DISUSUN OLEH
THEODORA WULANTA
1814201037
Pukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kelimpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan
yang berjudul “Perawatan Pasien Dengan Menggunakan Mekanik”. Penyusunan makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kritis. Dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekeliruan dan kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif dan
membangun demi kesempurnaan penyusun kedepannya. Tugas makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan tanpa bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu izinkan
kami menyampaikan ucapat terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini. Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua
BAB I
PENDAHULUAN
Ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah ruangan yang khusus untuk
semua pasien yang mengalami sakit kritis, baik karena penyakit dengan
infeksi berat atau pasien yang mengalami operasi dengan resiko yang besar,
dimana pasien yang dirawat di icu memiliki criteria tertentu. Salah satunya
adalah pasien gagal nafas, Pasien dengan gagal nafas harus dilakukan
pernafasan dengan adekuat maka proses weaning bisa dimulai agar pasien
bernafas secara spontan tanpa bantuan alat. Weaning dapat diartikan sebagai
adalah proses ekstubasi / pelepasan jalan napas buatan dari tubuh pasien.
pasien dan keluarga. Salah satunya adalah terapi oksigen yang betujuan
1
2
diharapkan dari terapi oksigen adalah nilai saturasi oksigen yang stabil,
dibutuhkan pasien. Untuk kasus tertentu bisa terjadi komplikasi dan terjadi
henti napas atau gawat napas, oleh karena itu harus dilakukan pemantauan
secara ketat agar tidak terjadi sumbatan jalan napas (Morton, 2014).
penyakit atau merupakan efek dari obat- obatan yang digunakan dalam
2012).
pengganti fungsi pompa dada, namun lebih luas lagi yaitu mengatasi
nafas ini disepakati sebagai alat penyelamat pada pasien yang kritis.
beberapa negara di Eropa. Pada saat itu terjadi wabah poliomyelitis yang
perawatan intensif (ICU) rumah sakit. Dibalik harapan terhadap pasien yang
karena weaning yang sesuai dengan protocol mempunyai aspek legal bagi
Pasien kritis yang terpasang ventilator menempati dua per tiga dari
seluruh pasien ICU di Indonesia, dengan berbagai golongan usia baik anak,
dewasa ataupun lansia dimana semua pasien dengan kondisi kritis dan
memiliki kondisi yang tidak stabil, kelompok pasien di ICU dapat berasal
ataupun dari rumah sakit lain. Menurut (Anani, 2017) Di Rumah Sakit
Agustus 2015 sampai Januari 2016 terdapat 267 pasien yang terpasang
ventilator dengan berbagai kasus di ruang ICU. Sedangkan dari hasil rekam
4
medis pasien RSU Haji Surabaya pada tahun 2017 didapatkan pasien yang
dirawat di juga ICU sebanyak 419 orang, dengan 180 pasien yang
medikal bedah serta pediatrik. Pasien yang berhasil menjalani weaning dan
daya tahan otot. Performa diafragma dan juga otot bantu pernafasan
bergantung pada daya tahan dan kekuatan otot karena keletihan pada otot
yang ditandai dengan tingkat kesadaran dan adanya reflek batuk juga reflek
dalam jangka waktu lama dibantu oleh ventilator. Proses weaning dimulai
jika penyebab gagal nafas sudah teratasi, dengan parameter analisa gas
5
darah dalam batas normal, pernafasan spontan pasien sudah cukup kuat,
darah dilakukan 30 menit setelah perubahan mode atau setting serta pasien
komplain paru yang masih rendah, tidak mampu untuk batuk secara efektif,
untuk menilai kesiapan pasien yang akan dilakukan proses weaning, dan
semua itu dilakukan setelah penyebab gagal nafas teratasi, semua indicator
metabolic juga dalam kondisi normal, nilai saturasi oksigen dan fraksi
dengan kondisi pasien dan jika pasien sudah melalui prosedur weaning serta
selang endotrachea dengan criteria yang harus dimiliki adalah pasien dalam
kondisi waspada atau mampu berespon terhadap perintah, batuk efektif serta
reflek muntah baik yaitu pasien mampu membersihkan secret dan bisa
dikempiskan. Oleh karena itu perlu adanya SPO weaning untuk pelaksanaan
pada pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU RSU Haji Surabaya,
dengan tepat.
I.3 Tujuan
1. Tujuan umum
pernafasan pada pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU RSU Haji
Surabaya.
2. Tujuan Khusus
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah informasi
ventilator.
2. Manfaat Praktis
a. Rumah Sakit
keberhasilan weaning.
b. Perawat
kita lakukan.
c. Peneliti
persiapan weaning.
d. Responden / klien
A. Landasan Teori
1. Ventilasi Mekanik
a. Definisi
11
12
akut faring);
d. Tipe Ventilator
yang terjadi antara mesin dan alveoli. Oleh karena itu, volume
3) Ventilator Tangki
4) Patient-Cycled Ventilators
pada terapi pasien yang sembuh dari gagal napas dan sedang
e. Mode Ventilator
daerah paru dengan konstan waktu yang lama akan memiliki waktu
perbaikan PO2 arterial yang besar sering kali dapat dicapai dengan
pada pasien ini karena pengikatan rekoil elastic paru. Volume paru
Oleh karena itu, nilainya tidak boleh diukur dari efeknya pada PO2
saat tidur yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas atas. Di sini,
sepanjang malam.
tidal besar pada interval yang relatif jarang kepada pasien diintubasi
CPAP. Pola ini berguna untuk menyapih ventilator dari pasien, dan
darah di ginjal
21
pencernaan
2. Konsep Nyeri
a. Pengertian Nyeri
(Meliala, 2007).
b. Klasifikasi Nyeri
1) Berdasarkan durasi
b) Nyeri Kronik : Nyeri lebih dari 3 bulan; hilang timbul atau terus
2) Berdasarkan asal
4) Berdasarkan lokasi
kurang terlokasi
gastrointestinal.
6) Nyeri alih : masukan dari organ dalam pada tingkat spinal disalah
dan sebagainya.
sebagainya.
c. Mekanisme Nyeri
reseptor nyeri yang banyak dijumpai pada lapisan superfisial kulit dan
tubuh, otot ragka dan pulpa gigi. Reseptor nyeri merupakan ujung-
nilai ambang yang tinggi dan diantar oleh serabut saraf kecil, yaitu
1) Tranduksi (Transduction)
2) Transmisi (Transmission)
aspartate (NMDA).
3) Modulasi (Modulation)
4) Persepsi (Perception)
pons, medulla dan mid brain untuk berakhir pada bagian spesifik
1) Usia
nyeri. Selain itu proses penyakit kronis yang lebih umum terjadi
(Tamsuri, 2007).
2) Jenis Kelamin
3) Budaya
nyeri mereka.
lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi pada individu tersebut
(Tamsuri, 2007).
30
5) Faktor Fisik
2002).
6) Faktor Psikososial
7) Faktor Lingkungan
(nyeri).
e. Stimulus Nyeri
reseptor.
asam laktat.
1) Sistem Respirasi
2) Sistem Kardiovaskuler
tersebut.
3) Sistem Gastrointestinal
4) Sistem Urogenital
ekstraseluler.
6) Sistem Hematologi
7) Sistem Imunitas
8) Efek fisiologis
pada skala sedang sampai parah, baik saat istirahat maupun selama
sebuah skala yang disarankan oleh para ahli untuk menilai nyeri
0,80 – 0,93 (Gelinas et. al, 2009). Marmo dan Fowler (2009) juga
b) Comfort Scale
pertama kali oleh tenaga medis. Nadi dan tekanan darah akan
9 - 16 : Sedasi dalam
39
27 - 45 : Sedasi inadekuat
Gangguan pernafasan
Faktor yang mempengaruhi nyeri : /oksigenasi
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Budaya Pasien terpasang
4. Pengalaman nyeri masa lalu ventilasi mekanik
5. Faktor Fisik
6. Psikososial
7. Lingkungan 1. Penggantian balutan luka
2. Perubahan posisi
Sumber : Smeltzer and Bare (2013); 3. Penghisapan lendir
Tamsuri (2007); Uchiyama, dkk (2006) ; 4. Pemasangan atau pelepasan kateter
Lipton dan Mabach, 1984 dalam Sumber: Cade (2008)
Bandyopandhyay, Markovic &
Manderson, (2007); Unruh & Henrikson
(2005); Pasero & McCaffery (2002); NYERI
Hupcey (2000).
Skoring
1. VRS (Verbal Rating Scale) 1. FLACC (Faces, Legs, Activity, Cry, and
2. VAS (Visual Analog Scale ) Consolability)
3. NRS (Numeric Rating Scale) 2. Wong Bekker
3. BPS (Behavioral Pain Scale )
Sumber: Potter & Perry(2012); 4. CPOT (Critical-Care Pain Observation
Wood (2004) dalam McLafferty & Tool )
Farley (2008); Andarmoyo (2013); 5. Comfort Scale
Price (2006)
Sumber: Potter & Perry (2012); Payen
(2001); Gelinas et.al (2006)
PENUTUP
A. Kesimpulan
medis post laparatomi, ileostomi atas indikasi hernia inkarserata dan ganggren
1. Pengkajian menunjukkan pada jalan napas pasien yaitu terpasang ETT dan
OPA, terdapat sekret pada jalan napas, bewarna putih dan jumlah sedikit.
Pernapasan dibantu ventilator mode BIPAP Asb, Pinsp 22, Pasb 15, FiO2
dan teratur, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, konjungtiva subanemis,
mukosa bibir lembab. Kesadaran sulit dinilai karena pengaruh obat, pupil
isokor, ukuran 2mm/ 2mm, reflex cahaya (+/+). Penilaian nyeri dengan
Behavioral Pain Scale skor 9 (uncontrol pain). Terdapat balutan luka post
dan kreatinin.
2. Diagnosa keperawatan yang diangkatkan pada pasien adalah pola napas tidak
130
131
gastrointestinal.
pernapasan : pertukaran gas , level nyeri, status kenyamanan: fisik, tanda vital,
fungsi ginjal.
ini.
6. Hasil evaluasi keperawatan yang didapatkan yaitu masalah pola napas tidak
B. Saran
pasif dapat digunakan sebagai bentuk awal mobilisasi dini dan dapat
3. Bagi Pengetahuan