Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

VENTILATOR MEKANIK

Disusun Oleh :

APOLONITA KOMOT

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah, karena atas

berkah limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang

berjudul tentang, “ventilator mekanik.”

Kami memohon maaf jika terdapat diksi yang salah, penempatan huruf yang salah,

penempatan tanda baca yang salah dll. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca untuk

memberikan saran serta kritik yang konstruktif untuk penugasan- penugasan kami selanjutnya

sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua.

Merauke, Mei 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah pernapasan menempati urutan tertinggi dalam menentukan
prioritas penanganan kegawatan maupun kekritisan. Hal ini berdasarkan kenyataan
bahwa ketika seseorang tidak mendapatkan oksigen, meskipun dalam hitungan menit
maka bias berakibat fatal.
Berbagai penyakit yang berkaitan dengan pernapasan pada akhirnya akan
berujung pada kondisi gagal napas. Hal ini membutuhkan penanganan khusus, dimana
oksigenisasi masih tetap terpenuhi meskipun pasien sudah tidak mampu lagi bernapas.
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal
pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal.
Ventilator mekanik dibagi menjadi dua, yaitu ventilator mekanik invasive dan
ventilator mekanik non invasive.
Peningkatan kualitas dari ventilator mekanik menyebabkan makin luasnya
area penggunaan mesin tersebut. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan
anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya
gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani
dengan keberadaan ventilator mekanik.
Data yang diperoleh dari ruangan ICU Dewasa Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh darah “Harapan Kita” dari periode januari 2010 sampai dengan Desember
2010 adalah 1020 orang pasien menggunakan ventilasi mekanik dengan berbagai
macam kasus bedah.
Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit khususnya perawat
ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar mengenai penggunaan
ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu perawat dalam
memberikan pelayanan secara optimal.
B. Tujuan Penulisan

1. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami


tentang penggunaan ventilasi mekanik
2. Memenuhi salah satu tugas keperawatan kritis
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam
waktu yang lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
(Carpenito, Lynda Juall 2000)
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik
adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas
pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui
jalan nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit
perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang
untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan
utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan
fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali
ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan
positif atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan
napas pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian
oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik
adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka
memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).
2. Indikasi Ventilasi Mekanik
a. Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnoe) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan
indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi
dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas yang
sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi
dan atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada
pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada
(kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
b. Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan
pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF,
peningkatan kebutuhan aliran darah pada system pernapasan (system
pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi
oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk
mengurangi beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
c. Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang
juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik
berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga
memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra cranial.
d. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan
sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya
gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa
tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.
3. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif
dan tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga
memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada
gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular
seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan
miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak
stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi
sering.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada
ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi.
Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru
primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan
bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang
mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata
lain siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan
tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus
mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu
pendek di ruang pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah
ventilator mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu
ditentukan. Volume udara yang diterima klien diatur oleh kepanjangan
inspirasi dan frekuensi aliran udara .Ventilator ini digunakan pada
neonatus dan bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang
mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah ditentukan.
Jika volume preset telah dikirimkan pada klien siklus ventilator mati
dan ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh
ini adalah ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
a. Sederhana, mudah dan murah
b. Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas
hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
c. Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang
pernafasan yang lain.
d. Dapat dirangkai dengan PEEP
e. Dapat memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume
tidal, frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
f. Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat
didalamnya
g. Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
h. Mudah membersihkan dan mensterilkannya.
Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat
dibagi menjadi tiga jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time
Cycled.
a. Volume Cycled Ventilator.
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan
di ruangan unit perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah
cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi
ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan
volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien
tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan
gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi
pasien dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan
lapang paru (atelektasis, edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume
cycled pemberian tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga
dikhawatirkan jika tekanannya berlebih maka akan terjadi volutrauma.
Sedangkan penggunaan pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi
masih sangat rentan terhadap tekanan, sehingga memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya volutrauma.
b. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi
tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila
ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga
berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil,
penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan, sedangkan pada pasien
anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas lapang paru
(atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit).
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
d. Intubasi
Intubasi adalah tindakan invasive untuk memasukkan ETT ke dalam
trakea dengan menggunakan alat laryngoskopy. Diperlukan seperangkat
peralatan penunjang dan tenaga ahli karena kejadian hipoksia, aritmia,
dan bahkan henti jantung dapat terjadi dalam beberapa kasus. Untuk
mengantisipasinya diperlukan tenaga yang bersertifikasi PPGD dan
ACLS. Alat-alat penunjang diantaranya troli emergency yang dilengkapi
obat-obat resusitasi seperti adrenalin (untuk asistole), sulfas atrophin
(untuk bradikardia), amiodarone (anti aritmia), inotropik jenis
dobutamine atau dopamine untuk meningkatkan afterload – preload –
kontraktifitas ventrikel jika terjadi gangguan hemodinamik saat intubasi.
Peralatan lain seperti defibrillator diperlukan untuk mengantisipasi
aritmia ventrikel yang dapat mengancam jiwa (Ventrycular Tachycardia
dan Ventrycular Fibrilasi). Peralatan suction diperlukan untuk
membebaskan jalan nafas dari kemungkinan penumpukan lendir (slym)
saat intubasi.
Sebelum tindakan dimulai, premedikasi diberikan untuk memberikan
efek sedasi dari yang memiliki efek cepat seperti golongan opioid atau
lambat seperti benzodiazepine. Paralise otot nafas dapat
dipertimbangkan jika proses intubasi masih sulit dilakukan. Jenis
premedikasi dipilih yang memiliki resiko minimal terhadap organ yang
sedang mengalami gangguan.
Sebelum intubasi dimulai, hiperoksigenasi dilakukan melalui ambubag
dengan kecepatan aliran 12 – 15 liter/menit, sampai saturasi oksigen
meningkat > 95%. Tujuan dari intubasi yaitu : mengembalikan asam
basa dan kadar PO2 dalam batas normal, dan memenuhi kebutuhan tidal
volume ( TV ) atau menit volume ( MV ) dengan tekanan puncak ( PIP )
dalam batas normal.
Indikasi untuk dilakukan intubasi adalah
1) Henti jantung ( cardiac arrest )
2) Henti nafas ( Respiratory arrest )
3) Hipoksemia yang tidak teatasi dengan pemberian oksigen non
invasive
4) Asidosis respiratory yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan
pemberian oksigen non invasive
5) Kelelahan pernafasan yang tidak responsive dengan obat-obatan
dan penberian oksigen non invasive.
6) Gagal nafas dengan manifestasi klinis : takhipneu, penggunaan
otot pernafasan tambahan (scalene,
sternokleidomastoid,intercosta , abdomen)
7) Penurunan kesadaran
8) Saturasi oksigen menurun drastic
9) Tindakan pembedahan yang menggunakan anastesi umum
4. Indikasi Klinik untuk pemasangan ventilasi mekanik :
a. Kegagalan Ventilasi
1) Neuromuscular Disease
2) Central Nervous System disease
3) Depresi system saraf pusat
4) Musculosceletal disease
5) Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
b. Kegagalan pertukaran gas
1) Gagal nafas akut
2) Gagal nafas kronik
3) Gagal jantung kiri
4) Penyakit paru-gangguan difusi
5) Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch
5. Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat sepuluh parameter
yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator,
yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam
satu menit. Penyetingan RR ini tergantung volume tidal, jenis kelainan paru
pasien, target PO2 yang ingin dicapai. Parameter alarm RR diseting diatas
dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka
setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit.
Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 5-15 cc/kgBB,
tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien
dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB,
sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter
alarm tidsl volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting.
Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang
diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%.
Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar
100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit
pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas
darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan
penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
 Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk
memberikan volume tidal atau mempertahankan tekanan.
 Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan
ekspirasi
 Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan udara pernapasan.
Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan
nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang
diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan
ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator
volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya. Biasanya flow rate disetting
antara 40-100 L/menit.
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang
diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure
sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan
untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai
pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan.
Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk
memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting -2
cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin
susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya
diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain.
Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah
diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
i. Kelembaban dan suhu
Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan
mekanisme pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua
proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier.
Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier
dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan
suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat
ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada
trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan
nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan.
j. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli
diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional
paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler
paru.
Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
a. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk
pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik
adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang
lama.Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.
b. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.
Bila klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator
ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien,
biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
c. Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model
kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan
dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
d. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot
tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui
nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada
pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang
adekuat.
e. Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif
dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas
oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari.
Indikasipada klien yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif
yang massif dan pneumonia difus. Efek samping dapat menyebabkan
venous return menurun, barotrauma dan penurunman curah jantung.
f. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada
pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih
otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
6. Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot
intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan
negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan
secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi
adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir
inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.
7. Efek Ventilasi mekanik
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila
kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan
usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga
berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga
darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga
berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain
itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan
lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah
jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ
lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan
positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga
tekanan intrakranial meningkat.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
a. Obstruksi jalan nafas
b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks
d. Atelektase
e. Infeksi pulmonal
f. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
g. Gastrointestinal.
h. Kelainan fungsi ginjal
i. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
9. Penyapihan dari ventilasi mekanik
Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :
a. Tes penyapihan
1) Kapasitas vital 10-15 cc / kg
2) Volume tidal 4-5 cc / kg
3) Ventilasi menit 6-10 l
4) Frekuensi permenit < 20 permenit
b. Pengaturan ventilator
1) FiO2 < 50%
2) Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
c. Gas darah arteri
1) PaCO2 normal
2) PaO2 60-70 mmHg
3) PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
d. Selang Endotrakeal
1) Posisi diatas karina pada foto Rontgen
2) Ukuran : diameter 8.5 mm
e. Nutrisi
1) Kalori perhari 2000-2500 kal
2) Waktu : 1 jam sebelum makan
f. Jalan nafas
1) Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan
(suctioning)
2) Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau
Steroid
3) Posisi : duduk, semi fowler
g. Obat-obatan
1) Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
2) Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
h. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
i. Fisik : Stabil, istirahat terpenuhi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantumekanik yang berfungsi memberikan
bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru
melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh prosesventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2ke jaringan adekuat
Indikasi Pemasangan Ventilator Mekanik
1. Pasien dengan gagal nafas
2. Insufisiensi jantung.
3. Disfungsi neurologist
4. Tindakan operasi
Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi
mekanik (ventilator) bila :
1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat
khususnya mahasiswa tentang materi Ventilator Mekanik dapat meningkat. Dari
yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi semakin mengerti.
Dan demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Marino PL. Principles of mechanical ventilation. In: Marino PL, ed. The Icu Book. 3rd
ed. New York: Lippincott Williams and Wilkins,Inc.; 2007, 457-511.

Lanken PN. Mechanical ventilation. In: Lanken PN, ed. The Intensive Care Unit
Manual. 2nd ed. Philadelphia: Saunders Inc.; 2007, 13-30.

Pilbeam SP. History of resuscitation, intubation and early mechanical ventilation.


In: Pilbeam SP ed. Mechanical Ventilation; Physiological and Clinical Applications. 3rd
ed. St.Louis Missouri: Mosby Inc.; 2004, 4-17.

Vines D. Non invasive positive pressure ventilation. In: Wilkins R, ed. Egan’s Fundamentals
of Respiratory Care. 8th ed. St. Louis Missouri: Mosby Inc; 2003, 407-15.

Manno MS. Managing mechanical ventilation. Nursing 2005; 35: 36-41. 6.Whiteley SM.
Complications of artificial ventilation. In: Whiteley SM, ed. Intensive Care. 2nd ed.
Philadelphia: Churchill Livingstone; 2006, 107-10.

Pietropaoli AP. Approach to mechanical ventilation. In:Apostolakos MJ, Papadakos PJ,


eds. The Intensive Care Manual . Singapore: Mc Graw-Hill; 2001, 81-6.

Anda mungkin juga menyukai