Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA PASIEN


LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA PRE OPERASI
DI RUANG BEDAH RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
MERAUKE

OLEH:

MARIA M. GEBSE
PO 71 20 1 20 129

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembedahan adalah tindakan pengobatan invasif melalui sayatan untuk

membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan diakhiri

dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 2010). Sedangkan

tindakan anestesi adalah usaha untuk menghilangkan seluruh modalitas dari

sensasi nyeri, rabaan, suhu, posisi yang meliputi pra, intra, dan post anestesi

(Pramono, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization

(WHO) jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan

yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011 terdapat

140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012

data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa sedangkan untuk kawasan

asia pasien operasi mencapai angka 77 juta jiwa pada tahun 2012. Berdasarkan

data tabulasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2009,

tindakan pembedahan menempati urutan ke-11 dari 50 pertams penanganan

pola penyakit di Rumah Sakit se Indonesia (Rihiantoro, 2018).

Tindakan pembedahan merupakan sebuah pengalaman yang dapat

menimbulkan rasa kecemasan. Menurut Stuart (2009) kecemasan merupakan

suatu keadaan emosi dan tidak memiliki objek spesifik dan situasi ini dialami

secara subjektif. Walkinson (2007) mengatakan kecemasan merupakan suatu

keresahan dan perasaan tidak nyaman yang disertai respon autonomis individu

dan adanya kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya

ataupun ancaman.

Cemas berbeda dengan rasa takut. Karakteristik rasa takut adalah adanya

suatu objek sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat
dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu

kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab

atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu

dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi operasi/

pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi kecacatan),

kekhawatiran terhadap anestesi/ pembiusan (misalnya takut terjadi kegagalan

anestesi/ meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Friedman, 2010).

Pasien pre operasi dapat mengalami berbagai tingkat kecemasan mulai

ringan hingga panik. Kecemasan pra operasi merupakan suatu bentuk respon

antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai

suatu ancaman (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Qur‟ana, 2012). Kecemasan pre

operasi merupakan masalah utama yang menjadi fokus intervensi keperawatan

untuk diatasi. Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal dan

suatu rasa yang tidak terekspresikan. Perasaan ini tidak terarah karena suatu

sumber ancaman atau pikiran yang tidak jelas dan tidak teridentifikasi. Cemas

sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart &

Sundeen, 2007 dalam Qur‟ana, 2012).

Kecemasan yang tinggi dapat memberikan efek dalam mempengaruhi

fungsi fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan

darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi nafas, ketakutan,

mual/muntah, gelisah, pusing, diaforesis, gemetar, sensasi rasa panas dan

dingin. Dalam kondisi yang sangat berat, kecemasan dapat mengakibatkan

naiknya tonus simpatis sampai pada titik yang dapat mempengaruhi kondisi

umum pasien, misalnya kadar gula darah yang melambung tinggi, eksaserbasi

dari penyakit paru kronis yang ada selama ini, atau bahkan aritmia kordis

(Mathhias, 2012).
Kecemasan ini perlu mendapat perhatian dan intervensi karena keadaan

emosional pasien yang tidak stabil akan berpengaruh kepada fungsi tubuh

pasien menjelang operasi. Kecemasan yang tinggi dapat memberikan efek

dalam mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya

peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi

napas, ketakutan, mual/ muntah, gelisah, pusing, diaforesis, gemetar, sensasi

rasa panas dan dingin. Selain itu adanya Kecemasan sebelum operasi dan

intraoperative merupakan sering terjadi dalam anestesi ketika operasi, di mana

usia, ras, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pendapatan,

dan riwayat operasi sebelumnya juga mempengaruhi. tanda-tanda tersebut

tidak jarang membuat tindakan pembedahan (khususnya pembedahan elektif)

ditunda oleh dokter.

Perbedaan faktor gender atau jenis kelamin misalnya kata „‟gender”

sering diartikan sebagai kelompok laki laki, perempuan, atau perbedaan jenis

kelamin. Pada pembahasan gender belakangan ini juga masih ramai dibahas

oleh para ilmuwan dalam penelitiannya. Menurut Oakley (1927, dalam

Ghuzairoh, 2015 ) gender adalah perbedaan perilaku antara laki laki dan

perempuan yang dikontruksikan secara sosial, yakni perbedaan yang bukan

kodrat dan bukan ketentuan tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melalui

proses sosial dan kultural. Beberapa budaya tradisional, perempuan

ditempatan pada posisi setelah laki-laki. Fungsi dan peran peran perempuan

dalam masyarakat biasanya dikontruksikan oleh budaya sebagai warga negara

kelas dua. Pada posisi inilah terjadi bias gender dalam masyarakat.

Antara pasien satu dengan yang lainnya mempunyai tingkat kecemasan

yang berbeda. Pada umumnya seoang laki-laki dewasa menurut Sunaryo

(2004) dalam Kurasin (2015) menjelaskan bahwa mempunyai mental yang

kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam dirinya dibandingkan


dengan perempuan. Laki-laki mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan

lebih luas dibandingkan perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi

dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal di

rumah menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga sehingga tingkat

pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang

pencegahan penyakit.

Hasil penelitian Hardiani (2010) menyatakan bahwa wanita lebih lemah

dibanding laki-laki dalam hal psikologinya. Sedangkan penelitian tentang

perbedaan emosi pada pria dan wanita yang menikah muda oleh Khairani

(2009) mengemukakan bahwa Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa

wanita lebih dewasa dan lebih matang secara emosional dibandingkan laki-

laki. Hasil penelitian Mariyam dan Kurniawan (2008) menunjukan bahwa

faktor jenis kelamin mempunyai peran terhda[ terjadinya kecemasan pada

orang tua yang menunggui anaknya dirawat di rumah sakit (hospitalisasi).

Perempuan lebih mendominasi kecemasan dibandingkan laki-laki (Gunarso,

2008), dikuatkan bahwasanya jenis kelamin perempuan pada umumnya lebih

rentan mengalami kecemasan dibandingkan jenis kelamin laki-laki, karena

dirasa perempuan lebih mempunyai perasaan yang sensitif.

Berdasarkan uraian diatas terdapat kontroversi antara fenomena dalam

masyarakat dengan teori yang ada. Hal ini juga menjadi alasan peneliti untuk

mengetahui tingkat kecemasan pada laki- laki dan perempuan. Dengan

demikian peneliti semakin terpacu untuk melaksanakan penelitian tersebut

dengan mengangkat tema “Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pasien Laki-

laki dan Perempuan Pada Pre Operasi Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum

Daerah Merauke”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pernyataan di atas, yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah “Adakah Perbedaan Tingkat Kecemasan antara pasien

laki-laki dan perempuan pada Pre Operasi di Ruang Bedah Rumah Sakit

Umum Daerah Merauke?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Adakah Perbedaan Tingkat Kecemasan

antara pasien laki-laki dan perempuan pada Pre Operasi di Ruang Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Merauke.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien laki-laki pada Pre

Operasi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Merauke.

b. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien perempuan pada Pre

Operasi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Merauke

c. Untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat kecemasan antara pasien

lakilaki dan perempuan pada Pre Operasi di Ruang Bedah Rumah

Sakit Umum Daerah Merauke

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

wawasan pengetahuan tentang perbedaan kecemasan antara pasien laki-

laki dan perempuan pada preoperasi.


2. Manfaat Praktis

a. Perawat Ruang Bedah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

sumber referensi bagi tenaga kesehatan (perawat ruang bedah) dalam

memberikan tindakan untuk mengurang kecemasan pada pasien.

b. Peneliti

Diharapkan hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan

dan wawasan yang luas tentang perbedaan kecemasan antara pasien

laki-laki dan perempuan pada preoperasi..

c. Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk

mahasiswa dan dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura.

Anda mungkin juga menyukai