersebut kepatuhan klien
dilakukan untuk terhadap rencana
menjamin teraupetik
keamanan.
5. Pertahankan Membantu klien
perilaku tenang, mengalami efek
bantu pasien fisiologi hipoksia,
untuk kontrol yang dapat
diri dnegan dimanifestasikan
menggunakan sebagai
pernapasan ketakutan/ansieta
lebih lambat dan
dalam. Mempertahankan
6. Perhatikan alat tekanannegatif
bullow drainase intrapleural sesuai
berfungsi baik, yang diberikan, yang
cek setiap 1 – 2 meningkatkan
jam ekspansi paru
optimum/drainase
cairan
3 DX Setelah diberikan 1. Jelaskan klien Pengetahuan yang
3 asuhan tentang diharapkan akan
keperawatan kegunaan batuk membantu
selama (… yang efektif dan mengembangkan
x…) jam mengapa kepatuhan klien
diharapkan jalan terdapat terhadap rencana
nafas pasien penumpukan teraupetik
normal dengan sekret di saluran
Kriteria Hasil   : Pernapasan Batuk yang tidak
terkontrol adalah
Menunjukkan 2. Ajarkan klien melelahkan dan tidak
batuk yang tentang metode efektif, menyebabkan
efektif. yang tepat frustasi
pengontrolan
Tidak ada batuk. Pengkajian ini
lagi penumpukan membantu
sekret di sal. 3. Auskultasi paru mengevaluasi
Pernapasan sebelum dan keefektifan upaya
sesudah klien batuk klien
Klien batuk.
tampak nyaman. Hiegene mulut yang
4. Dorong atau baik meningkatkan
berikan perawat rasa kesejahteraan
an mulut yang dan mencegah bau
baik setelah mulut.
batuk
Expextorant untuk
5. Kolaborasi memudahkan
dengan tim mengeluarkan lendir
kesehatan lain dan
Pemberian mengevaluasi   perbai
antibiotika atau kan kondisi klien atas
expectorant pengembangan
parunya

4 DX Setelah diberikan 1. Jelaskan dan Pendekatan dengan


4 asuhan bantu klien menggunakan
keperawatan dnegan tindakan relaksasi dan
selama (..x..) jam pereda nyeri nonfarmakologi
diharapkan nyeri nonfarmakologi lainnya telah
berkurang dengan dan non menunjukkan
Kriteria Hasil  : invasive keefektifan dalam
Nyeri mengurangi nyeri
berkurang/ dapat 2. Berikan
diatasi kesempatan Istirahat akan
waktu istirahat merelaksasi semua
Dapat mengindent bila terasa nyeri jaringan sehingga
ifikasi aktivitas dan berikan akan meningkatkan
yangmeningkatka posisi yang kenyamanan.
n/ menurunkan nyaman ; misal
nyeri waktu tidur,
Pengetahuan yang
belakangnya akan dirasakan
Pasien tidak dipasang bantal membantu
gelisah. kecil mengurangi nyerinya.
Dan dapat membantu
3. Tingkatkan mengembangkan
pengetahuan kepatuhan klien
tentang : sebab- terhadap rencana
sebab nyeri, dan teraupetik
menghubungkan
berapa lama
nyeri akan
berlangsung

5. DX Setelah diberikan 1. Monitor Analgetik memblok


5 asuhan keadaan umum lintasan nyeri,
keperawatan pasien sehingga nyeri akan
selama (..x..) jam berkurang
diharapkan klien 2. Observasi vital
tidak mengalami sign setiap 3 Pengkajian yang
syok hipovolemik jam atau lebih optimal akan
dengan Kriteria memberikan perawat
Hasil : 3. Jelaskan pada data yang obyektif
pasien dan untuk mencegah
a.    Tanda Vital keluarga tanda kemungkinan
dalam batas perdarahan, dan komplikasi dan
normal (N: 120- segera laporkan melakukan intervensi
60 x/menit, S : jika terjadi yang tepat.
36-37o  C, RR : perdarahan
20x/menit)
6. DX Setelah diberikan Kolaborasi : Pemberian Cairan intravena
6 asuhan cairan intravena diperlukan untuk
keperawatan mengatasi kehilangan
selama (..x..) jam cairan tubuh secara
diharapkan dapat Kolaborasi : hebat
mencapai pemeriksaan : HB,
penyembuhan PCV, trombosit Untuk mengetahui
luka pada waktu tingkat kebocoran
yang sesuai pembuluh darah yang
dengan Kriteria dialami pasien dan
Hasil untuk acuan
melakukan tindakan
tidak ada tanda- lebih lanjut.
tanda infeksi
seperti pus

luka bersih tidak


lembab dan tidak
kotor

Tanda-tanda vital
dalam batas
normal atau dapat
ditoleransi.

7. DX Setelah diberikan 1. Kaji kulit dan mengetahui


7 asuhan identifikasi pada sejauhmanaperkemba
keperawatan tahap ngan luka
selama (..x..) jam perkembangan mempermudah
diharapkan pasien luka dalammelakukan
akan 2. Kaji lokasi, tindakan yang tepat
menunjukkan ukuran, warna,
tingkat mobilitas bau, serta mengidentifikasi
optimaldengan jumlah dan tipe tingkat keparahan
Kriteria Hasil : cairan luka luka akan
3. Pantau mempermudah
penampilan yang peningkatan intervensi
seimbang suhu
suhu tubuh
melakukan yang meningkat
pergerakkan dan dapat diidentifikasika
perpindahan n sebagaiadanya
proses peradangan
mempertahankan
mobilitas optimal
yang dapat di
toleransi
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.

Boedihartono, 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3.


EGC : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.


http://www.iwansain.wordpress.com
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dalam rangka PRAKTIK
PROFESI Ners mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang di Ruang
13, RSUD dr. Saiful Anwar mulai tanggal 24 November – 29 November 2014.

Malang, November 2014

Nama Mahasiswa (Ners Muda)

Febby Mokodompit

NIM.201410461011030

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan (RS)

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA THORAKS
DI RUANGAN 13
RUMAH SAKIT UMUM SAIFUL ANWAR
MALANG

NAMA : Febby Mokodompit


NIM : 201410461011030

PRAKTIK KLINIK PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
PATHOFISIOLOGI

Anda mungkin juga menyukai