PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Secara geografis penyakit ini tersdapat diseluruh dunia bahkan menjadi masalah
utama di negara – negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini
disebabkan karena faktor lingkungan di Indonesia. Penyakit efusi pleura dapat
ditemukan sepanjang tahun dan jarang dijumpai secara sporadis tetapi lebih sering
bersifat epidemikk di suatu daerah. Pengetahuan yang dalamtentang efusi pleura
dan segalanya merupakan pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan yang
tepat. Disamping pemberian obat, penerapan proses keperawatan yang tepat
memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan dan
pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat efusi pleura.
Tingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan
pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi
paru akan terganggu dan pasien akan mengalami sesak, nyeri dada, batuk non
produktif bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan terjadilah gagal
nafas. Kondisi-kondisi tersebut diatas tidak jarang menyebabkan kematian pada
penderita efusi pleura.Berdasarkan data dari medical record di UPF ilmu penyakit
paru RSUD Dr. Soetomo tahun 1998, didapatkan data bahwa effusi pleura
menduduki peringkat kedua setelah TB paru dengan jumlah kasus yang datang
sebanyak 364 orang dan angka mortalitasnya mencapai 26 orang. Sedangkan
tahun 1999 menduduki peringkat ke lima dengan angka mortalitasnya mencapai
31 orang dan prosentase 8,0% dari 387 kasus efusi pleura yang ada, sementara
tahun 2000 mencapai 7,65% dari 366 kasus efusi pleura dan menduduki peringkat
kedua setelah TB paru atau angka mortalitasnya mencapai 38 orang, (medical
record RSUD Dr Soetomo tahun 2000).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Efusi Pleura?
2. Apa etiologi dariEfusi Pleura?
3. Apa patofisiologi dariEfusi Pleura?
4. Bagaimana manifestasi klinis dariEfusi Pleura?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjangEfusi Pleura?
6. Bagaimana pengobatanEfusi Pleura?
7. Bagaimana pencegahanEfusi Pleura?
8. Bagiamana asuhan keperawatan teori dariEfusi Pleura?
9. Bagaimana contoh JurnalEfusi Pleura?
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatn tentang Efusi Pleura
1.3.2. Tujuan Khusus
Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Menurut Brunner
& Suddart. 2001, terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
1. Infeksi
Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi
jumlahnya pun tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenisjenis
virusnya adalah : Echo virus, Coxsackie virus, Chlamidia, Rickettsia, dan
mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-
6000 per cc. 5.
b. Pleuritis karena bakteri Piogenik
c. Pleuritis Tuberkulosa
2. Non infeksi
1. Gangguan Kardiovaskuler
2. Emboli Pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli
pulmonal. Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa infark. Emboli
menyebabkan turunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadi
iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan peradangan
dengan efusi yang berdarah (warna merah). Di samping itu permeabilitas
antara satu atau kedua bagian pleura akan meningkat, sehingga cairan efusi
mudah terbentuk. Cairan efusi biasanya bersifat eksudat, jumlahnya tidak
banyak, dan biasanya sembuh secara spontan, asal tidak terjadi emboli
pulmonal lainnya. Pada efusi pleura denga infark paru jumlah cairan efusinya
lebih banyak dan waktu penyembuha juga lebih lama.
3. Hipoalbuminemia
Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia seperti
sindrom nefrotik, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites serta anasarka.
Efusi terjadi karena rendahnya tekana osmotic protein cairan pleura
dibandingkan dengan tekana osmotic darah. Efusi yang terjadi kebanyakan
bilateral dan cairan bersifat transudat.
1. Efusi pleura
Dapat terjadi karena trauma yaitu trauma tumpul, laserasi, luka tusuk pada
dada, rupture esophagus karena muntah hebat atau karena pemakaian alat
waktu tindakan esofagoskopi.
2. Uremia
Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang terdiri
dari efusi pleura, efusi perikard dan efusi peritoneal (asites). Mekanisme
penumpukan cairan ini belum diketahui betul, tetapi diketahui dengan
timbulnya eksudat terdapat peningkatan permeabilitas jaringan pleura,
perikard atau peritoneum. Sebagian besar efusi pleura karena uremia tidak
memberikan gejala yang jelas seperti sesak nafas, sakit dada, atau batuk.
3. Miksedema
Efusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagai bagian miksedema.
Efusi dapat terjadi tersendiri maupun secara bersama-sama. Cairan bersifat
eksudat dan mengandung protein dengan konsentrasi tinggi.
4. Limfedema
Limfedema secara kronik dapat terjadi pada tungkai, muka, tangan dan
efusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru. Pada beberapa
pasien terdapat juga kuku jari yang berwarna kekuning-kuningan.
Efusi pleura dapat terjadi secara steril karena reaksi infeksi dan
peradangan yang terdapat di bawah diafragma, seperti pankreatitis,
pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut pankreatitis kronik, abses
ginjal, abses hati, abses limpa, dll. Biasanya efusi terjadi pada pleura kiri
tapi dapat juga bilateral. Mekanismenya adalah karena berpindahnya
cairan yang kaya dengan enzim pancreas ke rongga pleura melalui saluran
getah bening. Efusi disini bersifat eksudat serosa, tetapi kadang-kadang
juga dapat hemoragik. Efusi pleura juga sering terjadi setelah 48-72 jam
pasca operasi abdomen seperti splenektomi, operasi terhadap obstruksi
intestinal atau pascaoperasi atelektasis.
8. Sirosis Hati
Efusi pleura dapat terjadi pada pasien sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura
timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara
cairan asites dengan cairan pleura, karena terdapat hubungnan fungsional
antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran getah bening
atau celah jaringan otot diafragma.
9. Sindrom Meig
Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium
(jinak atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis terjadinya
efusi pleura masih belum diketahui betul. Bila tumor ovarium tersebut
dioperasi, efusi pleura dan asitesnya pun segera hilang. Adanya massa di
rongga pelvis disertai asites dan eksudat cairan pleura sering dikira sebagai
neoplasma dan metastasisnya.
2.3. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.Cairan
ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan
hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.Sebagian cairan ini diserap
kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-
20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini
mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi
bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada
hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia),
peningkatan tekanan vena (gagal jantung).Atas dasar kejadiannya efusi
dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.Transudat misalnya
terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan
tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang
menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi.
Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat
jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih.
Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga
berat jenisnya rendah.
Bakteri TB
Berkembang biak dalam sitoplasma makrofag
Dibawa secara hematogen/sistemik
Masuk ke paru membentuk sarang TB pneumonia kecil / sarang primer
Menjalar ke bagian pleura
Mengeluarkan eksudat BJ meningkat
Tekanan osmotik menurun
Penumpukan/efusi pleura
b. Torakosentesis
Transudate Eksudat
3. Sitologi
3. Biopsi pleura
Pasien
Nama : Tn. O
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Pertanian
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Letjen Sutoyo Medaeng Waru Sidoarjo
3.1.1.1.Anamnesa
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Keadaan sebelum sakit : pasien dapat melakukan aktivitas
sehari- hari
b. Riwayat penyakit dahulu : Nyeri pada dada
c. Keluhan Utama : Batuk dan telapak tangan selalu dingin
berkeringat
d. Riwayat Keluhan Utama: Pasien mengeluh nyeri dada saat
batuk
e. Riwayat keluhan Kesehatan keluarga : ibu menderita
diabetes
2. Pola Nutrisi dan metabolik : Pasien mau makan tetapi tidak dapat
sepenuhnya dikarenakan batuk dan tersedak saat menelan
3. Pola Aktivitas dan Latihan : Pasien batuk-batuk dan sesak napas
jika melakukan aktivitas ringan
4. Pola Eliminasi : Pasien BAB setiap pagi dan BAK 5x per hari.
5. Pola mekanisme Koping dan toleransi Stres : Pasien tampak batuk
tersengal-sengal dan tidak dapat tidur dengan nyenyak
3.1.1.2 ROS (Review of System)
B6 (Bone) : Tidak ada odem, hanya sedikit nyeri pada dada tepi
dikarenakan tindakan suction cairan pada paru
041018 2. penggunaan
otot bantu nafas
dari skala 3
(cukup) menjadi
skala 4(ringan)
3. batuk dari skala
041019
1 (sangat berat)
menjadi skala
3(cukup)
3.1.3 Evaluasi
No Evaluasi Paraf
₰
1 S : Pasien mngatakan bahwa pernapasan sudah terasa
lebih baik
O : Pasien sudah tidak kesulitan untuk bernapas
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi 3 dilanjutkan
₰
2 S : Pasien mengatakan bahwa nyeri pada dada sudah
ringan
O : Pasien terlihat sudah tidak tampak kesakitan pada
dadanya
A : Masala teratasi
P : Intervensi dientikan
₰
3 S : Pasien mengatakan bahwa sudah dapat makan seperti
biasanya tanpa merasa tersedak
O : Pasien terlihat laap dan hati-hati saat proses makan
berlangsung
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan
Jurnal penelitian
Moorhead, Sue, et al. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th edition. 2013
Suriadi, skp, msn &rita yuliani, skp. M.psi,” asuhan keperawatan pada anak”, edisi
2. Jakarta 2010