Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS

VENTILATOR MEKANIK

OLEH:
HERMINA SULAIMA GEBZE
NIM: PO7120120107

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


JURUSAN KEPERAWATAN
2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas dengan
judul “Ventilator Mekanik”. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas.

Dalam  penyusunan  makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun


hadapi. Namun, penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, serta bimbingan sehingga kendala – kendala 
yang  penulis hadapi dapat teratasi. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Maka, penyusun meminta masukannya berupa
kritik dan saran dari pembaca demi  perbaikan  pembuatan  makalah di masa yang
akan  datang.

Merauke, MEI 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh hampir
semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi,
agar dapat beradaptasi terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku
untuk profesi keperawatan, khususnya area keperawatan kritis di ruang
perawatan intensif (intensif care unit/ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-pasien
yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan hidup
mereka, diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump,
dll. Dengan adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat
yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu
menggunakan teknologi yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena
perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam.
Pemanfaatan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua proses
yaitu transfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi
keperawatan. Tranfer teknologi adalah pengalihan teknologi yang mengacu
pada tugas, peran atau penggunaan peralatan yang sebelumnya dilakukan oleh
satu kelompok profesional kepada kelompok yang lain. Sedangkan transform
(perubahan) teknologi mengacu pada penggunaan teknologi medis menjadi
bagian dari teknologi keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan
yang diberikan dan hasil yang akan dicapai oleh pasien. Ventilasi mekanik
yang lebih dikenal dengat ventilator merupakan teknologi medis yang
ditransfer oleh dokter kepada perawat dan kemudian ditransform oleh
keperawatan sehingga menjadi bagian dari keperawatan. Perawat pemula yang
pengetahuan dan pengalaman teknologinya masih kurang akan menganggap
ventilator sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa
melakukan monitoring dan merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada
perawat yang sudah berpengalaman akan memanfaatkan dan menggunakan
ventilator sebagai bagian dari keperawatan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan kepada pasien di ruang kritis dan akan berdampak positif
terhadap profesi keperawatan.
Penguasaan terhadap teknologi akan menjadi modal bagi perawat untuk
mengontrol pekerjaannya (Alasad, 2002). Perawat sebagai ujung tombak
pelayanan di rumah sakit khususnya perawat ICU (Intensive Care Unit) perlu
memiliki pemahaman dasar mengenai penggunaan ventilator mekanik.
Pemahaman yang tepat sangat membantu perawat dalam memberikan
pelayanan secara optimal.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Alat
Bantu Ventilasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui definisi bantuan ventilasi.
b. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis bantuan ventilasi.
c. Mahasiswa mengetahui setting ventilator.
d. Mahasiswa mengetahui indikasi klien yang mendapat bantuan
ventilator.
e. Mahasiswa mengetahui komplikasi klien yang terpasang
ventilasi.
f. Mahasiswa mengetahui peran perawat pada klien dengan
ventilator.

3. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan
studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun
di internet.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen
dalam waktu yang lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
(Carpenito, Lynda Juall 2000)
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik
adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan
nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-
paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan
peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin,
Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang
untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal.
Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk
mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki
fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi,
2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan
positif atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada
jalan napas pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan pemasangan
ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar
secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien,
memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transport oksigen.
( Iwan Purnawan, 2010).

2. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori
umum adalah ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.
Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah
ventilator tekanan-positif. Ventilator tekanan-positif juga termasuk
klasifikasi metoda fase inspirasi akhir (tekanan-bersiklus, waktu-
bersiklus dan volume-bersiklus).
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada
dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama
inspirasi memungkinkan udara untuk mengalir ke dalam paru-
paru, sehingga memenuhi volumenya. Secara fisiologis, jenis
ventilasi terbaru ini serupa dengan ventilasi spontan. Ventilator
jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang
berhubungan dengan kondisi neurovaskular seperti
poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral amiotrofik, dan
miasteniagravis. Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien
yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan
perubahan ventilatori sering.
Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan
dan tidak membutuhkan intubasi jalan nafas pasien. Ventilator
ini digunakan paling sering untuk pasien dengan fungsi
pernafasan borderline akibat penyakit neuromuskular.
Akibatnya, ventilator ini sangat baik untuk digunakan di
lingkungan rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator tekanan
negatif: iron lung, body wrap, dan chest cuirass.
Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik
tekanan negatif yang digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah
digunakan secara luas selama epidemik polio pada masa lalu
dan sekarang digunakan oleh pasien-pasien yang selamat dari
penyakit polio dan kerusakan neuromuskular lainnya.
Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell).
Kedua alat portabel ini membutuhkan sangkar atau shell yang
kaku untuk menciptakan bilik tekanan negatif disekitar toraks
dan abdomen. Karena masalah-masalah dengan ketepatan
ukuran dan kebocoran sistem, jenis ventilator ini hanya
digunakan dengan hati-hati pada pasien tertentu.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas, serupa dengan
mekanisme di bawah, dan dengan demikian mendorong alveoli
untuk mengembang selama inspirasi. Ekspirasi terjadi secara
pasif.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau
trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan di lingkungan
rumah sakit dan meningkat penggunaannya di rumah untuk
pasien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis
ventilator tekanan positif, yaitu:
1) Ventilator Tekanan-Bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan
positif yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset
telah tercapai. Dengan kata lain, siklus ventilator hidup,
mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu
yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dan
kemudian siklus mati. Keterbatasan utama dengan
ventilator jenis ini adalah bahwa volume udara atau
oksigen dapat beagam sejalan dengan perubahan
tahanan atau kompliens jalan napas pasien. Akibatnya
adalah suatu ketidakkonsistensian dalam jumlah
volume tidal yang dikirimkan dan kemungkinan
mengganggu ventilasi. Konsekuensinya, pada orang
dewasa, ventilator tekanan-bersiklus dimaksudkan
hanya untuk penggunaan jangka pendek di ruang
pemulihan. Jenis yang paling umum dari ventilator
jenis ini adalah mesin IPPB.
2) Ventilator Waktu-Bersiklus
Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau
mengendalikan inspirasi setelah waktu yang ditentukan.
Volume udara yang diterima pasien diatur oleh
kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara.
Sebagian besar ventilator mempunyai frekuensi kontrol
yang menentukan frekuensi pernapasan, tetapi waktu-
pensiklus murni jarang digunakn untuk orang dewasa.
Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi.
3) Ventilator Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator
tekanan-positif yang paling banyak digunakan
sekarang. Dengan ventilator jenis ini, volume udara
yang akan dikirimkan pada setiap inspirasi telah
ditentukan. Mana kala volume preset ini telah
dikirimkan pada pasien, siklus ventilator mati dan
ekshalasi terjadi secara pasif. Dari satu nafas ke nafas
lainnya, volume udara yang dikirimkan oleh ventilator
secara relatif konstan, sehingga memastikan pernapasan
yang konsisten, adekuat meski tekanan jalan nafas
beragam.

3. Gambaran dan Pengesetan Volume Vetilator


Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada
ventilator mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa
nyaman dan ”dalam harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal
dari dinamik kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume
ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan
terpenuhi dan akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan
kardiovaskuler.
Pengesetan awal ventilator setting :
a. Atur mesin untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan
(10-15 ml/kg).
b. Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen
terendah untuk mempertahankan PaO2 normal (80-100
mmHg). Pengesetan ini dapat diatur tinggi dan secara bertahap
dikurangi berdasarkan pada hasil pemeriksaan gas darah arteri.
c. Catat tekanan inspiratori puncak.
d. Atur cara (bantu-kontrol atau ventilasi mandatori intermiten)
dan frekuwensi sesuai dengan program medik dokter.
e. Jika ventilator diatur pada cara bantu kontrol, sesuaikan
sensivitasnya sehingga pasien dapat merangsang ventilator
dengan upaya minimal (biasanya 2 mmHg dorongan inspirasi
negatif).
f. Catat volume 1 menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida
(PCO2) dan PO2, setelah 20 menit ventilasi mekanis kontinu.
g. Sesuaikan pengesetan (FO2 dan frekuwensi) sesuai dengan
hasil pemeriksaan gas darah arteri atau sesuai dengan yang
ditentukan oleh dokter.
h. Jika pasien menjadi bingung atau agitasi atau mulai “Bucking”
ventilator karena alasan yang tidak jelas, kaji terhadap
hipoksemia dan ventilasikan manual pada oksigen 100%
dengan bag resusitasi.

4. Indikasi Ventilasi Mekanis


Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2),
peningkatan kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis
persistem (penurunan pH), maka ventilasi mekanis kemungkinan
diperlukan. Selain itu pada kondisi kondisi di bawah ini diindikasikan
menggunakan ventilator mekanis.
a. Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen
merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah
mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik
sebelum terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distress
pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau
oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada
pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada
(kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
b. Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki
kelainan pernapasan primer. Pada pasien dengan syok
kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah
pada system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat
peningkatana kerja napas dan konsumsi oksigen) dapat
mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi
beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja jantung
juga berkurang.
c. Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe
berulang juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu
ventilator mekanik berfungsi untuk menjaga jalan napas
pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian
hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra
cranial.
d. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan
sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko
terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat
sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator
mekanik.

5. Setting Ventilator
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa
parameter yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume
cycle ventilator, yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit
Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan
ventilator dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa
adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan
dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar
10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit
dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh
ventilator ke pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting
antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance,
dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu
mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk
pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm
tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting.
Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan
time cycled.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi
yang diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya
berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan
ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah
pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas
darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat
dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi

Keterangan :
 Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan
untuk memberikan volume tidal atau mempertahankan
tekanan.
 Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu
inspirasi dengan ekspirasi
 Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk mengeluarkan udara pernapasan
 Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang
merupakan nilai normal fisiologis inspirasi dan
ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase
inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan
ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari
ventilator volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat
menyebabkan barotrauma.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan
volume tidal pernapasan yang telah disetting permenitnya.
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha
yang diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator.
Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai
-20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-
20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka
semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini
biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk
memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator
disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure
sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk
bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada
pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm
perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah.
Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari
pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan
lain-lain. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm
jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang
dalam kondisi siap.
i. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif
pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan
kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk
meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

6. Fisiologi Pernafasan Ventilasi Mekanis


Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot
intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi
tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase
ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan
udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama
inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal
meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling
positif.
7. Efek Ventilasi mekanik
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke
jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga
menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena
hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan
hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju
atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila
tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila
volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan
tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi
cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya
pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-
organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya.
Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak
terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.

8. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, Pasien
dengan ventilator mekanis memerlukan observasi, keterampilan dan
asuhan keperawatan berulangtapi bila perawatannya tidak tepat bisa,
menimbulkan komplikasi seperti:
a. Komplikasi pada jalan nafas
Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi.
Kita dapat meminimalkan resiko aspirasi setelah intubasi
dengan mengamankan selang, mempertahankan manset
mengembang, dan melakukan penghisapan oral dan selang
kontinu secara adekuat. Bila resusitasi diperpanjang dan
distensi gastrik terjadi, jalan nafas harus diamankan sebelum
memasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung. Bila
aspirasi terjadi potensial untuk terjadinya SDPA meningkat.
Kebanyakan pasien dengan ventilator perlu dilakukan restrein
pada kedua tangan, karena ekstubasi tanpa disengaja oleh
pasien sendiri dengan aspirasi adalah komplikasi yang pernah
terjadi. Selain itu self-extubation dengan manset masih
mengembang dapat menimbulkan kerusakan pita suara.
Prosedur intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh
komplikasi intubasi meliputi:
 Intubasi lama dan rumit meningkatkan hipoksia dan
trauma trakea.
 Intubasi batang utama (biasanya kanan) ventilasi tak
seimbang, meningkatkan laju mortalitas.
 Intubasi sinus piriformis (jarang) abses faringeal.
 Pnemonia Pseudomonas sering terjadi pada kasus
intubasi lama dan selalu kemungkinan potensial dari
alat terkontaminasi.
b. Masalah Selang Endotrakeal
Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat
dapat terjadi. Alternatifnya, karena posisi selang pada faring,
orifisium ke telinga tengah dapat tersumbat, menyebabkan
otitis media berat, kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau
telinga atau terjadi demam dengan etiologi yang tidak
diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk
kemungkinan sumber infeksi.
Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi
lama. Stenosis trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila
tekanan manset diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh
tekanan manset kurang lebih 30 mm/Hg. Penurunan insiden
stenosis dan malasia telah dilaporkan dimana tekanan manset
dipertahankan kurang lebih 20 mm/Hg. Bila edema laring
terjadi, maka ancaman kehidupan paskaekstubasi dapat terjadi.
c. Masalah Mekanis
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2-4
jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan.
VT tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit
atau manset, selang atau ventilator terlepas, atau obstruksi
aliran. Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan
sekresi, bronkospasme berat, spasme batuk, atau tergigitnya
selang endotrakeal.
Secara latrogenik menimbulkan komplikasi melampaui
kelebihan ventilasi mekanis yang menyebabkan alkalosis
respiratori dan karena ventilasi mekanis menyebabkan asidosis
respiratori atau hipoksemia. Penilaian GDA menentukan
efektivitas ventilasi mekanis. Perhatikan, bahwa pasien PPOM
diventilasi pada nilai GDA normal mereka, yang dapat
melibatkan kadar karbondioksida tinggi.
d. Barotrauma
Ventilasi mekanis melibatkan “pemompaan” udara kedalam
dada, menciptakan tekanan positif selama inspirasi. Bila TEAP
ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui
ekspirasi. Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan
alveolus atau emfisema. Udara kemudian masuk ke area
pleural, menimbulkan tekanan pneumotorak-situasi darurat.
Pasien dapat mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan
keluhan nyeri pada daerah yang sakit. Tekanan ventilator
menggambarkan peningkatan tajam pada ukuran, dengan
terdengarnya bunyi alarm tekanan. Pada auskultasi, bunyi nafas
pada area yang sakit menurun atau tidak ada. Observasi pasien
dapat menunjukkan penyimpangan trakeal. Kemungkinan
paling menonjol menyebabkan hipotensi dan bradikardi yang
menimbulkan henti jantung tanpa intervensi medis. Sampai
dokter datang untuk dekompresi dada dengan jarum, intervensi
keperawatannya adalah memindahkan pasien dari sumber
tekanan positif dan memberi ventilasi dengan resusitator
manual, memberikan pasien pernafasan cepat.
e. Penurunan Curah Jantung.
Penurunan curah jantung ditunjukkan oleh hipotensi bila
pasien pertama kali dihubungkan ke ventilator ditandai adanya
kekurangan tonus simpatis dan menurunnya aliran balik vena.
Selain itu hipotensi adalah tanda lain dan gejala dapat meliputi
gelisah yang tidak dapat dijelaskan, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan haluarana urine, nadi perifer lemah,
pengisian kapiler lambat, pucat, lemah, dan nyeri dada.
Hipotensi biasanya diperbaiki dengan meningkatkan cairan
untuk memperbaiki hipovolemia.
f. Keseimbangan air positif
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh
regangan reseptor vagal pada atrium kanan. Manfaat
hipovolemia ini merangsang pengeluaran hormon antidiuretik
dari hipofise posterior. Penurunan curah jantung menimbulkan
penurunan haluaran urine melengkapi masalah dengan
merangsang respons aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang
bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan yang
memerlukan jumlah besar resusitasi cairan dapat mengalami
edema luas, meliputi edema sakral dan fasial.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BANTUAN
VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)
I. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah:
1. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt, dll.
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang status
sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien, sehingga
mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan tindakan keperawatan
yang sesuai.
2. Riwayat penyakit/riwayat keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang dapat
diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) karena kondisi pasien
yang dapat bentuan ventilator tidak mungkin untuk memberikan data secara
detail. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab
atau faktor pencetus terjadinya gagal nafas/dipasangnya ventilator.
3. Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa dilakukan
dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan keluhannya. Keluhan
pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat, kelelahan
dan ketidaknyamanan.
B. 1. Sistem pernafasan
a. Setting ventilator meliputi:
 Mode ventilator
- CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
- SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
- ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
- CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 Frekwensi nafas
b. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
c. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
d. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
e. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
f. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
g. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
h. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
i. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
j. Hasil foto thorax terakhir
B. 2. Sistem kardiovaskuler
Penkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanmya gangguan
hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi) atau
disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi, irama
jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan keringat.
B. 3. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental.
B. 4. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine menunjukkan
adanya gangguan perfusi ginjal)
B. 5. Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status nutrisi
dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan dan
albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
4. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami depresi
mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi,
merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.

II. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat bentuan
nafas mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
4. Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
5. Gangguan pemenuhan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan
selang endotracheal
6. Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas berhubungan dengan
pemasangan selang endotracheal
7. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera berhubungan dengan ventilasi
mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang
endotracheal

III. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan peningkatan
produksi sekret
Tujuan:
Meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil:
 Bunyi napas terdengar bersih.
 Ronchi tidak terdengar.
 Tracheal tube bebas sumbatan.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 jam 1 Mengevaluasi keefetifan jalan
dan kalau diperlukan. napas.

2 Lakukan pengisapan bila terdengar 2


ronchi dengan cara:
a. jelaskan pada pasien tentang a. Dengan mengertinya tujuan
tujuan dari tindakan pengisapan. tindakan yang akan dilakukan
b. Berikan oksigen dengan O2 100 % pasien bisa berpartisipasi aktif.
sebelum dilakukan pengisapan, b. Memberi cadangan O2 untuk
minimal 4 - 5 X pernapasan. menghindari hipoksia.
c. Perhatikan teknik aseptik, gunakan c. Mencegah infeksi nosokomial.
sarung tangan steril, kateter
pengisap steril.
d. Masukan kateter kedalam selang d. Aspirasi lama dapat
ET dalam keadaan tidak mengisap menimbulkan hipoksia, karena
(ditekuk), lama pengisapan tidak tindakan pengisapan akan
lebih dari 10 detik. mengeluarkan sekret dan O2.
e. Atur tekanan isap tidak lebih dari e. Tindakan negatif yang
100 - 120 mmHg. berlebihan dapat merusak
mukosa jalan napas.
f. Lakukan oksigenasi lagi dengan f. Memberikan cadangan oksigen
O2 100 % sebelum melakukan dalam paru.
pengisapan berikutnya.
g. Lakukan pengisapan berulang- g. Menjamin keefektifan jalan
ulang sampai suara napas bersih. napas.

3 Pertahankan suhu humidifer tetap 3 Membantu mengencerkan skret.


hangat (35 - 37,8 o C
4 Monitor statur hidrasi pasien 4 Mencegah sekresi menjadi kental.

5 Melakukan fisioterapi napas / dada 5 Memudahkan pelepasan sekret.


sesuai indikasi dengan cara clapping,
fibrasi dan pustural drainage.

6 Berikan obat mukolitik sesuai indikasi 6 Mengencerkan sekret.


/ program.

7 Kaji suara napas sebelum dan sesudah 7 Menentukan lokasi penumpukan


melakukan tindakan pengisapan. sekret, mengevaluasi kebersihan
tindakan
8 Observasi tanda-tanda vital sebelum 8 Deteksi dini adanya kelainan.
dan sesudah melakukan tindakan.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya
Tujuan: Pertukaran gas kembali normal.
Kriteria hasil:
 Hasil analisa gas darah normal yang terdiri dari:
- PH (7,35 - 7,45)
- PO2 (80 - 100 mmHg)
- PCO2 (35 - 45 mmHg)
- BE (-2 - + 2)
- Tidak sianosis
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Cek analisa gas darah setiap 10 - 1 Evaluasi keefektifan setting
30 menit setelah perubahan ventilator yang diberikan
setting ventilator.
2 Monitor hasil analisa gas darah 2 Evaluasi kemampuan
(blood gas) atau oksimeteri bernapas
selama periode penyapihan.
3 Pertahankan jalan napas bebas 3 Sekresi menghambat
dari skresi. kelancaran udara napas.
4 Monitor tanda dan gejala 4 Diteksi dini adanya kelainan.
hipoksia
3. Diagnosa Keperawatan
Ketidak efektifan pola nafas sehubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator
yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
Tujuan: Pola napas efektif.
Kriteria hasil:
 Napas sesuai dengan irama ventilator.
 Volume napas adekuat.
 Alarm tidak berbunyi.

Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan pemeriksaan ventilator 1 Diteksi dini adanya kelainan
tiap 1 - 2 jam. atau gg. fungsi ventilator.
2 Evaluasi semua alarm dan 2 Bunyi alarm menunjukan
tentukan penyebabnya. adanya gg. Fungsi ventilator.
3 Pertahankan alat resusitasi 3 Memudahkan melakukan
manual (bag & mask) pada pertolongan bila
posisi tempat tidur sepanjang sewaktu/waktu ada gangguan
waktu. fungsi ventilator.
4 Monitor selang / cubbing 4 Mencegah berkurangnya
ventilator dari terlepas , terlipat, aliran udara napas.
bocor atau tersumbat.
5 Evaluasi tekanan atau kebocoran 5 Mencegah berkurangnya
balon cuff. aliran udara napas.
6 Masukan penahan gigi (pada 6 Mencegah tergigitnya selang
pemasangat ETT lewat oral) ETT
7 Amankan selang ETT dengan 7 Mencegah terlepas /
fiksasi yang baik. tercabutnya selang ETT.
8 Monitor suara dan pergerakan 8 Evaluasi keefektifan jalan
dada secara teratur. napas.

4. Diagnosa Keperawatan
Cemas sehubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
Tujuan: Cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Mampu mengekspresikan kecemasan, tidak gelisah, kooperatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan komunikasi terapiutik. 1 Membina hubungan saling
percaya.
2 Dorong pasien agar mampu 2 Menggali perasaan dan
mengekspresikan perasaannya. permasalahan yang sedang
dihadapi klien.
3 Berikan sentuhan kasih sayang. 3 Mengurangi cemas.
4 Berikan support mental. 4 Mengurangi cemas.
5 Berikan kesempatan pada 5 Kehadiran orang-orang yang
keluarga dan orang-orang yang dicintai meningkatkan
dekat dengan klien untuk semangat dan motivasi untuk
mengunjungi pada saat-saat sembuh.
tertentu.
6 Berikan informasi realistis pada 6 Memahami tujuan pemberian
tingkat pemahaman klien. atau pemasangan ventilator.

5. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pemenuhan komunikasi verbal sehubungan dengan pemasangan selang
endotracheal
Tujuan: Mempertahankan komunikasi
Kriteria hasil: Klien dapat berkomunikasi dgn menggunakan metode alternatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Berikan papan, kertas dan pensil, 1 Mempermudah klien untuk
gambar untuk komunikasi, mengemukakan perasaan /
ajukan pertanyaan dengan keluhan dengan
jawaban ya atau tidak. berkomunikasi.
2 Yakinkan klien bahwa suara 2 Mengurangi cemas.
akan kembali bila ETT dilepas.

6. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas sehubungan dengan pemasangan
selang endotracheal
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi saluran napas s/d pemasangan selang ETT / ventilator
Kriteria hasil:
 Suhu tubuh normal (36 - 37,5 C)
 Warna sputum jernih.
 Kultur sputum negatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Evaluasi warna, jumlah, 1 Indikator untuk menilai
konsistensi dan bauh sputum adanya infeksi jalan napas.
setiap kali pengisapan.
2 Lakukan pemeriksaan kultur 2 Menentukan jenis kuman dan
sputum dan test sensitifitas sensitifitasnya terhadap
sesuai indikasi. antibiotik.
3 Pertahanakan teknik aseptik 3 Mencegah infeksi
pada saat melakukan pengisapan nosokomial.
(succion)
4 Jaga kebersihan bag & mask. 4 Lingkungan kotor merupakan
media pertumbuhan kuman.
5 Lakukan pembersihan mulut, 5 Lingkungan kotor merupakan
hidung dan rongga faring setiap media pertumbuhan kuman.
shitf.
6 Ganti selang / tubing ventilator 6 Menjamin selang ventilator
24 - 72 jam. tetap bersih dan steril.
7 Monitor tanda-tanda vital yang 7 Diteksi dini.
menunjukan adanya infeksi.
8 Berikan antibiotika sesuai 8 Antibiotika bersifat
program dokter. baktericide.

7. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera sehubungan dengan ventilasi mekanis,
selang endotracheal, ansietas, stress
Tujuan: Bebas dari cedera selama ventilasi mekanik.
Kriteria hasil:
 Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan napas.
 Tidak terjadi barotrauma.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Monitor ventilator terhadap 1 Peningkatan secara tajam
peningkatan secara tajam. dapat menimbulkan trauma
jalan napas (barutrauma)
2 Yakinkan napas pasien sesuai 2 Napas yang berlawanan
dengan irama ventilator dengan mesin dapat
menimbulkan trauma.
3 Mencegah terjadinya fighting 3 Napas yang berlawanan
kalau perlu kolaborasi dengan dengan mesin dapat
dokter untuk memberi sedasi. menimbulkan trauma.
4 Observasi tanda dan gejala 4 Diteksi dini.
barotrauma.
5 Lakukan pengisapan lendir 5 Mencegah iritasi mukosa
dengan hati-hati dan gunakan jalan napas.
kateter succion yang lunak dan
ujungnya tidak tajam.
6 Lakukan restrain / fiksasi bila 6 Mencegah terekstubasinya
pasien gelisah. ETT (ekstubasi sendiri)
7 Atur posisi selang / tubing 7 Mencegah trauma akibat
ventilator dengan cepat. penekanan selang ETT.

8. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang
endotracheal
Tujuan: Merasa nyaman selama dipasang ventilator.
Kriteria hasil:
 Klien tidak gelisah.
 Klien dapat istirahat dan tidur dengan tenang.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Atur posisi selang ETT dan 1 Mencegah penarikan dan
Tubing ventilator. penekanan.
2 Atur sensitivitas ventilator. 2 Menurunkan upaya pasien
melakukan pernapasan.
3 Atur posisi tidur dengan 3 Meningkatkan rasa nyaman.
menaikkan bagian kepala tempat
tidur, kecuali ada kontra
indikasi.
4 Kalau perlu kolaborasi dengan 4 Mengurangi rasa nyeri
kokter untuk memberi analgesik
dan sedasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Brunner
and Suddarth, 2001)
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan berdasarkan
cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan-
negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan
adalah ventilator tekanan-positif.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar
karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka ventilasi
mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif bedah toraks atau
abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi, PPOM, trauma
multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma semuanya dapat mengarah pada
gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis

B. Saran.
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang berpengalaman
atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai
teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-mesin penunjang kehidupan yang
digunakan oleh pasien-pasiennya.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa manfaat transfer dan transform
teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan, tidak hanya di area
keperawatan kritis tapi juga di area-area keperawatan lainnya. Hal ini sebenarnya
akan meningkatkan kualitas praktek dan profesi keperawatan. Namun sayangnya
masih ada perawat yang beranggapan bahwa teknologi di suatu area keperawatan
merupakan suatu tambahan pekerjaan bagi perawat.

DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik. diakses
http://senyumbening.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan.html
Basuri, Chairul. 2012. Triase dalam KGD. Diakses
http://healthandnewsdarulmuttaqin.blogspot.com/2012/10/ventilasi-mekanik.html
Herdman, T. Heather .2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan.
EGC:Jakarta
Priangga, D. Satria. 2011. Ventilator Mekanis. Diakses
http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/ventilator-mekanis.html
Zahar, Nuraini. 2012. Konsep dasar ventilasi mekanik. diakses
http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-mekanik.html

Anda mungkin juga menyukai