Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“Dukungan Ventilator”

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan kritis

Disusun oleh:
Anggun Via Safitri (16.10.028)
Agung Tri Susanto (16.10.030)
Muko Dimas Wicaksono (16.10.042)
Yunita Diah T. (16.10.052)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


MALANG
2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan nikmatnya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga Allah membalas semua amal ibadah yang telah diberikan, dan laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan orang umum yang memanfaatkannya.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh hampir
semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus mempunyai
pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar dapat beradaptasi
terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku untuk profesi keperawatan,
khususnya area keperawatan kritis di ruang perawatan intensif (intensif care
unit/ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-pasien
yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan hidup mereka,
diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump, dll. Dengan
adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat yang ada di ruang
perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu menggunakan teknologi yang
sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena perawat yang akan selalu ada di sisi
pasien selama 24 jam.
Pemanfaatan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua proses
yaitu transfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi
keperawatan. Tranfer teknologi adalah pengalihan teknologi yang mengacu pada
tugas, peran atau penggunaan peralatan yang sebelumnya dilakukan oleh satu
kelompok profesional kepada kelompok yang lain. Sedangkan transform (perubahan)
teknologi mengacu pada penggunaan teknologi medis menjadi bagian dari teknologi
keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan dan hasil yang
akan dicapai oleh pasien. Ventilasi mekanik yang lebih dikenal dengat ventilator
merupakan teknologi medis yang ditransfer oleh dokter kepada perawat dan
kemudian ditransform oleh keperawatan sehingga menjadi bagian dari keperawatan.
Perawat pemula yang pengetahuan dan pengalaman teknologinya masih kurang akan
menganggap ventilator sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa
melakukan monitoring dan merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada perawat
yang sudah berpengalaman akan memanfaatkan dan menggunakan ventilator sebagai
bagian dari keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada
pasien di ruang kritis dan akan berdampak positif terhadap profesi keperawatan.
Penguasaan terhadap teknologi akan menjadi modal bagi perawat untuk
mengontrol pekerjaannya (Alasad, 2002). Perawat sebagai ujung tombak pelayanan
di rumah sakit khususnya perawat ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki
pemahaman dasar mengenai penggunaan ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat
sangat membantu perawat dalam memberikan pelayanan secara optimal.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Alat Bantu
Ventilasi.
2.2.1 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui definisi bantuan ventilasi.
b. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis bantuan ventilasi.
c. Mahasiswa mengetahui setting ventilator.
d. Mahasiswa mengetahui indikasi klien yang mendapat bantuan ventilator.
e. Mahasiswa mengetahui komplikasi klien yang terpasang ventilasi.
f. Mahasiswa mengetahui peran perawat pada klien dengan ventilator.

1.3 Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan
dari literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu
yang lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito,
Lynda Juall 2000)
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah
suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien
dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan
nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit
perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke
keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif
atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas
pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen
dalam jangka waktu lama.

Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan


ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan
metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transport
oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).
2.1.2 Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum
adalah ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.
Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator
tekanan-positif. Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda
fase inspirasi akhir (tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-
bersiklus).
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada
dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara untuk mengalir ke dalam paru-paru, sehingga
memenuhi volumenya. Secara fisiologis, jenis ventilasi terbaru ini serupa
dengan ventilasi spontan. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada
gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular
seperti poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral amiotrofik, dan
miasteniagravis. Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang tidak
stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilatori
sering.

Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan


tidak membutuhkan intubasi jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan
paling sering untuk pasien dengan fungsi pernafasan borderline akibat
penyakit neuromuskular. Akibatnya, ventilator ini sangat baik untuk
digunakan di lingkungan rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator
tekanan negatif: iron lung, body wrap, dan chest cuirass.
Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik
tekanan negatif yang digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan
secara luas selama epidemik polio pada masa lalu dan sekarang digunakan
oleh pasien-pasien yang selamat dari penyakit polio dan kerusakan
neuromuskular lainnya.
Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell).
Kedua alat portabel ini membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk
menciptakan bilik tekanan negatif disekitar toraks dan abdomen. Karena
masalah-masalah dengan ketepatan ukuran dan kebocoran sistem, jenis
ventilator ini hanya digunakan dengan hati-hati pada pasien tertentu.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas, serupa dengan mekanisme
di bawah, dan dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang
selama inspirasi. Ekspirasi terjadi secara pasif.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau
trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan di lingkungan rumah
sakit dan meningkat penggunaannya di rumah untuk pasien dengan
penyakit paru primer.

Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu:


1. Ventilator Tekanan-Bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif
yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan
kata lain, siklus ventilator hidup, mengantarkan aliran udara sampai
tekanan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dan
kemudian siklus mati. Keterbatasan utama dengan ventilator jenis ini
adalah bahwa volume udara atau oksigen dapat beagam sejalan dengan
perubahan tahanan atau kompliens jalan napas pasien. Akibatnya adalah
suatu ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal yang dikirimkan
dan kemungkinan mengganggu ventilasi. Konsekuensinya, pada orang
dewasa, ventilator tekanan-bersiklus dimaksudkan hanya untuk
penggunaan jangka pendek di ruang pemulihan. Jenis yang paling
umum dari ventilator jenis ini adalah mesin IPPB.
2. Ventilator Waktu-Bersiklus
Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan
inspirasi setelah waktu yang ditentukan. Volume udara yang diterima
pasien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara.
Sebagian besar ventilator mempunyai frekuensi kontrol yang
menentukan frekuensi pernapasan, tetapi waktu-pensiklus murni jarang
digunakn untuk orang dewasa. Ventilator ini digunakan pada neonatus
dan bayi.

3. Ventilator Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-
positif yang paling banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis
ini, volume udara yang akan dikirimkan pada setiap inspirasi telah
ditentukan. Mana kala volume preset ini telah dikirimkan pada pasien,
siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Dari satu nafas
ke nafas lainnya, volume udara yang dikirimkan oleh ventilator secara
relatif konstan, sehingga memastikan pernapasan yang konsisten,
adekuat meski tekanan jalan nafas beragam.
2.1.3 Gambaran dan Pengesetan Volume Vetilator
Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada
ventilator mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman
dan ”dalam harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal dari
dinamik kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume ventilator
disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan terpenuhi dan
akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan kardiovaskuler.
Pengesetan awal ventilator setting :
1. Atur mesin untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan (10-15
ml/kg).
2. Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah
untuk mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg). Pengesetan ini
dapat diatur tinggi dan secara bertahap dikurangi berdasarkan pada hasil
pemeriksaan gas darah arteri.
3. Catat tekanan inspiratori puncak.

4. Atur cara (bantu-kontrol atau ventilasi mandatori intermiten) dan


frekuwensi sesuai dengan program medik dokter.
5. Jika ventilator diatur pada cara bantu kontrol, sesuaikan sensivitasnya
sehingga pasien dapat merangsang ventilator dengan upaya minimal
(biasanya 2 mmHg dorongan inspirasi negatif).
6. Catat volume 1 menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida (PCO2)
dan PO2, setelah 20 menit ventilasi mekanis kontinu.
7. Sesuaikan pengesetan (FO2 dan frekuwensi) sesuai dengan hasil
pemeriksaan gas darah arteri atau sesuai dengan yang ditentukan oleh
dokter.
8. Jika pasien menjadi bingung atau agitasi atau mulai “Bucking”
ventilator karena alasan yang tidak jelas, kaji terhadap hipoksemia dan
ventilasikan manual pada oksigen 100% dengan bag resusitasi.
2.1.4 Indikasi Ventilasi Mekanis
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2),
peningkatan kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persistem
(penurunan pH), maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Selain
itu pada kondisi kondisi di bawah ini diindikasikan menggunakan
ventilator mekanis.
1) Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan
indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi
dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas yang
sebenarnya.

Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau


oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada
pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada
(kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2) Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan
pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF,
peningkatan kebutuhan aliran darah pada system pernapasan (system
pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi
oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk
mengurangi beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
3) Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe
berulang juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator
mekanik berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien. Ventilator
mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien
dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4) Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan
sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya
gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa
tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.

2.1.1 Setting Ventilator


Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa
parameter yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume
cycle ventilator, yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit
Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan
ventilator dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah
10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR
yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm
sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat
mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh
ventilator ke pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 -
10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan
paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15
cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB.
Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang
kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien
menggunakan time cycled.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi
yang diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-
100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator
direkomendasikan sebesar 100%.

Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit


pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa
gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat
dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk
memberikan volume tidal atau mempertahankan tekanan.
2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi
dengan ekspirasi.
3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan udara pernapasan.
4) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan
nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi
terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih lama
dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari
ventilator volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan
barotraumas.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan
volume tidal pernapasan yang telah disetting permenitnya.
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha
yang diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure
sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O,
sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin
tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang
melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien
yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas
ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure
sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas
spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak
diharapkan untuk bernaps spontan.
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm
perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm
tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator
terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan
adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk,
terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan
kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus
dipasang dalam kondisi siap.
i. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada
alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu
fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2
oleh kapiler paru.

2.1.6 Fisiologi Pernafasan Ventilasi Mekanis


Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot
intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan
negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi
berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan
udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama
inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal
meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling
positif.

Efek Ventilasi mekanik


Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali
ke jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga
menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena
hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi.
Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler
akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang,
akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa
terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi
yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O,
tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga
resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke
organ-organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala
akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari
otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.

2.1.7 Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, Pasien
dengan ventilator mekanis memerlukan observasi, keterampilan dan
asuhan keperawatan berulangtapi bila perawatannya tidak tepat bisa,
menimbulkan komplikasi seperti:
1. Komplikasi pada jalan nafas
Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Kita
dapat meminimalkan resiko aspirasi setelah intubasi dengan
mengamankan selang, mempertahankan manset mengembang, dan
melakukan penghisapan oral dan selang kontinu secara adekuat. Bila
resusitasi diperpanjang dan distensi gastrik terjadi, jalan nafas harus
diamankan sebelum memasang selang nasogastrik untuk dekompresi
lambung. Bila aspirasi terjadi potensial untuk terjadinya SDPA
meningkat.
Kebanyakan pasien dengan ventilator perlu dilakukan restrein
pada kedua tangan, karena ekstubasi tanpa disengaja oleh pasien sendiri
dengan aspirasi adalah komplikasi yang pernah terjadi. Selain itu self-
extubation dengan manset masih mengembang dapat menimbulkan
kerusakan pita suara.
Prosedur intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh
komplikasi intubasi meliputi:
a. Intubasi lama dan rumit meningkatkan hipoksia dan trauma trakea.
b. Intubasi batang utama (biasanya kanan) ventilasi tak seimbang,
meningkatkan laju mortalitas.
c. Intubasi sinus piriformis (jarang) abses faringeal.
Pnemonia Pseudomonas sering terjadi pada kasus intubasi lama dan
selalu kemungkinan potensial dari alat terkontaminasi.
2. Masalah Selang Endotrakeal
Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat
dapat terjadi. Alternatifnya, karena posisi selang pada faring, orifisium ke
telinga tengah dapat tersumbat, menyebabkan otitis media berat,
kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam
dengan etiologi yang tidak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa
untuk kemungkinan sumber infeksi.
Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi
lama. Stenosis trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan
manset diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh tekanan manset
kurang lebih 30 mm/Hg. Penurunan insiden stenosis dan malasia telah
dilaporkan dimana tekanan manset dipertahankan kurang lebih 20
mm/Hg. Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan
paskaekstubasi dapat terjadi.
3. Masalah Mekanis
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2-4
jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak
adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang
atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan
oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme
batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal.
Secara latrogenik menimbulkan komplikasi melampaui kelebihan
ventilasi mekanis yang menyebabkan alkalosis respiratori dan karena
ventilasi mekanis menyebabkan asidosis respiratori atau hipoksemia.
Penilaian GDA menentukan efektivitas ventilasi mekanis. Perhatikan,
bahwa pasien PPOM diventilasi pada nilai GDA normal mereka, yang
dapat melibatkan kadar karbondioksida tinggi.
4. Penurunan Curah Jantung.
Penurunan curah jantung ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien
pertama kali dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan
tonus simpatis dan menurunnya aliran balik vena. Selain itu hipotensi
adalah tanda lain dan gejala dapat meliputi gelisah yang tidak dapat
dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan haluarana urine, nadi
perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah, dan nyeri dada.
Hipotensi biasanya diperbaiki dengan meningkatkan cairan untuk
memperbaiki hipovolemia.
5. Keseimbangan air positif
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan
reseptor vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang
pengeluaran hormon antidiuretik dari hipofise posterior. Penurunan curah
jantung menimbulkan penurunan haluaran urine melengkapi masalah
dengan merangsang respons aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang
bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan yang
memerlukan jumlah besar resusitasi cairan dapat mengalami edema luas,
meliputi edema sakral dan fasial.

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis :
Pengumpulan Data
1. Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan
fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal
berikut :
1. Survey Primery
Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway and C-spine
control, breathing, circulation and hemorrhage control, disability,
exposure/environment). Jalan nafas merupakan prioritas pertama.
Pastikan udara menuju paru-paru tidak terhambat. Temuan kritis seperti
obstruksi karena cedera langsung, edema, benda asing dan akibat
penurunan kesadaran.
Pada survei primer, hal yang perlu dikaji adalah :
1. Dangers
Kaji kesan umum : observasi keadaan umum klien
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya
d. Pastikan penolong selamat dari bahaya
e. Hindarkan bahaya susulan menimpa orang-orang disekitar
f. Segera pindahkan korban’jangan lupa pakai alat pelindung diri
2. Respons
Kaji respon / kesadaran dengan metode AVPU, meliputi :
a. Alert (A) : berespon terhadap lingkungan
sekitar/sadar
terhadap kejadian yang dialaminya
b. Verbal (V) : berespon terhadap pertanyaan perawat
c. Paintfull (P) : berespon terhadap rangsangan nyeri
d. Unrespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri
Cara pengkajian :
a. Observasi kondisi klien saat dating
b. Tanyakan nama klien
c. Lakukan penepukan pundak / penekanan daerah sternum
d. Lakukan rangsang nyeri misalnya dengan mencubit
3. Airway (Jalan Napas)
a. Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel).
b. Buka jalan nafas, yakinkan adekuat.
c. Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan
menggunakan teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati
pada korban trauma.
d. Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut.
e. Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut.
f. Suctioning bila perlu
4. Breathing (Pernapasan)
Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut,
apakah ada pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas,
kualitas nafas, keteraturan nafas atau tidak
5. Circulation (Pendarahan)
a. Lihat adanya perdarahan eksterna/interna
b. Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress,
Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat,
tinggikan)
c. Perhatikan tan da-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary
refill time, nadi, sianosis, pulsus arteri distal
2. Survey Sekundary
Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi
lebih gawat dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan
pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe) Formalnya dimulai
setelah melengkapi survei primer dan setelah memulai fase resusitasi.
Nilai lagi tanda vital, lakukan survei primer ulangan secara cepat untuk
menilai respons atas resusitasi dan untuk mengetahui perburukan.
Selanjutnya cari riwayat, termasuk laporan petugas pra RS,
keluarga, atau korban lain.
Pada survei sekunder, hal yang perlu dikaji, meliputi :
1) Disability
Ditujukan untuk mengkaji kondisi neurimuscular klien :
a. Keadaan status kesadaran lebih dalam (GCS)
b. Keadaan ekstremitas (kemampuan motorik dan sensorik)
2) Eksposure
Melakukan pengkajian head to toe pada klien, meliputi :
a. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh
1) Posisi saat ditemukan
2) Tingkat kesadaran
3) Sikap umum, keluhan
4) Trauma, kelainan
5) Keadaan kulit
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1) Raut Muka
a. Bentuk muka : bulat, lonjong, dan lain-lain
b. Ekspresi muka : tampak sesak, gelisah, kesakitan
c. Tes syaraf : menyeringai, mengerutkan dahi, untuk
memeriksa nervus V, VII.
2) Bibir
a. Biru ( sianosis )
b. Pucat ( anemia )
3) Mata
a. Konjungtiva : Pucat (anemia), Ptechiae (perdarahan bawah
kulit/ selaput lendir) pada endokarditis bacterial
b. Skela
Kuning ( ikterus ) pada gagal jantung kanan, penyakit hati,
dan lain-lain
c. Kornea
Arkus senilis (garis melingkar putih/abu-abu di tepi
kornea) berhubungan dengan peningkatan kolesterol/
penyakit jantung koroner.
d. Eksopthalmus
Berhubungan dengan tirotoksikosis
c. Pemeriksaan dada
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga,
nyeri tekan, perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara
ketuk/perkusi, suara nafas
d. Pemeriksaan perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
e. Pemeriksaan tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot
f. Pemeriksaan pelvis/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia
g. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa,
bengkak, denyut nadi, warna luka
3. Pengkajian Peralatan
Pengkajian peralatan. Ventilator juga harus dikaji untuk
memastikan bahwa ventilator berfungsi dengan tepat dan bahwa
pengesetannya telah dibuat dengan tepat. Meski perawat tidak benar-
benar bertanggung jawab terhadap penyesuaian pengesetan pada
ventilator atau pengukuran parameter ventilator (biasanya ini
merupakan tanggung jawab dari ahli terapi pernapasan).
Perawat bertanggung jawab terhadap pasien dan karenanya harus
mengevaluasi bagaimana ventilator mempengaruhi status pasien secara
keseluruhan.
2.2.2 Penatalaksanaan
2.2.2.1 Prehospitalisasi
Penatalaksanaan pada ventilasi mekanik sebelum di rumahsakit
tidak diketemukan, karena pemasangan ventilator baru dilakukan di
rumah sakit.
2.2.2.2 Hospitalisasi
Dalam pemberian ventilator sebagai tenaga kesehatan tentunya
mempunyai beberapa prosedur.Prosedur dalam hal
pemberian ventilator sebelum dipasang adalah dengan melakukan tes
paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman
standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:
 Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
 Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
 Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
 Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
 PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif
akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami
oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk
pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan
ditentukan oleh respon pasien yang ditunjukkan oleh hasil analisa
gas darah (Blood Gas).
Bila selama pengobatan serta perawatan di ruang ICCU ini
keadaan umum pasien membaik maka akan dilakukan penyapihan
pada pasien.Penyapihan ini adalah menurunkan secara perlahan set-
set dalam mesin ventilator dan disesuaikan dengan kondisi pasien
dan bertujuan agar mesin ventilator itu bisa dilepas dan pasien tidak
tergantung kepada mesin ventilator.
Rencana Perawat Terintegrasi
 Terapi IV
 Imobilitasi
 Rencana perawat untuk pasien-pasien yang mengalami gangguan
spesifik
2.2.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deprei pusat pernafasan

1. Gangguan pertukaran NOC NIC


gas berhubungan Respiratory status: gas Airway
dengan exchange (1-5) management
 Respiratory status:
ketidakseimbangan  Posisikan pasien
ventilation (1-5)
ventilasi perfusi untuk
 Vital sign status (1-5)
memaksimalkan
Kriteria Hasil:
Ventilasi
 Mendemo
 Pasang mayo bila
nstrasikan peningkatan
perlu
ventilasi dan oksigenasi
 Lakukan fisioterapi
yang adekuat
dada jika perlu
 Memeliha  Keluarkan sekret
ra kebersihan paru paru dengan batuk
dan bebas dari tanda atauSuction
 Auskultasi suara
tanda distress
nafas, catat
pernafasan
 Mendemonstrasikan adanyasuara
batuk efektif dan suara tambahan
 Berikan
nafas yang bersih, tidak
bronkodilator ;
ada sianosis dan
 Barikan pelembab
dyspneu (mampu
udara
mengeluarkan sputum,  Atur intake untuk
mampu bernafas dengan cairan
mudah, tidak ada pursed mengoptimalkankese
lips) imbangan.
 Monitor respirasi
 Tanda tanda vital
dan status O2
dalam rentang normal
 Catat pergerakan
 AGD dalam batas
dada,amati
normal
kesimetrisan,
 Status neurologis
penggunaan otot
dalam batas normal
tambahan,retraksi
otot supraclavicular
dan
Intercostals
Respiratory
monitoring
 Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
 Monitor pola nafas
: bradipena,
takipenia,kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes,biot
 Auskultasi suara
nafas, catat
areapenurunan / tidak
adanya ventilasi
dansuara tambahan
 Monitor TTV,
AGD, elektrolit dan
ststus Mental
 Observasi sianosis
khususnya membrane
Mukosa
 Jelaskan pada
pasien dan
keluargatentang
persiapan tindakan
dan
tujuanpenggunaan
alat tambahan (O2,
Suction,Inhalasi)
 Auskultasi bunyi
jantung, jumlah,
iramadan denyut
jantung
2. Pola nafas tidak efektif NOC: NIC
berhubungan dengan
 Respiratory status Airway
deprei pusat pernafasan :Ventilation (1-5) management
 Respiratory status :Airway
 Posisikan pasien
patency (1-5)
untuk
 Vital sign Status (1-5)
memaksimalkan
Kriteria hasil:
ventilasi
 Mendemonstrasikanbatuk
 Pasang mayo bila
efektif dan suara
perlu
 nafas yang bersih, tidakada
 Lakukan fisioterapi
sianosis dandyspneu
dada jika perlu
(mampumengeluarkan  Keluarkan sekret
sputum,mampu bernafas dengan batuk atau
dgmudah, tidakada pursedlips) suction
 Menunjukkan jalan nafas yang  Auskultasi suara
paten (klien tidakmerasa nafas, catat adanya
 suara tambahan
tercekik, iramanafas,
 Berikan
frekuensipernafasan dalam
bronkodilator
rentang normal, tidakada suara Berikan
nafasabnormal) pelembab udara
 Tanda Tanda vital dalam
Kassa basah
 rentang normal (tekanandarah,
 NaCl Lembab
nadi, pernafasan)  Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
 keseimbangan.
Oxygen therapy
 Monitor respirasi
dan status O2
 Bersihkan mulut,
hidung dan secret
Trakea
 Pertahankan jalan
nafas yang paten
 Observasi adanya
tanda tanda
Hipoventilasi
 Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
 Monitor vital sign
 Informasikan pada
pasien dan keluarga
entang tehnik
relaksasi untuk
memperbaiki pola
nafas.
 Ajarkan bagaimana
batuk efektif
 Monitor pola nafas

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana
keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan
keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap
tindakan yang diberikan kepada klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan
keperawatan secara independent, dependent, dan interdependent.
Tindakan independent yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat
tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Tindakan dependent ialah tindakan yang berhubungan dengan tindakan
medis atau dengan perintah dokter atau tenaga kesehat lain. Tindakan
interdependent ialah tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi, radiologi,fisioterapi dan
lain-lain.
Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu
diperhatikan ialah penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan
napas, Kerusakan pertukaran gas, Resiko tinggi kekurangan volume
cairan, Ansietas/ketakutan, dan Kurangnya pengetahuan mengenai
kondisi.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang
dapat digunakan sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan
keperawatan yang dibuat. Evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah
dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan
akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan
rencana atau perubahan dalam membantu asuhan keperawatan.
Hasil yang diharapkan:
1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri
pulmonal, dan tanda-tanda vital adekuat.
2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang
minimal.
3. Bebas dari cedera atau infeksi seperti yang dibuktikan dengan suhu
tubuh dan jumlah sel darah putih.
4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesantertulis, gerak tubuh, alat
komunikasi lainnya.
6. Dapat mengatasi masalah secara efektif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang
lama (Brunner and Suddarth, 2001).
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah
ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang
paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO 2), peningkatan
kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka
ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif bedah
toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi,
PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma semuanya dapat
mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis
3.2 Saran
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang
berpengalaman atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan
pengetahuannya mengenai teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-
mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh pasien-pasiennya.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa manfaat transfer dan
transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan, tidak
hanya di area keperawatan kritis tapi juga di area-area keperawatan lainnya. Hal ini
sebenarnya akan meningkatkan kualitas praktek dan profesi keperawatan. Namun
sayangnya masih ada perawat yang beranggapan bahwa teknologi di suatu area
keperawatan merupakan suatu tambahan pekerjaan bagi perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik. diakses
http://senyumbening.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan.html (07 Juni 2014, 09.06)

Basuri, Chairul. 2012. Triase dalam KGD. Diakses


http://healthandnewsdarulmuttaqin.blogspot.com/2012/10/ventilasi-
mekanik.html (07 Juni 2014, 09.12)

Herdman, T. Heather .2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan.


EGC:Jakarta
Priangga, D. Satria. 2011. Ventilator Mekanis. Diakses
http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/ventilator-mekanis.html (07 Juni
2014, 09.07)
Zahar, Nuraini. 2012. Konsep dasar ventilasi mekanik. diakses
http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-mekanik.html (07
Juni 2014, 09.02)

Anda mungkin juga menyukai