Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH OPEN SUCTION TERHADAP TIDAL VOLUME

PASIEN YANG MENGGUNAKAN VENTILATOR DI RUANG


ICU RUMAH SAKIT K.R.M.T WONGSONEGORO

Di susun oleh :
Pujo Dadi Haryono
P1337420620046
Alih Jenjang

PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah pasien kritis yang menggunakan ventilator sebagai alat bantu
pernafasan menempati dua per tiga dari seluruh pasien Intensif Care Unit (ICU) di
Indonesia. Sebesar 32% (8.794) pasien yang dirawat di RS akan membutuhkan
perawatan intensif (ICU) dan hampir 60% (5.171) pasien di ruang ICU tersebut
membutuhkan ventilator. Kondisi kritis dengan terpasangnya ventilator akan
menimbulkan masalah fisik, psikososial dan spiritual. Tenaga kesehatan terutama
perawat perlu memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien ICU yang
terpasang ventilator secara menyeluruh agar masalah keperawatan dapat teratasi
(Bastian, 2016).
Peralatan standar yang sangat penting dan harus ada di ruang ICU meliputi
ventilasi mekanik untuk usaha bernafas melalui endotrakeal tube (ETT) atau
trakheostomi ventilator yang berfungsi sebagai alat bantu pernafasan dan
digunakan untuk pasien yang mengalami gagal nafas atau tidak mampu bernafas
secara mandiri. Ventilator membantu memberikan oksigen segar dengan tekanan
tertentu ke dalam paru-paru pasien untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien
yang terganggu. Salah satu indikasi klinis pemasangan ventilasi mekanik yang
paling optimal adalah pada pasien gagal nafas (Musliha, 2015).
Gangguan pernafasan atau gagal nafas biasanya terjadi karena gangguan
sentral di medula oblongata atau akibat gangguan perifer atau depresi pernapasan.
Intervensi yang dapat dilakukan pada kondisi di atas adalah pemberian oksigen
yang tepat kemudian atasi faktor penyebab terjadinya depresi pernapasan serta
lakukan pemasangan ventilator dan alat suction. Pada pasien penurunan kesadaran
dan sudah terjadi disfungsi pernafasan, maka sebaiknya di rawat di ruang
perawatan intensif dan terpasang selang endotrakeal tube (ETT) dengan ventilator
sampai kondisi pasien menjadi stabil khususnya pada pernapasannya. Pasien yang
mengalami penurunan kesadaran umumnya tidak hanya mengalami masalah fisik,
psikososial dan spiritual saja tetapi yang paling berbahaya adalah pasien
mengalami gangguan pada jalan nafas, gangguan pernafasan dan gangguan
sirkulasi (Lesmana, Murni, 2015).

Faktor yang bisa menyebabkan gagal nafas yaitu ketidakefektifan


bersihan jalan nafas. Gagal nafas yang di sebabkan oleh sumbatan benda asing
atau sekresi dari penyakit, kondisi ini dimana ada sumbatan di dalam saluran
pernafasan sehingga tidak dapat bernafas secara normal. Untuk obstruksi itu
sendiri bisa terjadi karena ada sumbatan di jalan nafas yang dapat di tandai
dengan terjadinya penurunan saturasi oksigen atau hipoksia. Apabila di jalan
nafas terjadi sumbatan akumulasi sekret maka bisa dilakukan tindakan suction
untuk menjaga kepatenan jalan nafas supalai oksigen dalam tubuh tercukupi
dengan baik dan organ di dalam tubuh berkerja dengan baik (Irmawan, 2017).
Gagal nafas sering disebabkan karena infeksi paru dan paling banyak
disebabkan oleh pneumonia. WHO (World Health Organization) pada tahun
2015 menyatakan bahwa penyakit pneumonia merupakan penyebab terbesar di
dunia yang mencapai 922.000 kasus kematian per tahunnya. Data dari Centers
for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan data kematian di
Amerika Serikat selama tahun 2013 terdapat 56.979 kematian yang
berhubungan dengan penyakit pneumonia dan 149.205 kasus kematian yang
disebakan penyakit saluran napas bawah. Berdasarkan Riset Kesehatan
Indonesia tahun 2013 prevalensi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan
asma di provinsi Jawa Tengah mencapai 3,6% dan 2,4% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data peringkat 10 penyakit tidak menular (PTM) yang sering
menyebabkan kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) pada rawat inap
rumah sakit pada tahun 2010, angka kejadian gagal napas menempati peringkat
kedua yaitu 3 sebesar 20,98% (Riskesdas, 2018).
Ventilator mekanik biasanya terpasang pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran sehingga sering terjadi penumpukan secret pada saluran
pernapasan. Perlu dilakukan tindakan suction untuk membebaskan jalan
napasnya. Apabila tidak dilakukan pembebasan jalan napas, maka pasien akan
mengalami depresi pernapasan yang akan memperburuk kondisi pasien.
Masalah yang terjadi biasanya pada status oksigenisasi pasien yang mengalami
gagal napas meliputi : frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, status oksigen dan
tidal volume. Masalah tidal volume yang tidak ditangani secara tepat akan
menurunkan kapasitas vital paru dan mengganggu sirkulasi pernapasan pada
pasien (Irmawan, 2017).
Hasil penelitian yang di lakukan Bastian (2016) yaitu tentang
pengalaman pasien ICU yang terpasang ventilator dan mendapatkan tindakan
suction pasien mengatakan mengeluhkan rasa ketidak nyamanan berupa nyeri
dan sesak yang diakibatkan oleh prosedur suction, akan tetapi partisipan tidak
memungkiri bahwa meskipun menimbulkan nyeri dan sesak prosedur suction ini
dapat membantu pemulihan kondisi partisipan.
Menurut penelitian Mazhari (2010) menemukan bahwa metode hisap
terbuka atau Open Suction lebih meningkatkan denyut jantung segera setelah
penyedotan tabung trakea dibandingkan dengan metode tertutup atau Closed
Suction dan saturasi oksigen darah arteri segera setelah metode hisap terbuka
memiliki penurunan yang signifikan. Di sisi lain, metode hisap terbuka rata-rata
meningkatkan denyut jantung hingga enam ketukan. Metode hisap lendir secara
terbuka atau Open suction memiliki kelebihan yang sangat efektif diantaranya
berdasarkan hasil penelitian Jung (2014) penggunaan single use open suction
mampu meminimalkan kepadatan kolonisasi. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Irene (2014) juga membuktikan kelebihan Open suction yaitu mampu
menghilangkan sekret lebih banyak dan dapat meningkatkan SaO2 serta
meminimalisir biaya operasional.
Hasil penelitian yang di lakukan Khilnani (2005) tentang Pengaruh
volume tidal yang rendah vs volume tidal konvensional pada hasil dari sindrom
gangguan pernapasan akut pada anak-anak yang sakit kritis. Menyimpulkan
volume rendah dapat mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam durasi
ventilasi, rawat inap, pneumotoraks, dan kematian pada anak-anak sakit kritis
dengan ARDS (Acute Respiratory Distrees Syndrome).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang manfaat suction
terhadap masalah keperawatan yang sering muncul dan fenomena yang terjadi
maka peneliti tertarik mengambil topik penelitian yang berjudul “ Pengaruh
Open Suction Terhadap Volume Tidal Pasien yang Menggunakan Ventilator di
Ruang ICU” .

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan di atas
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh Open Suction terhadap tidal volume pasien yang
menggunakan ventilator di Ruang ICU?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Open Suction terhadap volume tidal
pasien yang menggunakan ventilator di ruang ICU.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu teridentifikasinya :
1. Volume tidal pasien sebelum dilakukan tindakan Open Suction di
ruang ICU
2. Volume tidal pasien setelah dilakukan tindakan Open Suction di
ruang ICU

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
informasi dan wawasan untuk perkembangan ilmu pada bidang
keperawatan khususnya dibidang keperawatan gawat darurat dan kritis.
1.4.2 Manfaat praktis
Bagi perawat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat tentang pentingnya selalu memperhatikan
SOP tindakan suction yang bertujuan untuk meminimalkan efek yang
ditimbulkan dari tindakan suction di ruang ICU .
1.4.3 Bagi rumah sakit
Penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan masukan dan
sebagai bahan pertimbangan dalam metode melakukan tindakan Suction
pada pasien kritis di Instalasi Rawat Intensif.

1.4.4. Bagi pasien


Manfaat penelitian ini bagi pasien diantaranya sebagai berikut :

1. Kebutuhan oksigenasi pasien dalam tubuh tercukupi dengan baik


2. Meminimalkan penurunan komplikasi yang ditimbulkan dari proses
tindakan suction
3. Memper cepat kestabilan hemodinamik pasien

1.4.5. Manfaat bagi peneliti


Menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu keperawatan
tentang Pengaruh Open Suction terhadap volume tidal pada pasien yang
menggunakan ventilator

1.5. Keaslian Penelitian


Peneliti meyakini bahwa penelitian yang dilakukan dengan penelitian
sebelumnya. Keaslian penelitian ini dituliskan dalam format tabel berisi tentang
penulis, tahun, judul, desain penelitian, variable dan hasil penelitian.
No Nama, Tahun Judul Rancangan Penelitian Variabel Hasil
1 Gunawan, 2019 Hubungan variasi Menggunakan metode kuantitatif Variabel independen : Saturasi oksigen pada pasien gagal nafas sebelum
tekanan suction terhadap dengan desain korelasi uji paired t-tes variasi tekanan suction di suction yaitu <95% (78,1%) sedangkan
saturasi oksigen pada dengan pendekatan cross sectional. Variabel dependen : saturasi oksigen pada pasien gagal nafas sesudah
pasien gagal nafas di Sampel penelitian 23 pasien dengan saturasi oksigen di suction 95-100%. Uji Sampel Paired T-Test
ruang ICU metode total sampling menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,474 yang
artinya memiliki keeratan hubungan antar
variable sedang atau cukup dengan nilai
signifikan p=0.022(<0.05)
2 Nissa Aryyakhya, 2020 Pemberian Desain penelitian yang digunakan Variabel Independen : Hasil kajian literature pemberian hiperoksigenasi
hiperoksigenasi 1 menit kajian literature dengan 10 jurnal pemberian 1 menit pada proses suction dapat meningkatkan
pada proses open suction penelitian terindeks nasional dan hiperoksigenasi 1 menit saturasi oksigen
suction terhadap internasional Variabel Dependen :
peningkatan saturasi Peningkatan saturasi
oksigen pada pasien yang oksigen
terpasang ventilator
3 Erna Melastuti, 2020 Gambaran Hemodinamik Desain yang digunakan dalam artikel Variabel Independen Kondisi hemodinamik pada pasien yang dilakukan
Pasien yang dilakukan ini yaitu deskriptif analitik. :Hemodinamika pasien open suction system relative stabil
Open Suction System
Variabel Dependen :
open suction system
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah :
1. Sampel yang diteliti
2. Fokus responden yang akan diteliti
3. Metode yang digunakan dalam penelitian
BAB II
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Suction (Hisap Lendir)

2.1.2 Definisi

Tindakan penghisapan lendir merupakan suatu tindakan untuk


mengeluarkan sekret dari saluran nafas dengan menggunakan suatu
selang atau catheter suction yang dimasukkan melalui hidung atau
melalui rongga mulut ke dalam pharing atau trakea yang bertujuan
untuk mempertahankan jalan nafas dari sekret sehingga terjadi proses
pertukaran gas yang optimal (Timby, 2018).

2.1.2 Indikasi

Indikasi dilakukan tindakan suction pada pasien yang


mengalami penumpukan sekret yang ditandai dengan suara nafas
berisik seperti berkumur, snoring (mengorok), penurunan tingkat
kesadaran, penurunan saturasi oksigen, penurunan nadi, respiratory
rate menurun dan gangguan patensi jalan nafas (Erb, 2019).
Penghisapan lendir dilakukan jika pasien tidak mampu
memngeluarkan sekret secara mandiri. Tindakan penghisapan lendir
dilakukan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran karena
biasanya pasien ini kurang responsif sehingga perlu dibantu dengan
tindakan suctioning
2.1.3. Tujuan
Tujuan dari tindakan suctioning adalah untuk membersihkan jalan
nafas dari lendir atau sekret, sehingga jalan nafas menjadi bersih dan
terjadi peningkatan ventilasi serta oksigenasi (Erb, 2019).
Tujuan yang lainnya selain membebaskan jalan nafas dari sekret yaitu
untuk merangsang batuk dan mencegah terjadinya infeksi paru (Yuliastuti,
2018).

2.1.4. Jenis Suction


Suction trekea sering dilakukan pada pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik. Beberapa laporan harian catatan tindakan keperawatan
menunjukkan pasien yang terpasang ventilasi mekanik dilakukan suction
hingga 8-17 kali sehari. Ada dua sistem suction yang tersedia yaitu Open
Suction System (OSS) dan Closed Suction System (CSS). Hasil dari
beberapa penelitian penggunaan OSS lebih banyak keuntungannya sepeti
insidensi pneumonia yang lebih rendah , kurangnya perubahan fisiologis
selama prosedur, kurangnya kontaminasi bakteria dang ongkos yang
relatif lebih murah. OSS hanya digunakan sekali dan membutuhkan
lepasnya ventilator dari pasien. Sedangkan CSS diletakkan diantara tube
trakea dan sirkuit ventilator mekanik dan bisa berada didalam pasien lebih
dari 24 jam. CSS memiliki sejumlah keuntungan diantaranya
penggunaannya yang multiple-2 use, tanpa melepas ventilator dari pasien
yang dapat menimbulkan tekanan negatif sehingga dapat terjadi
kehilangan volume paru sehingga dapat terjadi hipoksemia (Hasyim et al.,
2015).
2.1.5. Ukuran dan Tekanan Suction
Ukuran selang atau kanul suction yang direkomendasikan adalah :
a. Usia 2-5 tahun : 6-8 F
b. Usia 6-12 tahun : 8-10 F
c. Remaja – dewasa : 10-16 F

Tekanan suction yang dianjurkan oleh (Timby, 2018) yaitu :


Tabel 2.1 Tekanan suction

Usia Suction Dinding Suction Portable


Bayi 0-2 Tahun 50-95 mmHg 2-5 mmHg
Anak – anak 2 -12 Tahun 95-100 mmHg 5-10 mmHg
Dewasa 100-140 mmHg 10.15mHg

2.1.6. Komplikasi
Dalam melakukan tindakan suction, kita harus memperhatikan efek
atau komplikasi yang dapat timbul, antara lain :
a. Hiposekmia : keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen
dalam pembuluh darah arteri. Keadaan ini bisa terjadi karena
kurangnya tekanan parsial oksigen atau kurangnya saturasi oksigen
dalam pembuluh darah arteri. Pasien dapat dikatakan mengalami
hiposekmia apabila tekanan darah parsial pada pembuluh darah
arterinya kurang dari 50 mmHg.
b. Trauma jalan nafas : keadaan dimana airway pasien mengalami
sumbatan pada saluran nafas secara parsial atau total. Gangguan ini
dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan – lahan dan sebagian
serta progresif atau berulang.
c. Infeksi nosokomial : infeksi yang diderita pasien saat rumah sakit
setelah lebih dari 72 jam berada ditempat tersebut. Infeksi ini dapat
menyebabkan infeksi yang bersifat lokal atau sistemik.
d. Respiratory arrest : ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan
tekanan parsial normal oksigen atau karbondioksida dalam tubuh
sehinggan sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme
tubuh.
e. Bronkospasme : kekejangan otot polos sepanjang tabung bronchial
paru-paru, kejang ini dapat menyempitkan airway atau saluran nafas
sehingga menyebabkan sesak.
f. Perdarahan pulmonal (hemoptoe) : batuk yang disertai dengan darah
bisa dari paru-paru atau saluran pernapasan.
g. Disritmia jantung : gangguan irama jantung akibat dari elektrofiologi
sel-sel miocard yang akhirnya menyebabkan gangguan irama jantung,
frekuensi serta konduksinya.
h. Hipertensi atau hipotensi : terjadi peningkatan tekanan darah atau
penurunan tekanan darah.
i. Nyeri : gangguan sensori atau emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.
j. Kecemasan : respon emosional terhadap nilai yang menggambarkan
keadaan gelisah, khawatir, tidak nyaman disertai berbagai keluhan
fisik (Erb, 2019).

2.2. Kapasitas Vital Paru


Kapasitas vital paru merupakan jumlah volume udara maksimal yang
dapat masuk dan keluar paru-paru selama siklus pernapasan setelah
melakukan insprasi dan ekspirasi secara maksimal. Kapasitas itu
menggambarkan kemampuan pengembangan dada dan paru-paru (Isnaeni,
2016).
Menurut (Hall, 2015), macam-macam volume paru dan kapasitas paru
diantaranya :
1) Macam-macam volume paru
a) Volume tidal (volume alun napas) merupakan volume udara yang
diinspirasi atau diekspirasi setiap kali melakukan pernapasan normal,
biasanya pada orang dewasa berkisar 500 mL.
b) Volume cadangan inspirasi yaitu volume udara ekstra yang dapat
diinspirasi setelah dan diatas volume alun napas yang biasanya
mencapai 3000 mL.
c) Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah colume udara ekstra
yang dapat diekspirasi dengan cara melakukanekspirasi sekuat-
kuatnya pada akhir sesi ekspirasi alun napas normal, biasanya
jumlahnya 1100 mL.
d) Volume residu merupakan volume udara yang masih tetap berada
dalam paru-paru setelah ekspirasi paling kuat, volume ini biasanay
mencapai 1200 mL.

2) Macam-macam kapasitas paru


a) Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal yaitu jumlah volume
tidal ditambah dengan volume cadangan inspirasi, jumlahnya sekitar
3500 mL.
b) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah dengan volume residu, jumlahnya sekitar 2300 mL.
c) Kapasitas vital atau sering disebut volume cadangan inspirasi
kemudian ditambah dengan volume tidal dan volume cadangan
ekspirasi, besarnya sekitar 4600 mL.
d) Kapasitas paru total merupakan volume dimana paru dapat
dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa, besarnya
sekitar 5800 mL.
Masalah tidal volume yang tidak ditangani secara tepat akan
menurunkan kapasitas vital paru dan mengganggu sirkulasi
pernapasan pada pasien. Ventilator mekanik biasanya terpasang pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran sehingga sering terjadi
penumpukan secret pada saluran pernapasan. Perlu dilakukan tindakan
suction untuk membebaskan jalan napasnya. Apabila tidak dilakukan
pembebasan jalan napas, maka pasien akan mengalami depresi
pernapasan yang akan memperburuk kondisi pasien. Masalah yang
terjadi biasanya pada status oksigenisasi pasien yang mengalami gagal
napas meliputi : frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, status oksigen
dan tidal volume.

2.3. Ventilator
2.3.1. Definisi
Ventilator merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi
dalam tubuh (Carpenito, 2015).
2.3.2. Macam-macam ventilator
a) Menurut sifatnya ventilator dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
1) Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah siklusnya berdasarkan volume.
Mesin ini berhenti bekerja apabila terjadi ekspirasi telah
mencapai ukuran volume yang ditentukan. Keuntungan volume
cycled ventilator adalah memberikan konsisten volume tidal
pada pasien.
2) Pressure Cycled Ventilator
Cara kerja ventilator ini adalah siklusnya menggunakan tekanan.
Mesin ini berhenti bekerja apabila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup
dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada ventilator ini
bila ada perubahan komplai paru, maka volume udara yang
diberikan juga berubah, sehingga pada pasien yang parunya tidak
stabil, ventilator tipe ini sangat tidak dianjurkan.
3) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja pada ventilator jenis ini adalah siklusnya
berdasarkan waktu ekspirasi dan waktu inspirasi yang telah
ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah pernapasan permenit) normal ratio I : E
(inspirasi : ekspirasi) 1:2.
b) Menurut modenya ventilator terbagi menjadi 6 mode, diantaranya :
1) Control Mode Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi napas, pasien dalam
keaddan apnoe atau diistirahatkan napasnya.
2) Assist Mode
Ketika pasien mulai ada napas spontan dan ventilator langsung
mengontrol frekuensi dari pernapasan pasien.
3) Assist Control Ventilation
Merupakan gabungan dari Assist Mode dan Control Mode,
volumetidal dan frekuensi pernapasan serta ventilasi dikontrol
oleh ventilator apabila pasien tiba-tiba tidak dapat bernapas
spontan.
4) Intermitten Mandotory Ventilation (IMV)
Pasien menerima volume dan frekuensi dari ventilator, diantara
pernapasan dari ventilator pasien diberi kesempatan untuk
bernapas sendiri.
5) Syncronous Intermitten Mandotory Ventilation (SIMV)
Hampir sama dengan modus IMV, hanya pada modus ini
bantuan pernapasan pada ventilator tidak terjadi pada saat pasien
bernapas spontan, sehingga tidak terjadi benturan antara napas
pasien dengan napas bantuan dari ventilator.
6) Continous Positif Airway Pressure
Pada modus ini ventilator memberikan tekanan positif untuk
membantu ventilasi selama siklus pernapasan dan tidal volume
ditentukan oleh pasien sendiri.

2.3.3. Proses Pemberian Ventilator


Sebelum memasang ventilator pada pasien, terlebih dahulu dilakukan
tes paru pada ventilator untuk memastikan pengaturan sesuai dengan
pedoman standar. Pengaturan awal adalah sebagai berikut :
a. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
b. Volume tidal : 4-5 ml/kg BB
c. Frekuensi pernapasan : 10-15 kali/menit
d. Aliran inspirasi : 40-60 liter/detik
e. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir
ekspirasi : 0-5 cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami
oedema paru untuk mencegah atelektasis.

2.3.4. Indikasi Pemakaian Ventilator


a. Henti jantung
b. Henti napas
c. Hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen non
invasive
d. Asidosis respiratori yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan
pemberian oksigen non invasive
e. Gagal napas dengan manifestasi klinis
f. Takhaipneu
g. Penggunaan otot pernapasan tambahan
h. Penurunan kesadaran
i. Saturasi oksigen menurun drastis
j. Pembedahan yang memerlukan anastesi umum
2.4. Kerangka Teori

Pasien dengan gagal napas

Dibantu dengan ventilator


mekanik

Ketidak mampuan mengeluarkan secret (terjadi penumpukan secret)

Open Suction

Status Oksigenisasi

Frekuensi nadi Frekuensi pernapasan Saturasi Oksigen Tidal Volume

Gambar 2.1 Bagan kerangka teori penelitian

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tindakan Open Suction Tidal Volume

Variabel Penganggu
Usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, riwayat merokok
Gambar 2.2 Bagan kerangka konsep penelitian

2.6. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada pengaruh open suction terhadap
tidal volume pasien yang menggunakan ventilator di ruang ICU.
BAB III
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre experiment one
group pre-test & post-test. Desain ini melibatkan satu kelompok yang diberi
observasi pre-test sebelum dilakukannya intervensi, kemudian diberikan
intervensi dan selanjutnya dilakukan observasi post-test untuk mengetahui
pengaruh intervensi yang diberikan. Keberhasilan treatment ditentukan
dengan membandingkan nilai pre-test dan nilai post-test. Dalam rancangan
penelitian ini tidak dilakukan randominasi yang artinya pengelompokan
anggota kelompok sudah berdasarkan kriteria dan wilayah kerja yang
digunakan (Nursallam, 2016). Desain penelitiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pre-test Intervensi Post-test


Kelompok intervensi VT1 X VT2

Keterangan :
VT1 : Observasi volume tidal pre-test pada kelompok intervensi
X : Intervensi pemberian suction dengan teknik open suction
VT2 : Observasi volume tidal post-test pada kelompok intervensi

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan
hasil penelitian. Dalam populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau
golongan mana yang menjadi sasaran penelitian tersebut (Notoatmodjo,
2014).
Populasi target dalam penelitian ini yaitu pasien di ruang ICU yang
terpasang ventilator mekanik dan Endotracheal Tube yang ada di ruang ICU
Rumah Sakit K.R.M.T. Wongsonegoro. Jumlah rata-rata populasi di ruang
ICU Rumah Sakit K.R.M.T. Wongsonegoro dalam 2 bulan terakhir yaitu 15
orang.

3.3. Sampel dan Teknik Sampling


Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non
probability sampling, yaitu prngambilan sampel yang tidak didasarkan atas
kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi untuk lebih mudah
penelitian. Sampel yang diambil sudah berdasarkan kriteria karakteristik
yang telah ditentukan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2014).
1. Besar sampel
Dalam menentukan besarnya sampel, peneliti menggunakan total
sampling dalam kurun waktu 1 bulan dilakukannya penelitian. Peneliti
memilih total sampling karena pasien yang terpasang ventilator di ruang
ICU jumlahnya terbatas. Sesuai teknik yang digunakan, sampel penelitian
merupakan seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi yang
ditentukan oleh peneliti.
2. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel penelitian. Kriteria
inklusi dalam penelitian ini yaitu :
a. Usia responden mulai dari masa dewasa awal sampai dengan masa
manula
b. Klien menggunakan ventilator mekanik dan Endrotracheal Tube
c. Nilai frekuensi nadi 50 – 12- x/menit
d. Nilai frekuensi pernapasan 12 – 25 x/menit
e. Nilai saturasi oksigen > 90 %
f. Klien atau keluarga bersedia dilakukan intervensi
g. Tekanan suction disamakan yaitu 100 mmHg
3. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri anggota populasi
yang tidak dapat digunakan sebagai responden dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2014). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :
a. Klien tiba-tiba henti jantung atau henti napas
b. Klien mengalami mati batang otak

3.4. Variabel Penelitian


Variabel independen penelitian ini yaitu pemberian tindakan open
suction. Variabel dependen pada penelitian ini adalah volume tidal pasien yang
terpasang ventilator.
3.5. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur & Cara Ukur Hasil Ukur Skala Variabel
A. Independen
1. Open Suction Tindakan penghisapan lendir dengan Responden hanya - -
membuka konektor sirkuit ventilator dikelompokkan pada kelompok
dengan endotracheal tube. intervensi saja tanpa ada
kelompok kontrol.

SOP tindakan suction sesuai


dengan standar Rumah Sakit
yang diteliti.
B. Dependen
Volume Tidal Pemeriksaan Tidal Volume pada layar Bed side monitor Tidal Volume : mL Rasio
monitor pasien yang terpasang
ventilator sebelum dan setelah Lembar Observasi
dilakukan tindakan open suction dalam
satuan mL.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yanag akan dipakai selama
pengumpulan data dalam penelitian (Notoatmodjo, 2014). Instrumen dalam
penelitian ini dibagi atas barang habis pakai dan barang tidak habis pakai.
Barang habis pakai meliputi alat tulis, lembar observasi pasien, lembar
informed consent, handscoon dan kassa. Sedangkan barang tidak habis
pakai meliputi ventilator mekanik, endotracheal tube, peralatan suction,
nierbeken, kom kecil dan bed side monitor.
Untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid, dilakukan
uji validitas instrumen penelitian yang meliputi ventilator mekanik dan bed
side monitor. Alat yang akan dipakai merupakan alat milik rumah sakit
yang dikalibrasi paling sedikit 1 kali dalam 1 tahun. Uji reabilitas
ditunjukkan dengan apakah alat ukur yang dipakai tetap konsisten
walaupun alat tersebut telah dipakai berulang kali. Dipastikan juga bahwa
alat yang digunakan sudah dikalibrasi dengan adanya label keterangan telah
dikalibrasi.

3.7. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan data primer, yaitu data yang
diambil secara langsung pada responden. Data yang diambil dari subjek
penelitian meliputi nilai saturasi oksigen, frekuensi pernapasan, frekuensi
nadi dan volume tidal sebelum dan sesudah dilakukan pemberian tindakan
open suction dengan memperhatikan data tersebut melalui bed side
monitor. Dalam melakukan intervensi, peneliti meminta bantuan kepada
enumerator untuk mendapatkan data. Enumerator dalam penelitian ini
berjumlah 2 orang dengan syarat enumerator merupakan perawat dengan
minimal pendidikan terakhir D3 keperawatan dan bekerja di ruang ICU.
Sebelum melakukan intervensi, terlebih dahulu dilakukan persamaan
persepsi antara peneliti dengan enumerator tentang bagaimana intervensi
yang akan dilakukan dan apa saja hasil yang didapat selama melakukan
intervensi tersebut. Sebelum dilakukan pengambilan data, responden atau
keluarga diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan dan
diberikan kesempatan untuk bertanya serta diberikan kebebasan apakah
menerima atau menolak intervensi yang diberikan.

3.8. Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian yang akan dilakukan meliputi :
1. Peneliti mengajukan izin penelitian kepada Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Peneliti mengantarkan surat izin penelitian ke Rumah Sakit yang
dituju.
3. Pihak diklat rumah sakit mengenalkan peneliti dengan petugas
kesehatan yang berhubungan dengan masalah yang akan peneliti
lakukan.
4. Peneliti menyiapkan instrumen dan formulir informed consent.
5. Peneliti melakukan pengarahan tentang proses tindakan Open Suction
kepada fasilitator yang akan mendampingi responden selama
intervensi dilakukan.
6. Peneliti menentukan responden penelitian sesuai kriteria inklusi dan
ekslusi di rumah sakit yang dituju dengan dibantu oleh perawat yang
bertugas di rumah sakit tersebut.
7. Responden pada kelompok intervensi merupakan pasien yang
terpasang ventilator sesuai dengan kriteria inklusi dan bersedia
dilakukan tindakan Open Suction sebanyak 1 sesi selama 10 menit.
8. Peneliti memberikan edukasi sebelum dilakukan tindakan kepada
responden atau keluarga yang mendampingi tentang proses penelitian,
resiko yang mungkin terjadi, tujuan, dan manfaat tindakan.
9. Peneliti memberikan lembar informed consent kepada responden
ataupun keluarga yang bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan
sebelum memutuskan berpartisipasi dalam penelitian.
10. Peneliti memberikan bagi responden ataupun keluarga untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami terkait pelaksanaan
tindakan.
11. Peneliti memberikan waktu bagi responden atau keluarga untuk
memutuskan menolak atau ikut berpartisipasi.
12. Jika klien atau keluarga setuju, peneliti meminta responden atau
keluarga untuk menandatangani lembar informed consent tanpa ada
paksaan.
13. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang intervensi
yang akan diberikan.
14. Peneliti dibantu perawat yang bertugas melakukan tindakan open
suction pada responden yang terpasang ventilator dengan waktu
kurang lebih satu sesi selama 10 menit pada kelompok intervensi.
Tahapan intervensi terdiri dari mengukur tidal volume sebelum
dilakukan tindakan. Kemudian diberikan tindakan open suction dan
setelahnya diukur kembali tidal volume pasien pada bed side monitor.
15. Setelah jumlah sampel tercukupi, peneliti melakukan pengolahan data
dan analisis data.

3.9. Etika Penelitian


Menurut (Notoatmodjo, 2014), prinsip etik penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Menghormati harkat dan martanat manusia (respect for human dignity)
Responden yang dijadikan sampel penelitian dan masuk dalam
kriteria inklusi, berhak memilih dan menentukan mau atau tidaknya
mengikuti penelitian. Peneliti harus menjelaskan mengenai tujuan,
manfaat, prosedur penelitian, lamanya penelitian dan keuntungan dari
penelitian tersebut sebelum responden memutuskan bersedia atau
menolak untuk berpartisipasi.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan (respect for frivacy and
confidentiality)
Responden memiliki jaminan kerahasiaan dan dijaga privasinya.
Peneliti melibatkan perawat di ruang ICU tersebut selama kegiatan
sebagai penanggungjawab responden, sehingga dari keluarga maupun
responden tersebut merasa aman. Informasi yang didapatkan dari
responden ataupun rumah sakit hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian dan tidak diperkenankan untuk disebarluaskan serta tidak
boleh diketahui oleh orang lain.
3. Menghormati keadilan dan iklusivitas (respect for justice and
inclusivity)
Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi yang
ditentukan peneliti sebelumnya. Peneliti tidak membedakan latar belakan
calon responden tersebut. Responden yang berpartisipasi dalam
penelitian terdapat perbedaan usia, jenis kelamin, status pendidikan dan
pekerjaan, peneliti bekerja secara profesional, jujur, cermat dan hati-hati
ketika proses penelitian. Selain itu, peneliti yang dibantu oleh
enumerator memberikan intervensi yang sama kepada responden yang
terdaftar tanpa membedakan status yang dipandang responden.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefit)
Penelitian yang dilakukan haruslah memberikan manfaat bagi
responden yang mengikutinya, bagi keluarga maupun perawat yang ada
di ruang ICU maupun perawat lain. Peneliti juga mempertimbangkan
kerugian yang akan terjadi dan berusaha meminimalkannya. Manfaat
yang dirasakan responden yaitu status oksigenisasi klien yang menjadi
lebih stabil ketika dilakukan tindakan suction dan keluarga merasa
tenang apabila kondisi klien stabil. Perawat di ruang ICU dapat
menerapkan intiervensi ini dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien yang dilakukan tindakan suction.
3.10. Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian,
sehingga dilakukan uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis data dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisis ini bertujuan menjelaskan karakteristik setiap variabel
penelitian (Notoatmodjo, 2014). Pada penelitian ini untuk data usia, jenis
kelamin dan riwayat merokok akan disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi dan persentase. Data nilai tidal volume dianalisis
menggunakan mean dan standar deviasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan (Notoatmodjo, 2014). Analisis bivariat digunakan untuk
menguji hipotesis dan mengetahui perbedaan antara pre dan post
setelahnya dilakukan intervensi sehingga dapat diketahui adakah
pengaruh tindakan open suction terhadap tidal volume pasien yang
menggunakan ventilator. Dalam analisis data, peneliti melakukan uji
normalitas menggunakan uji Saphiro-Wilk. Proses analisis data dari
hasil penelitian mengenai tidal volume sebelum dan setelah intervensi
menggunakan uji paired t-test.
Ketentuan hasil uji hipotesis :
a. p value > 0,05, maka Ho diterima atau Ha ditolak yang
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh open suction terhadap tidal
volume pasien yang menggunakan ventilator.
b. p value < 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima yang
menunjukkan bahwa ada pengaruh open suction terhadap tidal
volume pada pasien yang menggunakan ventilator.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian. (2016). Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator. Modul


Keperawatan Kritis, 1(Nsa 635), 0–8.

Carpenito. (2015). Ventilasi Mekanik Pada Neonatus. Universitas Airlangga,


575–600.

Erb, K. &. (2019). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Germany Corporation,


2(2(1)), 18–32.

Hall, G. dan. (2015). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Hasyim, D., Samodro, R., Sasongko, H., & Leksana, E. (2015). Jurnal
Anestesiologi Indonesia. Jurnal Anestesi, 5(2), 22–33.
http://janesti.com/uploads/default/files/1.2-full_.pdf

Irmawan, M. (2017). Tindakan Suction Dan Perubahan Saturasi Oksigen Pada


Pasien Penurunan Kesadaran Diruangan Icu Rumah Sakit Suction
Intervention And Oxygen Saturation Change In Unconscious Patients In The
Hospital ’ s Intensive Care Unit. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), 85–90.

Isnaeni, D. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru


pada Pengrajin Tembaga di Cepogo Kabupaten Boyolali. Skripsi, 3, 1–78.

Lesmana, Murni, A. (2015). Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan


Suction terhadap Pasien Cedera Kepala Berat The Use of Different Pressure
of Suction and Its Impact on Oxygen Saturation among Patients with Head
Injury. Jurnal Keperawatan Padjajaran, 3(1), 129–138.

Musliha. (2015). Jumlah pasien kritis yang terpasang ventilator menempati dua
per tiga dari seluruh pasien ICU di Indonesia . Jurnal Keperawatan
UNSRAT, I(1), 1–11.

Notoatmodjo. (2014). Metodelogi Penelitian Kesehatan. 3, 154–169.


Nursallam. (2016). Buku Metodelogi Penelitian Keperawatan (pp. 132–135).

Riskesdas. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. In Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Timby. (2018). Evaluasi Kompetensi Perawat dalam Tindakan Suction.


Universitas Hasanuddin, 1(1–12), 1–32.

Yuliastuti, E. (2018). Pengetahuan Perawat Tentang Prosedur Suction. Repository


Unimus, 3(1), 18–21.

Anda mungkin juga menyukai