Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

VENTILATOR MEKANIK

OLEH:
MARIA M. GEBZE
NIM: PO7120120129

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


JURUSAN KEPERAWATAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Allah yang telah memberikan rahmat kepada kita
semua, sehingga makalah yang berjudul “VENTILATOR MEKANIK” dapat
diselesaikan sesuai jadwal. Makalah ini dibuat untuk memenuhi kegiatan akademik
untuk memenuhi tugas Keperawatan Kritis. Dengan segala kerendahan hati, penulis
ingin menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap agar
makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
pembaca semua. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya, karena penulis
masih dalam proses belajar, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi perbaikan makalah selanjutnya

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi yang semakin maju dan berkembang pesat, kini
mempengaruhi semua bidang kehidupan manusia di berbagai belahan dunia.
Dampak dari hal ini akhirnya menuntut setiap orang untuk memiliki
pengetahuan yang memadai atau cukup agar dapat menggunakan ataau
beradaptasi dengan tuntutan global ini. Hal ini juga berlaku untukProfesi
keperawatan, khususnya area keperawatan kritis dan Intensif Care Unit (ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah
pasien-pasien yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong
kelangsungan hidup mereka, diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus
pump, syringe pump, dll. Dengan adanya keadaan tersebut maka tenaga
kesehatan terutama perawat yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya
menguasai dan mampu menggunakan teknologiyang sesuai dengan mesin-mesin
tersebut, karena perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam.
Ventilator salah satu contohnya. Penggunaan Ventilator sendiri
merupakan suatu tindakan yang sangat invasive dan akan merubah
homeostasis system pernafasan dan mempengaruhi system yang lainnya.
Perawat yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai mesin ventilasi
mekanik, hal tersebut akan membantu perawat menghemat tenaganya dalam
mengawasi pernafasan pasien, karena tugasnya mengawasi secara langsung
keadaan pasien sudah dilakukan oleh mesin ventilasi. Bahkan apabila ada
keterbatasan tenaga perawat, maka 1 orang perawat dapat mengawasi dua
atau lebih pasien yang juga sama-sama menggunakan mesin ventilasi
mekanik. Dalam makalah ini kemudian akanmembahas lanjut mengenai Ventilator
/ Ventilasi Mekanik.
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau
positif yang dapatmempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama
waktu yang lama (Smeltzer, 2001 : 655). Ventilasi mekanik merupakan terapi
defenitif pada pasien kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia
(Tanjung, 2007).
Merawat pasien pada ventilator mekanis telah menjadi bagian integral
dari asuhan keperawatan di unit perawatan kritis, di unit medikal bedah umum,
di fasilitas perawatan yang luas, dan bahkan di rumah. Perawat, dokter, dan ahli
terapis pernapasan harus mengerti masing-masing kebutuhan pernapasan spesifik
pasien dan bekerja bersama untuk membuat tujuan yang realistis. Rumusan
penting untuk hasil pasien yang positf termasuk memahami prinsip-prinsip
ventilasi mekanis dan perawatan yang dibutuhkan dari pasien, juga komunikasi
terbuka diantara tim perawatan kesehatan tentang tujuan terapi, rencana
penyapihan (weaning), dan toleransi pasien terhadap perubahan dalam pengesetan
ventilator.

2. FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI


Pemahaman akan proses respirasi pada manusia akan sangat membantu
dalam pemahaman terhadap prinsip kerja ventilator . Proses respirasi terdiri dari
4 aspek diantarannya ventilasi-difusi-perfusi-transportasi.
a. Ventilasi, sebagai proses keluar masuknya udara dari atmosfir kedalam
aveoli, atau sebaliknya dari elveoli menju atmosfir
b. Difusi, sebagai proses pertukaran gas yang berada di alveoli dengan pembuluh
kapiler
c. Perfusi, menunjukan besarnnya aliran daarah kapiler pulmonal yang melewati
membrane alveoli
d. Transportasi diangkutnya oksigen yang sudah diperfusi oleh darah untuk
dibawa menuju sel dan dibuangnnya karbondioksida dari sel menuju atmosfer
( melalui alveoli)

3. CARA KERJA VENTILATOR


Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam
hal ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas, ventilator bisa
tidak tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan sepenuhnya kerja otot
pernapasan), atau ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot
pernapasan diperkuat. Jumlah gas yang ditiupkan tergantung dengan pengaturan yang
kita kehendaki.macam-macam ventilator.
a. Menurut Sifatnya Ventilator Dibagi Tiga Type Yaitu:
1) Volume Cycled Ventilator.
Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator
adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan
volume tidal yang konsisten.
2) Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini,
katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif.
Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka
volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien
yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan.
3) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan
wamtu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu
inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah
napas permenit)Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 :2
b. Mode-Mode Ventilator.
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan
menggunakan ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin
ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode mode
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu
pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya
masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini
ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien
pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator,
tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila
pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan
ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa
terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi),
tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli
pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah:
CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory
Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)
2) Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara
selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV
pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa
menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi
sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh
karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya
disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan
sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada
pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga
masih memerlukan bantuan.
3) Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan
atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak
cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus
mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk
memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.

4) CPAP : Continous Positive Air Pressure.


Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif
dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan
adekuat.Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah
atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas
dari ventilator
c. Cara Kerja Alat
1) Penggerak awal alatPenggerak awal bisa berupa pneumatik atau
elektrik (AC atau DC), yang kemudian diteruskan kompresor.
Letak kompresor bisa di luar ventilator (eksternal) atau menyatu
di dalam (internal)
2) Pengontrolan VariabelDengan adanya “dorongan” dalam sistem sirkuit
ventilator, maka akan dihasilkan aliran udara yang akan
“menghembus” paru-paru pasien. Hembusan ke pasien akan
menghasilkan beberapa variabel yaitu tekanan, volume dan
aliran. Berdasarkan pengontrolan terhadap variabel-variabel
tersebut maka dikenal pressure control, volume control dan flow
control disamping juga ada time control. Pada awalnya kebanyakan
ventilator hanya bisa mengontrol satu variabel saja sehingga
variabel lainnya akan bervariasi tergantung dari kondisi paru-paru.
Namun dalam perkembangannya, banyak ventilator yang bisa
mengontrol lebih dari satu variabel. Pengontrolan tersebut bisa
dalam satu periode napas ke napas berikutnya atau dalam periode
satu kali napas saja.
d. Fase Dalam Pernapasan Dengan Ventilator
Fase bernapas dengan ventilator adalah sebagai berikut:
1) Awal bernapas (initiating/triggering)
Awal bernapas bisa terjadi secara otomatis karena pengaturan
waktu pada ventilator (machine triggering) atau atas picuan
(rangsangan/usaha bernapas) pasien yang merangsang mesin (patient
triggering) sehingga mesin memulai menghembuskan gas ke pasien.
Rangsangan napas dari pasien bisa atas dasar perubahan flow atau
tekanan yang terjadi pada mesin. Perubahan flow atau tekanan
berapa yang bisa merangsang mesin (sensitivity/trigger) tergantung
pengaturan kita. Artinya bisa dibuat lebih sensitif atau kurang
sensitif.tekanan atau flow) akan terbatasi dan tetap dipertahankan
(sesuai dengan pengaturan) sebelum inspirasi berakhir.
2) Siklus perpindahan (cycling)
 Cycling adalah perpindahan dari fase inspirasi ke fase awal
ekspirasi. Perpindahan ini akan terjadi sesuai dengan
pengaturan. Pengaturan tersebut bisa berdasar atas waktu (time
cycle), tekanan (pressure cycle), volume (volume cycle) atau
aliran udara (flow cycle).
 Time cycle, artinya fase inspirasi berakhir setelah alokasi
waktu inspirasi berdasarkan pengaturan sudah terlampaui.
 Pressure/volume cycle, artinya inspirasi berakhir setelah tidak
ada flow yang masuk (flow berhenti). Flow akan berhenti kalau
pressure/volume sesuai pengaturan sudah tercapai.
 Flow cycle, artinya inspirasi berakhir kalau flow mencapai
pengaturan yang dibuat. Agar lebih menyelaraskan dengan
pola napas pasien, pengaturan pada flow cycle bisa diatur
berbeda dengan pengaturan pabrik.
Pengaturan ini sering disebut sebagai ETS (expiratory trigger
sensitivity) atau inspiratory cycling off. Misalnya pengaturan ETS
40%, artinya bila flow mencapai 40% dari peak flow maka akan terjadi
cycling.
3) Pengontrolan variabel “base line”
Pada akhir ekspirasi, tekanan di jalan napas bisa dikontrol. Bisa
dibuat sama dengan tekanan atmosfer atau lebih. Pengaturan
pengontrolan itu disebut dengan PEEP (positive end expiratory
pressure). Bila PEEP = 0, berarti tekanan di jalan napas pada
akhir ekspirasi sama dengan tekanan atmosfer, dan bila positif
,misalnya 5, berarti pada akhir ekspirasi tekanan di jalan napas 5
cmH2O lebih tinggi dibandingkan tekanan udara atmosfer.
4) Pengontrolan Sistem dalam Ventilator.
Ada dua macam cara pengontrolan sistem kerja ventilator:
 Pengontrolan terbuka (open loop control)
Dalam sistem ini, semua perintahyang diperintahkan akan
dikerjakan oleh efektor dan menghasilkan variabel. Yang
dimaksud efektor dalam hal ini bisa berupa pompa piston
atau pengatur katup aliran udara pada ventilator.
 Pengontrolan tertutup (closed loop control)Pada sistem ini,
hasil keluaran yang dihasilkan dipakai sebagai umpan /
masukan balik (feed back control). Dari perbedaan antara
masukan balik dan masukan awal, akan mengubah
pengontrol dan efektor dalam ventilator yang selanjutnya
akan menghasilkan data baru (yang disesuaikan dengan
kondisi pasien). Secara skematik cara pengontrolan tertutup
pada ventilator adalah sebagai berikut:

e. Gambaran Ventilasi Mekanik Yang Ideal


1) Sederhana, mudah dan murah
2) Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi
nafashingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
3) Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat
penunjangpernafasan yang lain.
4) Dapat dirangkai dengan PEEPDapat memonitor tekanan , volume
inhalasi, volume ekshalasi, volumetidal, frekuensi nafas, dan
konsentrasi oksigen inhalasi
5) Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat
didalamnya
6) Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
7) Mudah membersihkan dan mensterilkannya.

4. INDIKASI VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)


a. Hiperkapnia
Adalah peningkatan PCO2 dengan ketidakmampuan mempertahankan
ventilasi alveolar yang adekuat. Penyebab hiperkapnia yang dapat diobati
harus dicari (misalnya narkotik). Beberpa pasien dengan penyakit paru
kronik akan mentoleransi peningkatan PACO2 pasien tersbut tetap sadar
danmersa nyaman. Namun, pH arteri dibawah 7,1 dianggap sebagai
indikasi untuk ventilasi mekanik
b. Peninggian tekanan intracranial
Hipokapnia yang disengaja dengan ventilasi tekanan positif intermitten
( IPPV ; intermittent positive-pressure ventilation) dapat diidikasikan
untuk menurunkan tekanan cranial pada keadaan-keadaan tertentu
c. Hipoksemia
PAO2 biasanya ajan diperbaiki dengan IPPV. Criteria khusus untuk
melakukan ventilasi mekanik adalah
1) PAO2 , 40 torr pada O2 inspirasi yang maksimal
2) Semakin lemah
3) Penyakit pernapasan yang cepat meburuk
4) Peningkatan kera pernapasan (mislanya retraksi interkostal selama
inspirasi)
5) Peningkatan PACO2
d. Kriteria pemasangan ventilator
Seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
1) Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
2) Hasil analisa gas darah dengan O2masker PaO2kurang dari 70 mmHg.
3) PaCO2lebih dari 60 mmHg
4) AaDO2dengan O2100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5) Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB

5. KOMPLIKASI VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)


Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

a. Pada paru
1) Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
2) Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
3) Infeksi paru
4) Keracunan oksigen
5) Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
6) Aspirasi cairan lambung
7) Tidak berfungsinya penggunaan ventilatorh.Kerusakan jalan nafas
bagian atas
b. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran
balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian
ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
c. Pada sistem saraf pusat
1) Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah
normal akibat dari hiperventilasi.
2) Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
3) Peningkatan tekanan intra kranial
4) Gangguan kesadaran
5) Gangguan tidur
d. Pengaruh pada ginjal
1) Pengaruh pada ginjal karena pH, PaC)2, dan PaO2 yang abnormal
2) Respon humoral antara lain perubahan pada hormone antidiuretik
(ADH), peptide antidiuretik atrial (ANP) dan Renin-angiotensin
aldosteron (RAA)
3) Respon renal terhadap perubahan hemodinamik yang timbul
karena peningkatan tekanan intralokal
e. Pada sistem gastrointestinal dan fungsi hepar
1) Distensi gaster, illeus
2) Perdarahan gaster.
3) Iskemia pada jaringan hepar
6. PROSEDUR PEMBERIAN VENTILATOR
Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk
memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah
sebagai berikut:
a. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
b. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
c. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
d. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
e. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir
ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema
paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan
oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon
pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)
DAFTAR PUSTAKA

Nawawi.M dkk. Ventilasi Mekanik.Bagian Anestesiologi dan Reanimasi. Fakultas


Kedokteran Universitas Padjadjaran (dalam bentuk pdf. )
Marrelli TM. (2008).Buku Saku Dokumentasi KeperawatanEdisi 3.Jakarta : EGC
Raber,Mark A,1998.Buku SakuKedokteran university of IOWA. Penerbit : EGC,Jakarta.
Sundana,Krisna.Ventilator : Pendekatan Praktis Di Unit PerawatanKlinis.EdisiI. Penerbit
: CICU Bandung
Anonim, 2013. Askep Ventilator Mekanik. Diunduh dari
sofaners.files.wordpress.com/2021/19/, pada tanggal 19 Mei 2021
Arvin, Behrman Klirgman.2000.Ilmu Kesehatan Anak.,Jakarta : EGC. Diunduh dari
http://books.google.co.id/books?
id=0dRhHnfPpBgC&pg=PA305&dq=indikasi+ventilator+mekanik&hl=id&sa=X&ei=
PGM9VP7vO9GgugTm7IHwBQ&redir_esc=y#v=onepage&q=indikasi%20ventilator
%20mekanik&f=false, pada tanggal 15 oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai