Jurusan S1 Keperawatan
STIKES Bina Putera Banjar
Tahun 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala,
karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan keperawatan pada pasien trauma dada/thoraks. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah gangguan sistem respirasi (farmakoerapi).
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding
thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada
dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan
(www.iwansain.wordpress.com).
Banyak penyebab terjadinya trauma thoraks tersebut diantaranya benturan.
Benturan yang keras di bagian dada ternyata bisa menyebabkan adanya
ganguan pada sistem respirasi kita.
B. Tujuan
1. Supaya lebih mengetahui penyebab penyabab terjadinya trauma dada
2. Lebih mengetahui bagaimana cara asuhan keperawatanya.
BAB II
ISI
tamponade
jantung,
perdarahan,
pneumothoraks,
4. PATOFISIOLOGI
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga
yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang
melayang. Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi dalam
sistem pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka akan
terjadi masalah paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan.
Akibat trauma dada disebabkan karena: Tension pneumothorak cedera pada
paru memungkinkan masuknya udara (tetapi tidak keluar) ke dalam rongga
pleura, tekanan meningkat, menyebabkan pergeseran mediastinum dan
kompresi paru kontralateral demikian juga penurunan aliran baik venosa
mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya
tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur
infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada rongga pleural meningkat
mengakibatkan
paru-paru
akan
menjadi
kolaps.
Kontusio
pasru
diafragma
dan
menimbulkan
luka
intra-abdominal
(Mowschenson, 1990).
6. KOMPLIKASI
a. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan
dinding dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong
tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan
menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya
membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi
keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong
mediastinim menekan paru sisi lain.
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi
pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri
dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga
pleura maka terjadi tanda tanda :
b. Operatif/invasif
Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
Pemasangan alat bantu nafas.
Pemasangan drain.
Aspirasi (thoracosintesis).
Operasi (bedah thoraxis)
Tindakan untuk menstabilkan dada:
1) Miring pasien pada daerah yang terkena.
2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
Pneumothorak mengancam.
Oksigen tambahan.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien dengan
trauma thoraks (. Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat:
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2. Sirkulasi:
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical
berpindah, tanda Homman , TD , hipotensi/hipertensi , DVJ.
3. Integritas ego:
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
dan
nyeri,
menusuk-nusuk
yang
diperberat
oleh
napas
dalam,
7. Keamanan
Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
dan reflek spasme otot sekunder.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan
dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan
trauma thorax (Wilkinson, 2006) meliputi :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang
tidak maksimal karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektive.
Kriteria hasil :
Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
Adaptive
mengatasi
faktor-faktor
Intervensi :
penyebab.
gelembung
dapat
menunjukkan
ekpsnsi
paru
untuk
mengevaluasi
perbaikan
dada.
kondisi/terjasinya
2.
ventilasi alveolar.
3. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
4.
3.
parunya.
Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
dan reflek spasme otot sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.
5.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ada banyak cara mengatasi faktor-faktor penyebab diantaranya adalah:
a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala
tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit.
b. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
c. Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan
ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
d. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
e. Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
f. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan.
g. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
h. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau
kolaps paru-paru.
i. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan
klien terhadap rencana teraupetik. Pertahankan perilaku tenang, bantu
pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih
lambat dan dalam.
j. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
2. Saran
a. Gunakan pendekatan non farmakologi untuk mengurangi rasa sakit
seperti relaksasi dan distraksi.
b. Menghilangkan sekret di dada agar tidak terlalu sesak.