“Dukungan Ventilator”
Disusun oleh:
Anggun Via Safitri (16.10.028)
Agung Tri Susanto (16.10.030)
Muko Dimas Wicaksono (16.10.042)
Yunita Diah T. (16.10.052)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan nikmatnya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga Allah membalas semua amal ibadah yang telah diberikan, dan laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan orang umum yang memanfaatkannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu
yang lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito,
Lynda Juall 2000)
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah
suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien
dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan
nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit
perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke
keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif
atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas
pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen
dalam jangka waktu lama.
3. Ventilator Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-
positif yang paling banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis
ini, volume udara yang akan dikirimkan pada setiap inspirasi telah
ditentukan. Mana kala volume preset ini telah dikirimkan pada pasien,
siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Dari satu nafas
ke nafas lainnya, volume udara yang dikirimkan oleh ventilator secara
relatif konstan, sehingga memastikan pernapasan yang konsisten,
adekuat meski tekanan jalan nafas beragam.
2.1.3 Gambaran dan Pengesetan Volume Vetilator
Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada
ventilator mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman
dan ”dalam harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal dari
dinamik kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume ventilator
disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan terpenuhi dan
akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan kardiovaskuler.
Pengesetan awal ventilator setting :
1. Atur mesin untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan (10-15
ml/kg).
2. Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah
untuk mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg). Pengesetan ini
dapat diatur tinggi dan secara bertahap dikurangi berdasarkan pada hasil
pemeriksaan gas darah arteri.
3. Catat tekanan inspiratori puncak.
2.1.7 Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, Pasien
dengan ventilator mekanis memerlukan observasi, keterampilan dan
asuhan keperawatan berulangtapi bila perawatannya tidak tepat bisa,
menimbulkan komplikasi seperti:
1. Komplikasi pada jalan nafas
Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Kita
dapat meminimalkan resiko aspirasi setelah intubasi dengan
mengamankan selang, mempertahankan manset mengembang, dan
melakukan penghisapan oral dan selang kontinu secara adekuat. Bila
resusitasi diperpanjang dan distensi gastrik terjadi, jalan nafas harus
diamankan sebelum memasang selang nasogastrik untuk dekompresi
lambung. Bila aspirasi terjadi potensial untuk terjadinya SDPA
meningkat.
Kebanyakan pasien dengan ventilator perlu dilakukan restrein
pada kedua tangan, karena ekstubasi tanpa disengaja oleh pasien sendiri
dengan aspirasi adalah komplikasi yang pernah terjadi. Selain itu self-
extubation dengan manset masih mengembang dapat menimbulkan
kerusakan pita suara.
Prosedur intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh
komplikasi intubasi meliputi:
a. Intubasi lama dan rumit meningkatkan hipoksia dan trauma trakea.
b. Intubasi batang utama (biasanya kanan) ventilasi tak seimbang,
meningkatkan laju mortalitas.
c. Intubasi sinus piriformis (jarang) abses faringeal.
Pnemonia Pseudomonas sering terjadi pada kasus intubasi lama dan
selalu kemungkinan potensial dari alat terkontaminasi.
2. Masalah Selang Endotrakeal
Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat
dapat terjadi. Alternatifnya, karena posisi selang pada faring, orifisium ke
telinga tengah dapat tersumbat, menyebabkan otitis media berat,
kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam
dengan etiologi yang tidak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa
untuk kemungkinan sumber infeksi.
Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi
lama. Stenosis trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan
manset diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh tekanan manset
kurang lebih 30 mm/Hg. Penurunan insiden stenosis dan malasia telah
dilaporkan dimana tekanan manset dipertahankan kurang lebih 20
mm/Hg. Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan
paskaekstubasi dapat terjadi.
3. Masalah Mekanis
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2-4
jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak
adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang
atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan
oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme
batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal.
Secara latrogenik menimbulkan komplikasi melampaui kelebihan
ventilasi mekanis yang menyebabkan alkalosis respiratori dan karena
ventilasi mekanis menyebabkan asidosis respiratori atau hipoksemia.
Penilaian GDA menentukan efektivitas ventilasi mekanis. Perhatikan,
bahwa pasien PPOM diventilasi pada nilai GDA normal mereka, yang
dapat melibatkan kadar karbondioksida tinggi.
4. Penurunan Curah Jantung.
Penurunan curah jantung ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien
pertama kali dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan
tonus simpatis dan menurunnya aliran balik vena. Selain itu hipotensi
adalah tanda lain dan gejala dapat meliputi gelisah yang tidak dapat
dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan haluarana urine, nadi
perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah, dan nyeri dada.
Hipotensi biasanya diperbaiki dengan meningkatkan cairan untuk
memperbaiki hipovolemia.
5. Keseimbangan air positif
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan
reseptor vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang
pengeluaran hormon antidiuretik dari hipofise posterior. Penurunan curah
jantung menimbulkan penurunan haluaran urine melengkapi masalah
dengan merangsang respons aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang
bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan yang
memerlukan jumlah besar resusitasi cairan dapat mengalami edema luas,
meliputi edema sakral dan fasial.
3.1 Kesimpulan
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang
lama (Brunner and Suddarth, 2001).
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah
ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang
paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO 2), peningkatan
kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka
ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif bedah
toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi,
PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma semuanya dapat
mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis
3.2 Saran
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang
berpengalaman atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan
pengetahuannya mengenai teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-
mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh pasien-pasiennya.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa manfaat transfer dan
transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan, tidak
hanya di area keperawatan kritis tapi juga di area-area keperawatan lainnya. Hal ini
sebenarnya akan meningkatkan kualitas praktek dan profesi keperawatan. Namun
sayangnya masih ada perawat yang beranggapan bahwa teknologi di suatu area
keperawatan merupakan suatu tambahan pekerjaan bagi perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik. diakses
http://senyumbening.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan.html (07 Juni 2014, 09.06)